Fell.

261 35 3
                                    

[Author's note : Buat yang udah baca versi bahasa Inggris, chapter ini gak ada ya di sana.
Ini aku tambahin cerita cutenya soal Jaxon dan Brody.]

❤️❤️❤️

***

Besok aku jemput ke kampus jam makan siang.
-Jax.

***

Mendapat pesan seperti itu ketika tengah malam sehabis dirinya membersihkan diri dan siap tidur, seharusnya Brody takut, atau minimal sedikit merasa tidak nyaman karena lelaki yang baru saja ia temui mengiriminya pesan. Bukan ajakan atau pertanyaan, melainkan pemberitahuan kalau besok dirinya akan mendatangi Brody ke universitasnya. Brody bahkan tidak ambil pusing tentang dari mana ia mendapatkan nomor telponnya, ia hanya langsung menjawab;

Oke, Jax.

---

Keesokan harinya, sejak pagi sebelum berangkat kuliah, Brody sibuk memilih pakaian mana yang akan ia kenakan. Bahkan Terach harus menjemputnya ke kamar karena sudah pukul 8 dan ia belum juga muncul di meja makan.

"Brody-kamu sakit?" tanya Terach yang langsung membuka pintu kamar Brody tanpa mengetuknya.

"Ketok dulu, kak!" protes Brody yang sedang berdiri di depan cermin, mencocokan luaran yang akan ia pakai.

"Hmm-nih, yang emerald green cocok!" Terach ikut memberi saran kepada Brody yang saat itu mengenakan atasan t-shirt putih dan washed-blue jeans dan sepatu Vans putih. Mendengar saran dari kakak sepupunya, ia menurut dan langsung melapisi kausnya dengan luaran rajut agak tebal yang ia pegang.

"Mau nge-date?" tanya Terach sambil tersenyum jahil.

"Gak tau, kak. Dia bilang mau ngajak makan siang. Itu ngedate gak, sih?" tanya Brody yang sebenarnya merasakan sedikit semangat dengan isi pesan Jax semalam, namun di saat yang bersamaan-ia juga merasa aneh karena mereka benar-benar hanya berbicara beberapa jam dan ia sudah mendatangi kampusnya.

"Mahasiswa di kampus kamu juga?"

"Bukan-"

"Loh, terus siapa? Kamu kenal di mana? Jangan bilang kamu kenal dari dating apps, ya! Aku laporin Jedd sama Blythe, loh." ancam Terach.

"Enggak kok-ini temennya temen aku gitu. Udah, ah, gak usah banyak tanya. Ayo turun, kita sarapan." Brody langsung berdiri dan menarik tangan Terach agar meninggalkan kamarnya.

Sesampainya di meja makan, Beau dan Blythe pun baru bergabung dan bersamaan menyapa Brody.

"Dek, kok tumben belom berangkat. Biasanya bosen banget di rumah, pergi pagi-pulang malem." ucap Blythe.

Brody tidak menjawab dan malah bertatapan dengan Beau. Jantung Brody berdegup kencang, ia sangat takut kekasih sepupunya itu mengetahui mengenai dirinya yang semalam mendatangi Jaxon.

"Aku duduk di sini, dong!" pinta Beau saat Blythe ingin menduduki kursi yang tepat berada di samping Brody.

"Tumben, biasanya minta duduk di pinggir." ucap Blythe yang tetap membiarkan Beau duduk di kursi yang diinginkannya.

"Iya, mau ngobrol sama Brody." jawaban Beau membuat Brody semakin ketakutan.

Beberapa menit setelah mereka semua mulai menikmati sarapan, Beau memulai percakapan.

"So, Brody-suka seni, ya?"

"Hah? Brody sukanya bikin panah tuh. Liat di workshop isinya buatan si Brody semua-" jawab Blythe menyelak.

"Random, deh, kenapa tiba-tiba nanya kayak gitu?" tanya Terach ikut penasaran.

"-nanya aja." jawab Beau sambil tetap menikmati santapannya.

The Vermilion Blood 🔞 (Bahasa Indonesia) / (BibleBuild)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang