BAB 14 [SUASANA BARU]

95 9 0
                                    

Ayunda masih bergeming waktu mendengar keinginan Rama untuk tinggal pisah dari kedua orangtuanya. Dia ingin hidup mandiri tanpa bergantung dengan orangtuanya.

Di pihak Anta tidak ada komentar penolakan, sedangkan Ayunda masih belum memberi jawaban. Ke tiga adiknya sama seperti Anta.

Setelah mendengar keinginan Rama yang ingin tinggal terpisah, kini Bian ikut mengatakan hal yang sama. Bahkan dia sudah menyewa rumah yang akan ditinggalinya bulan depan.

"Kenapa harus nyewa kalau mampu beli?" ujar Aira ke Bian.

"Buat beli rumah harus punya modal gede. Lo kira kerjaan gue yang sekarang cukup buat beli rumah?" sungut Bian.

"Mau tinggal bareng?" tawar Rama.

Bian menyunggingkan senyum. "Boleh, lumayan ngirit pengeluaran." Dia tergelak. "Tapi nunggu gue abisin sewanya aja. Sayang, soalnya uang udah masuk."

Rama hanya mengangguk.

Keinginan Rama dan Bian yang tiba-tiba masih belum bisa diterima Ayunda. Dia terlalu terbiasa dengan keempat anaknya. Memang, kedepannya nanti semua anaknya akan menikah, tapi bisakah dia meminta waktu sedikit lebih lama untuk bisa satu rumah dengan mereka.

"Kapan kamu mau tinggal sendiri, Ram?" tanya Ayunda.

"Minggu depan. Rama beli rumah yang siap tinggal."

"Kenapa nggak bilang dari jauh-jauh hari?" ketus Ayunda tidak terima. Dia merasa anak sulungnya sudah tidak membutuhkan bantuannya sama sekali.

Rama hanya menunjukkan senyumnya sambil berkata, "Kalau Rama bilang dari jauh-jauh hari. Bunda pasti ngelarang dan bikin drama supaya aku menunda keputusanku. Aku perlu ruang privasiku sendiri."

Ayunda langsung mengerucutkan bibirnya ketika mendengar jawaban putra sulungnya. Anak itu sudah pandai menjawab.

Jauh di dalam lubuk hati Ayunda sebenarnya dia ingin lebih dekat dengan Rama. Apa lagi anak sulungnya itu susah didekati,  sudah usia tua, belum menikah, ada gosip soal kedekatannya dengan perawat saja dia tidak tahu kalau bukan diberitahu oleh Joe.

Kalau Bian, Ayunda masih bisa memantaunya karena sudah tahu seperti apa Yasmine. Sedangkan soal Rama, dia bahkan tidak tahu seperti apa gadis bernama Anna yang diceritakan oleh Joe.

"Yasudah kalau memang itu kemauan kalian. Bunda bisa apa. Mau dilarang pun percuma, kalian pasti milih kabur daripada enggak bunda izinkan." Ayunda berkata jujur, meski hatinya masih belum rela melepas kedua power rangersnya.

Namun, demi kebaikan kedua putranya dia mau mengalah. Ya, mengalah untuk sementara. Ayunda terlalu memiliki banyak waktu luang untuk mengurus suami dan anaknya. Jadi, dia sudah punya rencana sendiri kedepannya nanti.

***


Malam itu, Rama menelpon Joe dan memberi tahu soal kepindahannya ke rumah baru yang lebih dekat dengan rumah sakit.

Terlalu banyak yang Rama tinggalkan. Kebiasaan mengawasi ketiga adiknya yang sangat brutal dalam menyelesaikan masalah, meninggalkan kedua orangtuanya yang sering pergi ke luar kota untuk berbisnis dan meninggalkan rumah yang begitu hangat dengan banyaknya kenangan.

[Lo yakin mau ninggalin rumah?], tanya Joe dari seberang telepon

"Memangnya kapan saya bohong?"

[Astaga, Ram. Mendadak banget. Abis kesambet apaan?]

"Enggak, saya cuma mau lebih mandiri aja."

[Yaudah, kapan lo pindah? Biar gue bisa bantu.]

"Sabtu ini."

Ketika mendengar kesanggupan Joe yang akan meluangkan waktunya, Rama hanya tersenyum dan mengakhiri panggilannya.

ESCAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang