stsp - chapter 14

81 3 0
                                    

Cowok Playboy's POV:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cowok Playboy's POV:

Gue bener-bener melotot waktu si Della nekad banget keluar dari kamar tapi nggak pakai celana. Shit shit shit.

Nggak, nggak bisa begini anjir. Ini cewek berani banget nggak pakai celana di apartemen cowok pula!

"Anjir lu beneran kagak pake celana? Lu sengaja bikin gue ngaceng apa gimana dah?" tanya gue sambil menahan rasa sesak di bagian bawah gue. Masalahnya bawah gue udah mengeras dari tadi anying.

"Ya bodo. Siapa suruh nggak punya celana yang ukurannya lebih kecil?" balasnya dan berjalan menuju dapur. "Ayo cepetan, ntar mienya keburu dingin jadi nggak enak!"

Akhirnya kami berdua makan di sofa sambil nonton Stranger Things. Gue nggak demen nonton yang tentang monster-monster begituan.

Gue lebih suka action yang banyak tembak-tembakkan. Salah satunya Top Gun: Maverick-nya Tom Cruise, itu gue suka sih. Sama satu lagi, yang banyak adegan ranjang sama adegan dewasanya. Eh nggak kok, bohong. Hehehe.

Gue ngeliat Della yang makan mie di atas karpet, sedangkan gue duduk di sofa. "Mendingan naik lu, Mbel, daripada lu masuk angin duduk di bawah," kata gue menyarankan.

Della menggeleng sambil menyeruput mienya. "Gue kan nggak pake celana! Kalau gue duduk di atas, nanti terangkat terus keliatan daleman gue!"

Ya elah, nanya baik-baik tapi dijawabnya malah pake ngebentak segala.

"Jadi cewek tuh ngomongnya lembut ah elah. Lu cowok atau gimana dah?" tanya gue. Della cuman mendelik, habis itu kembali makan lagi.

Karena gue nggak begitu ngerti sama jalan ceritanya, ya gue ikut nonton aja. Kalau remote TVnya direbut, bisa-bisa gue memar abis ditonjok sama dia wkwkwk.

"Njir, kok dia bisa tiba-tiba keangkat ke atas sih?" tanya gue sedikit terperangah dan mulai ngerti jalan ceritanya. Gue guncang-guncangin pundaknya si Della. "Del, itu kenapa bisa kayak gitu dah?"

"Diem ih! Lagi nonton malah diganggu!"

Dan episode pertama habis, lanjut dengan episode kedua. Mie kuah gue dan dia juga sama-sama udah habis.

Hujan juga belum reda. Mana gue masih ngajar jam tiga nanti—masih dua jam lagi sih. Mager juga.

Baru gue kembali setelah cuci piring, gue baru tersadar kalau Della masih duduk di atas karpet dengan posisi penyamping sambil menopang dagu nonton TV.

Dia tau nggak sih, duduk dengan posisi kayak gitu tuh bikin gue nggak bisa fokus. Gimana nggak, pahanya yang mulus tuh dibiarinin aja sama dia. Nggak dia tutupin pakai selimut atau bantal, seenggaknya inisiatif sendiri ambil dari kamar gue atau apalah.

Dia sengaja bikin gue terangsang sama tubuhnya atau pura-pura nggak tahu, sih?

Ah kacau, kacau! Gue udah nggak bisa mikir jernih lagi!

"Del," panggil gue menahan diri buat nggak menghardik dia. Dia masih anak orang, adeknya sahabat gue sendiri.

"Apa?" balasnya tanpa menoleh sedikit pun. Tatapannya masih tertuju pada series itu.

"Mau nyobain sesuatu yang belum pernah lu coba nggak?" tanya gue sengaja mancingin dia. "Sakit, tapi enak."

Della menoleh sekali, "Kang, gue tahu maksud lu apa. Tapi sorry aja, gue nggak tertarik sama yang begituan sampai gue menikah."

"Lu kenapa nggak tertarik? Karena sakitnya atau resikonya?"

Tapi Della nggak merespon. Nggak tahu dia pura-pura nggak denger atau dia bener-bener nggak denger sama sekali.

Tapi gue nggak bisa menahan diri gue. "Sekali aja deh cobain, abis itu selesai. Gue punya pengamannya kok. Bentar gue ambilin dulu."

Gue berjalan melewati Della.

Tumben. Gue nggak diomelin atau langkah gue nggak dicegat. Ini anak beneran budeg atau gimana sih?

Di kamar gue bawain sesuatu yang masih belum dibuka alias belum dipakai, masih tersimpan dengan rapi di bungkusan kardusnya.

"Lu tahu kan ini apaan? Pasti tahulah, orang udah umur 24 tahun, kan?" tanya gue, jawab gue sekaligus wkwkkwk. Abis gue beneran heran sama cewek satu ini, dari tadi omongan gue nggak digubris melulu. Berasa ngomong sama patung dah gue.

Tiba-tiba nggak ada angin, nggak ada hujan, Della pun menatap gue. Wajahnya merah banget kayak kepiting rebus. "Se—sekali ini doang, kan? Abis itu udah?" tanyanya pelan, pelan banget. Kayak udah semaput wkwkwk.

Gue nggak tahu harus gimana. Gue pengen ketawa bengek tapi gue tahan. Abisnya ekspresi wajahnya lucu banget. Ngegemesin. "Iya, iya, sekali doang kok," kata gue.

Yes, berhasil!









Author's POV:

"Nih, gue ajarin lu dulu ya. Biar lu waktu menikah sama cowok lu nanti udah ada bayangannya," kata Nathan ngasitahu. "Selama lu pacaran sama mantan lu, lu belum pernah, kan?" Nathan memang sengaja nggak mengatakan 'Steven' secara blak-blakkan pada Della dengan alasan satu aja yaitu ngamuk. Nathan takut kalau Della ngamuk hanya gara-gara nama haram itu diucapin wkwkkwwk.

"Pertama-tama, lu bukain kancing gue dulu," kata cowok itu lagi.

"Semuanya?"

"Iya, semuanya."

Della pun menurut. Dia membuka kancing kemeja Nathan yang sedikit ketat karena dadanya yang atletis satu per satu dan membiarkan cowok itu topless. Kelihatan Della meneguk air liurnya susah payah setelah ngeliat dada Nathan hasil dia workout itu.

Nathan cuman nyengir waktu ngeliat Della gugup gitu. "Abis itu, giliran gue yang buka baju lu. Atau lu mau buka sendiri? Terserah sih."

Cewek itu terdiam beberapa detik sebelum merespon, "Gue aja yang buka sendiri."

"Oke."

Jantung Della nggak kalah deg-degannya. Dia pelan-pelan dan penuh hati-hati melepas baju oversized milik Nathan yang dia pakai. "Abis itu?" tanyanya.

Nathan nggak bisa lepas dari pandangannya di depan sekarang.

Cewek setomboy Ardella Iriana Mahendra, yang suka main basket, yang selalu dikuncir kuda, jarang dimake up pun ternyata ada sisi feminin juga yang Nathan baru tahu.

Bra dan celana dalamnya warna hitam dan motifnya renda. Apalagi payudara Della yang agak besar kelihatan harus menampung dua gunung kembarnya yang sedikit melimpah ruah itu.

Bener-bener pemandangan yang lezat, kalau kata Elyonathan Glorious Setiawan.

"Jangan diliatin terus, peyang!" jitak Della setengah galak dan setengah malu waktu menjitak kepala Nathan dengan kepalan tangan.

"ADUH! IYA, IYA!" katanya. "Kalau dingin, mendingan kita pindah ke kamar aja. Daripada di sini..."

"Nggak usah, panas kok udaranya."

Itu jawaban Della yang bikin Nathan sedikit melongo. Kemudian dia melepas ikatan rambut Della.

Rambut Della yang panjang pun tergerai. Della sedikit merapikan rambutnya supaya nggak berantakan.

"Abis itu kita ciuman, maksud gue mouth to mouth, ya. Tapi awalnya kita ngelakuin foreplay dulu, biar lu nggak kaku sama nggak tegang," jelas Nathan like a pro. Della cuman ngangguk ngiyain aja. "Gue yang pandu, lu tinggal ikutin alurnya. Paham?"

Della mengangguk lagi, "Paham."

Dan Nathan pun beraksi.

si tomboy & si playboy - johnny nct🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang