7

12 3 0
                                    

"Ibu." ucap Kamel sambil terus memainkan sendok di atas piringnya.

"Iya sayang kenapa?." Jawab ibu Lina.

"Kamel mau sekolah bu. " Kamel menjawab dengan sedikit keraguan.

Bu Lina sedikit terharu mendengar ucapan putrinya, yang ingin melanjutkan sekolah karena seharusnya sekarang dia sudah masuk kelas sepuluh.

"Iya, nanti ibu cari sekolah yang bagus buat Kamel, sekarang makan dulu nak. " ucap bu Lina.

Kamel bukan anak kecil lagi, mendengar ucapan sang ibu ada rasa senang tetapi sedikit tersentuh dengan ucapannya.

Memang dia sekarang berbeda dengan anak pada umumnya. Tapi itu tidak terlalu menghalangi dia untuk terus belajar seperti mereka. Dia percaya bahwa setiap orang pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Begitupun dengan dirinya.

"Ibu ke sekolah dulu ya nak. " ucap bu Lina setelah selesai dengan sarapannya.

"Iya bu, hati-hati di jalan. " jawab Kamel pada sang ibu.

"Yaudah ibu berangkat. Assalamu'alaikum. "

"Wa'alaikumussalam." jawab Kamel dan bibi Asih.

Kemudian Kamel pun makan dengan ditemani bi Asih karena permintaan Kamel sendiri.

"Bibi nanti jalan - jalan yuk, Kamel bosen dirumah terus. "

"Iya kita jalan - jalan, sekarang makan dulu. " jawab bibi Asih lalu di jawab dengan anggukkan oleh Kamel.

°°°

"Ayo kumpulkan tugas minggu kemarin yang sudah bapak jelaskan! " Ucap pak Joko guru sejarah di kelas mereka.

"Jelaskan darimana orang cuman nyuruh doang tanpa diberi penjelasan." Bisik Ogi sembari mencari bukunya di dalam tas.

Bosan, karena hanya menunggu pak Joko menilai tugas darinya sampai bel istirahat berbunyi.

"Baik mungkin itu saja materi yang bisa saya sampaikan. " ucap pak Joko, yang kemudian keluar dari kelas.

"Materi apaan cuman ngurus buku, gak beres nih jadi guru di nilai juga kaga bisa gua juga cuman ngasih tanggal doang mah. " omel Ogi sambil membagikan buku kepada temannya yang lain.

"Gak ngehargain banget kasih nilai ke, ini cuman tanggal sama paraf mana gak estetik. "

"Udah lah Gi mnding ke kantin yuk cacing gua kelaparan nih. " Kata Suryana sembari terus mengelus perut nya, dan Cahya yang menunggu di dekat pintu kelas. kemudian merekapun pergi ke kantin.

Seperti biasa Inara datang ke kelas Bhilal untuk mengajaknya ke kantin.

"Ayo ke kantin" ajak Inara.

Dan Bhilal mengangguk sebagai jawaban. Kemudian merekapun pergi ke kantin, dengan inara yang menggenggam tangan Bhilal. 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang