Anak kamu cantik

121 8 0
                                    

"Kamu pernah bertemu Pak Satya, Van?"

"Y- ya?"

Vania tergagap, hal itu membuat Baskoro semakin curiga.

"Kamu mengenal Pak Satya sebelumnya?"

Vania diam, perempuan itu tidak tahu harus berkata jujur atau mengarang alasan agar Baskoro tidak lagi berusaha mencari tahu.

"Dia kelihatan sangat tertarik kepada kamu."

"Oh, itu mungkin hanya perasaan Bapak saja."

Baskoro terkekeh, "Saya ini laki-laki, Vania. Saya tahu bagaimana sikap kaum saya ketika sedang berusaha mendapatkan sesuatu. Masalahnya, Satya itu lelaki beristri. Kamu pasti mengenal istrinya, dia model yang cukup terkenal. Pernikahan mereka juga cukup menarik perhatian media waktu itu."

"Iya saya tahu."

Baskoro mengangguk, "Satya adalah klien penting perusahaan Van, saya enggak mau ketertarikannya kepada mau menjadi boomerang bagi perusahaan."

Vania bisa memahami peringatan Baskoro dengan baik.

"Mulai sekarang, urusan Satya akan menjadi urusan saya. Kamu enggak perlu lagi berhubungan dengan lelaki itu, setelah hari ini kasus hak cipta ini akan di urus oleh Santy."

Vania mengangguk, perempuan itu sejujurnya sangat berterima kasih dengan keputusan Baskoro barusan. Benteng pertahanannya sudah setipis kelambu, Vania takut Satya akan memaksanya mengatakan kebenaran yang selama ini selalu di anggap sebagai omong kosong oleh mantan suaminya itu.

***

Vania berhenti melangkah begitu menyadari sosok Satya masih berdiri di samping mejanya, lelaki itu terlihat sibuk dengan ponselnya sembari sesekali melihat jam di pergelangan tangan.

"Maaf, Pak Satya. Ada yang bisa saya bantu?"

Satya memasukkan ponsel ke saku celananya dengan cepat, "Tentu. Saya sudah bilang kan, ada berkas yang harus dilengkapi jika ingin kasus perebutan hak cipta ini dibawa ke pengadilan."

"Saya sudah memforward pesan yang Bapak kirimkan tadi, apa Santy belum membawakannya untuk Bapak?"

"Kenapa harus asisten pribadi Pak Baskoro yang membawakannya, saya kan mengirimkan pesannya kepada kamu."

Vania menghela napas, mencoba sesabar mungkin untuk menghadapi Satya.

"Pak Baskoro bilang, mulai dari sekarang dan seterusnya Pak Satya bisa berkoordinasi dengan Santy jika ada sesuatu yang Bapak butuh kan dalam kasus perebutan hak cipta ini."

Bahu Satya langsung tegak, lelaki itu jelas tidak menyukai informasi yang baru saja di dengarnya.

"Kenapa tiba-tiba? Saya pasti kesulitan, sedari awal asisten pribadi saya berkoordinasi dengan kamu."

"Jangan khawatir, Santy bahkan jauh lebih kompeten di banding saya."

Satya mendengus, "Memang, sekarang saya bisa melihat sendiri betapa tidak kompetennya kamu sebagai karyawan. Ayolah, Vania. Kenapa kamu melibatkan masalah pribadi kita di sini?"

"Saya tidak melakukan apa pun."

"Jangan bohong!" Satya menggeram, "Kamu berusaha menghindariku, benarkan?"

"Kenapa saya harus melakukannya?"

"Itu pertanyaanku!"

Vania tersentak karena Satya tiba-tiba saja menggebrak meja, perempuan itu sedikit ketakutan. Vania tidak pernah melihat sosok Satya yang seperti ini sebelumnya.

"Itu pertanyaanku Vania, kenapa kamu berusaha menghindar? Di antara kita berdua, jika harus ada yang menghindar itu sudah pasti aku!"

"Lepas!" Vania berusaha membebaskan lengannya dari cengkraman Satya, "Lepas atau saya akan teriak!"

CINTA YANG KADALUARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang