Ciuman yang seharusnya menjadi pelepas rindu itu terasa lebih seperti ciuman penuh keputusasaan. Tak tahu apa lagi yang harus disampaikan oleh akal sehatnya, namun Atsumu memilih untuk mencumbu Sakusa di sebuah ruangan berbau lembab dengan pencahayan minim. Mirip seperti rumah mereka dulu.
Benang tipis tercipta karena pelepasan tautan mereka. Tak tahu milik siapa itu. Sorot mata mereka sekarang berkabut. Tertutup awan tipis bernama nafsu. Tapi kabut itu kemudian berubah menjadi sorot penuh kesedihan, penyesalan dan juga rasa putus asa yang saling mereka lemparkan kepada satu sama lain.
Sakusa berinisiatif mengakhiri kontak mata tersedih yang pernah ia lakukan bersama Atsumu. Lelaki itu menarik tengkuk Atsumu dan kembali menenggelamkan dirinya dalam hangatnya ciuman yang lama ia rindukan.
Ia tak menemukan apapun selama satu tahun ini. Ushijima ia biarkan menunggu selama berjam-jam di restoran tempat seharusnya mereka menikmati makan malam sebagai tanda perpisahan dan pelepasan yang layak. Dan ia bahkan tidak bisa berhenti menyemprotkan sisa parfum milik Atsumu ke setiap penjuru rumah. Berusaha menghadirkan Atsumu meski hanya dalam khayalan.
Atsumu tak pernah kehilangan refleks hebatnya dalam permainan ini. Ia selalu berhasil membuat Sakusa terlarut dalam buaiannya. Tapi tangannya tak lagi menelusup diantara helaian hitam milik Sakusa. Ia lebih memilih menempatkan tangannya pada dada Sakusa. Seolah bersiap untuk mendorong pria itu menjauh darinya.
Ciuman itu diakhiri dengan gigitan dan tarikan pelan pada bibir bawah Sakusa. Atsumu pelakunya. Lalu sebuah kecupan singkat dia berikan sebagai penutup dari panasnya kegiatan mereka. Dan benar saja, Atsumu mendorong tubuh Sakusa agar sedikit menjauh dan memberi jarak antara keduanya.
"Maafkan aku, aku tidak seharusnya—" bukan itu yang ingin di dengar Sakusa. Bukan pernyataan penuh penyesalan seolah tindakan mereka ini adalah sebuah tindakan kriminal. Ia hanya ingin mendengar bahwa Atsumu akan kembali kedekapannya, hanya itu yang ingin ia dengar.
Jarak antara mereka kembali terhapus. Sakusa menuntaskan keinginannya untuk memeluk tubuh Atsumu sedalam mungkin. Sebuah keinginan yang ia simpan selama satu tahun lebih kebelakang ini. Berharap pelukan ini bisa membuat seluruh gundahnya hilang dan menguap bersamaan dengan datangnya musim semi yang akan ia nikmati dengan Atsumu di sampingnya.
Namun Atsumu bertindak berlawanan. Ia kembali mendorong Sakusa hingga akhirnya pelukan itu tidak bertahan lebih dari lima detik. Gelengan kecil tanpa suara menampar Sakusa keras, seolah menegaskan bahwa Atsumu tidak akan pernah kembali padanya. Tidak akan pernah.
"Maafkan aku—aku benar-benar tak bisa," seolah menjawab pertanyaan yang Sakusa tahan sekuat tenaga agar tidak keluar dari mulutnya. Atsumu menjawab sembari merapikan rambutnya dan juga jersey yang masih terlihat pas dan pantas dikenakannya.
Nomor punggung 13 itu adalah kebanggan Atsumu dulu, sama seperti nomor 15 yang masih setia digunakan Sakusa hingga sekarang. Tidak ada arti khusus dibalik keduanya. Hanya dua angka yang terpampang dan menjadi identitas baru saat mereka berada di lapangan. Selebihnya, angka itu hanyalah sekedar angka.
Sama seperti ciuman tadi. Tidak ada arti tersembunyi yang coba Atsumu berikan pada Sakusa. Ciuman itu hanyalah salah satu tindakan atas dasar nafsu semata. Tidak lebih. Dan ketika tersadar, Atsumu memilih untuk mengatakan maaf dan berlalu keluar dari ruangan pengap itu. Memasang senyumnya dan berlari mengejar beberapa anak yang malah asyik bermain daripada mengobrol dengan para bintang lapangan.
Sementara Sakusa masih berdiri mematung di dalam ruangan itu. Membiarkan satu sisi matanya tersorot cahaya terang dari arah lapangan gedung olahraga. Mengabaikan beberapa anak yang berkata, kenapa berdiri disitu? Ayo keluar.
"Papa!"
Seruan itu membuat Atsumu berhenti berlari. Ia mengenal suara itu. Ia mengenal teriakan senang dan juga tawanya yang menjadi candu baginya selama satu tahun kebelakang. Pun seruan itu membuat semua anggota Black Jackals membalikkan tubuhnya dan melihat seorang anak gadis dengan gaun one piece bercorak bunga kecil dan topi jerami yang tersimpan rapi diatas rambutnya yang berwarna abu-abu manis.
![](https://img.wattpad.com/cover/320029277-288-k285622.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Story Of A Rift (Sakuatsu Haikyuu Fanfic)
FanfictionMereka saling mencintai. Tapi saling membenci. Hidup bersama seperti tak ada hari esok. Pun bertengkar seolah hari ini adalah hari kematian mereka. Mereka sadar bahwa kisah mereka bisa berakhir hanya dengan jentikkan jari, tapi mereka berharap bis...