Blythe menangis dan berteriak saat mengemudikan mobilnya. Tubuhnya bersimbah darah, hingga membasahi telapak tangannya yang sesekali ia seka ke atas kain pakaian yang menutupi tubuhnya. Waktu hampir menunjukkan pukul 6 pagi, ia menginjakkan pedal gas dengan sekuat tenaga berharap mobil yang ia kendarai akan melaju lebih cepat di jalan hutan yang berbatu ini.
Di kursi penumpang dengan mata membelalak dan nafas yang tidak beraturan, duduk sambil memeluk kedua kakinya sendiri di bangku penumpang, tepat di samping Blythe. Jedd, kakak sepupu tertua Blythe. Terus memandang kosong dengan wajah pucatnya.
"Jedd!! Hey! Fokus!! Bantu liat belakang!" teriak Blythe yang tetap sambil menangis bersimbah darah ayahnya.
"Jedd!! Matahari sebentar lagi terbit. Bantu pasang mata dan cek arah belakang kita, aku takut mereka masih ngejar kita. Hey, Jedd!!!" lagi, ia meneriaki sepupunya.
Jedd tersadar dan langsung mengarahkan senapan laras panjangnya ke arah belakang mobil mereka, memasang mata dan menjaga agar tidak ada yang menyakiti ia dan sepupu seperjuangannya itu.
Matahari benar-benar akan segera terbit, terlihat dari langit yang sudah mulai terang, namun perjalanan mereka terhenti karena Blythe menginjak rem secara mendadak.
"Sial!" umpat Blythe.
"Kenapa berhenti, Blythe?" tanya Jedd panik sebelum ia menyadari bahwa jalur yang ia lalui di hutan lebat tersebut tertutup oleh batang pohon besar yang menghadang mereka.
Dalam jarak kurang lebih 40 meter, Blythe dan Jedd yang sedang berusaha berfikir keras memilah antara menyingkirkan pohon tersebut tapi beresiko tertangkap oleh Loffleds atau menunggu beberapa menit di dalam mobil hingga matahari terbit. Setidaknya menunggu di mobil terasa lebih aman karena ruang gerak mereka lebih sempit, begitu batin Blythe berkata.
Namun mata Blythe yang memindai seluruh penjuru mata angin terhenti pada pohon besar yang menghadang jalan mereka. Setelah diamati lebih jelas, ada sesuatu di pohon itu, udara berkabut sempat menutupinya namun karena semakin terang, pemandangan tersebut semakin jelas terlihat.
"Pa!!!" Blythe membuka pintu mobil dengan cepat hingga Jedd yang berusaha menangkapnya hanya bisa menggapai angin.
Blythe berlari tanpa berpikir, beruntung Jedd dengan langkah kakinya yang lebih lebar berhasil keluar dari mobil, mengejar, dan akhirnya menangkap Blythe. Dengan mendekap tubuhnya erat agar Blythe yang masih berontak tidak terlepas dari dekapannya, Jedd menepuk-nepuk punggung Blythe sambil berkali-kali mengucapkan "Tenang, Blythe. Tenang." di telinga Blythe.
Blythe terjatuh di tanah dan menangis sambil menahan teriak yang sudah ada di ujung lidahnya, ia tidak mau tertangkap oleh para makhluk haus darah yang melakukan ini kepada ayahnya, Klein Christopher. Ayah Blythe berada di depan batang kayu yang menghadang jalan mereka, dengan tangan dibentangkan seperti mengejek simbol crucified. Blythe amat membenci lelucon sakit yang diberikan para vampire terhadap dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Vermilion Blood 🔞 (Bahasa Indonesia) / (BibleBuild)
VampireKisah cinta klasik antara pemburu vampire dan musuh abadinya. (Terjemahan dari The Vermilion Blood Eng. vers. Tapi ada beberapa bagian yang aku ubah di latar kejadian atau beberapa kalimat yang mungkin aku ubah karena lebih nyaman kalau diucapkan d...