PART 25

18K 1.6K 17
                                    

"Lo bawa kepala itu!"

"gak, gue gak mau!" tolak Kheyrin mentah-mentah.

"Lo mau gue bunuh?" Lelaki itu menatap tajam Kheyrin.

"Lo aja yang bawa itu kan hasil perbuatan lo." dengus Kheyrin pelan.

"Bilang apa lo?" nada suara lelaki itu terdangar sangat dingin membuat bulu kuduk Kheyrin meremang.

"Gak lupain aja." sergah Kheyrin cepat.

Lelaki itu mengisyaratkan Kheyrin untuk mengangat kepala itu.

Kheyrin menghela nafas sejenak dengan tangan bergetar ia mengambil kepala itu dengan memegang rambut dan mengangkatnya dengan tangan  yang sengaja ia jauhkan.

"Kenapa bukan lo yang bawa? Jujur aja gue takut megang nih kepala." kata Kheyrin pelan.

"Kalo gitu lo yang seret bagian tubuhnya."

Kheyrin melotot, sial ia lupa kalo kepala itu pasti memiliki tubuh. Ia bersyukur dengan jalan yang gelap membuatnya tak dapat melihat sekitar. Flash ponselnya juga ia matikan agar tak melihat mayat itu, cukup kepalanya saja yang hampir membuat Kheyrin jantungan.

"Gak makasih, gue udah cukup bawa kepalanya aja." cengir Kheyrin canggung.

"Tunggu disini biar gue yang bawa bagian tubuhnya nanti gue bakal balik ambil tu kepala. Ingat jangan coba-coba kabur!" ujar lelaki itu datar.

Kheyrin berdehem pelan dan mengangguk yang pastinya tak terlihat oleh lelaki itu.

Lelaki itu berbalik dan berjalan dengan bunyi sepatu yang berbunyi. Tak berlangsung lama lelaki itu kembali dan mengambil kepala di tangan Kheyrin.

"Ikut gue!" titah lelaki itu.

Kheyrin berjalan dengan hati-hati sambil memegang ujung baju lelaki itu. Bodoamat dengan rasa takut, ia tak bisa melihat jalan dengan jelas daripada nanti tersandung lebih baik dirinya memegang lelaki itu.

Kheyrin melongo ia pikir Gang ini jalan buntu ternyata ada jalan raya di ujung Gang ini. Ia menatap ke arah lain tak ingin melihat kepala itu karena sekarang sudah ada lampu jalan meski remang-remang tapi itu membuat ia dapat melihat sekitar dengan jelas.

"Lepas!"

"Ehh ohhiya." Kheyrin melepas tangannya dari pakaian lelaki itu.

"Diam disini."

Kheyrin mengangguk patuh tanpa melihat wajah lelaki itu. Ia lebih memilih menatap pepohonan di sampingnya.

"Masuk."

"Ehh?" Kheyrin mantap heran mobil itu yang entah sejak kapan sudah berhenti di depannya bahkan lelaki itu sudah duduk anteng di kursi kemudi. Tanpa berlama-lama lagi Kheyrin masuk ke dalam mobil itu dan duduk di samping lelaki itu. Mobil itu melaju pergi di tangah sunyinya malam.

"Mayatnya lo buang?" tanya Kheyrin ragu ia melirik sekilas lelaki itu.

"Di bagasi."

Kheyrin mengangguk mengerti, ia memilih menatap jalanan dalam diam.

Jalanan ini masih terlihat sepi tidak ada kendaraan yang berlalu-lalang kecuali mobil ini yang menjadi satu-satunya kendaraan yang lewat.

Kheyrin menyalahkan ponselnya. Jam menunjukkan pukul tiga pagi, Kheyrin menghela nafas pelan. Sudah di pastikan ia benar-benar tak akan pulang ke rumahnya untuk sementara waktu.

"Gue harus manggil lo apa?" tanya Kheyrin membuka suara setelah beberapa saat terjadi keheningan.

"Kenandra."

Kheyrin tak menjawab, ia memilih diam memikirkan semua ini.

"Gue yakin setelah ini semua bakal berubah." gumam Kheyrin.

Kenandra menghentikan mobilnya dan menoleh ke samping menatap datar Kheyrin, "lo gak takut?"

Kheyrin terkekeh kecil, " gue takut itu wajar tapi gue bukan gadis lemah yang akan sangat ketakutan lihat lo."

"Gue emang takut dan kaget karena itu pertama kalinya gue lihat mayat yang cukup seram. Dan wajar juga jika gue takut lo bunuh, gue juga manusia yang masih punya rasa ketakutan." lanjutnya dengan kekehan kecil.

"Jadi sekarang lo gak takut sama gue? Gue bisa aja bunuh lo sekarang." kata Kenandra datar.

"Kalo itu terjadi mungkin tadi lo gak bakal berubah pikiran dan harusnya tadi lo udah bunuh gue." ucap Kheyrin santai.

"Itu kan tadi tapi bisa aja saat ini gue bunuh lo apalagi di dalam mobil ini hanya ada kita berdua."

"Lo gak bakal bisa bunuh gue karena sedaritadi hanya ada kita berdua dan peluang lo buat bunuh gue itu banyak tapi lo tetap gak bunuh gue."

Kenandra terkekeh sinis, " kenapa lo bisa seyakin ini."

Kheyrin tersenyum manis, "Kenandra Axelio."

Lelaki itu terdiam tatapannya semakin datar dan tajam.

Kheyrin terkekeh pelan, "gak usah kaget, lo pikir gue gak bakal ngenalin lo karena perubahan lo ini? Dari awal lo tahu gue bukan Kheyrin harusnya lo juga tahu sikap gue dan dia berbeda. Kalo Kheyrin asli mengkin dia gak bakal ngenalin lo tapi beda dengan gue yang tetap bakal ngenalin lo."

"Lo gadis yang pintar ternyata." Kenandra tertawa kecil.

Kheyrin tersenyum angkuh, "makasih gue emang udah pintar dari lahir."

Lelaki itu mendelik sinis, "sangat percaya diri yaa."

Kheyrin tertawa kecil, "ohh itu harus. Btw, gue panggil lo Ken aja ya mau manggil El atau Elio wajah lo gak ada soft-softnya malah kalo di lihat lo serem banget udah kaya pembunuh."

"Sialan lo! Gue kan emang habis bunuh orang." decak lelaki itu malas.

Kheyrin terbahak, "maap gue orangnya pelupa."

"Gadis aneh."

"Gue denger El ehh Ken."

"Bagus berarti pendengaran lo masih berfungsi."

Kheyrin melolot, "sialan lo El!"

"Gue kan bener, lo gadis aneh! Nama gue aja suka lo ubah-ubah. Kadang manggil El, kadang juga Elio dan sekarang Ken. Tapi apapun panggilan lo ke gue kok kedengarannya nyaman-nyaman aja atau jangan-jangan lo ngirim gue guna-guna yaa?"

"Heeh kampret gue gak gitu yaa tapi bisa aja nanti lo gue santet."

"Kan di bilang juga apa, lo itu gadis aneh!"

"ELIO KENAPA LO JADI NGESELIN GINI BANGKE!"

"Nah kan baru juga di bilang nama gue lo ubah lagi!"

Kheyrin mendelik tajam, "KENANDRA GUE KUTUK LO JADI KODOK!"


Suddenly Became the Antagonist in the Novel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang