Pinky Promise.

383 52 10
                                    

Kejadian semalam berhasil membuat Blythe memikirkan segala kemungkinan yang terjadi. Antara ia menyukai Beau atau Beau yang menyukainya. Tapi berkali-kali ia menggelengkan kepalanya dan menolak sendiri apa yang ada di otaknya. Ia tidak ingin terlalu memikirkan kejadian semalam.

"Udah bangun?" tanya Beau yang merasakan adanya pergerakan di ranjang.

Blythe memalingkan wajahnya dan melirik ke sosok yang tertidur di belakangnya, Beau Loffled, tertidur membelakanginya bertelanjang dada dan terlihat jelas otot di punggungnya yang membuatnya menelan ludah hingga dua kali. Menggoda, pikirnya.

"Mau lagi?" tanya Beau menggoda. Ia mendengar dengan jelas detak jantung lelaki di belakangnya itu.

"Hmm. 'Gak gitu. Udah bangun, kok." jawab Blythe gugup.

"Kamu tidur hanya 4 jam." ucap Beau yang meraih ponsenya di meja samping ranjang dan memeriksa penunjuk waktu yang tertera di sana.

"Udah biasa." jawab Blythe dingin.

"Hey! Kok dingin banget?" tanya Beau yang menarik lembut tubuh Blythe dan mencubit pelan dagunya.

"Hngg.. Enggak. Cuma ada kepikiran sesuatu aja." jawab Blythe seraya tubuhnya bergerak mendekat karena ditarik oleh Beau. Tubuh mereka sangat dekat hingga hidung mereka saling bersentuhan.

"Jangan pikirin yang gak penting. Aku udah belajar banyak soal manusia. Semakin kalian kepikiran yang buruk-buruk, malah nanti akhirnya ya hal buruk yang terjadi." ucap Beau dan mengakhiri kalimat wejangannya dengan kecupan lembut pada bibir Blythe.

"Beau--"
"I like it when you call my name like that." ucap Beau dan membuat Blythe mengerutkan keningnya.

"Semuanya juga manggil kayak gitu, kan? Itu kan nama lo." jawab Blythe bingung.

"Ya tapi aku suka aja kalau nama aku keluar dari mulut kamu." jawabnya dengan menyentuh ujung bibir bawah Blythe dengan ibu jarinya.

"Gue baru tau kalau vampire bisa ngegodain gitu."

"Bukan ngegoda, emang kenyataannya kayak gitu."

Blythe menjauh dan berdiri dari ranjang, Beau seperti tidak ingin Blythe beranjak, ia menarik lengan Blythe dan membuatnya terjatuh lagi ke ranjang.

"Mau ke mana?" tanya Beau sambil mendekap erat pinggul Blythe dari arah belakang.

"Mau belanja. Udah, ah. Lepasin!" pinta Blythe seraya mengusir tangan Beau dari pinggulnya.

"Ke mana? Belanja apa? Sama siapa?"
"Sendiri, belanja kebutuhan rumah, kemarin Terach udah nitip gue belanja." jawab Blythe yang langsung berdiri dan bergegas masuk ke kamar mandi.

"Hey, aku ikut mandi juga." Beau menarik tubuh Blythe yang direspon ringis kecil dari mulutnya.

"Aw.."
"Masih sakit?" tanya Beau memutar tubuh Blythe dan melihat serta mengelus pinggul dan pantatnya. Bongkahan sintal tersebut di sentuh lembut namun di remas pada akhirnya.

"Ish! Stop, ah!" tegur Blythe.

"Kenapa?"

"Malu, ah!"

"Kok malu? Aku udah liat semua yang ada di tubuh kamu. Bahkan aku bisa dengar detak jantung kamu. Lupa?" ucap Beau yang membuat Blythe terdiam dan tersipu malu.

"Tadi pas baru bangun juga aku denger detak jantung kamu kayak lagi ngerasain sesuatu. Bukan takut, bukan senang, bukan sedih, kamu tadi pas bangun lagi ngerasain apa?" tanya Beau yang tentu saja tidak akan dijawab oleh Blythe.

"Pokoknya kita gak akan mandi bareng." jawab Blythe mengalihkan pembicaraan dan berjalan cepat sambil menahan rasa ngilu yang masih ia rasakan di sekitar tulang belakang dan tulang ekornya.

The Vermilion Blood 🔞 (Bahasa Indonesia) / (BibleBuild)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang