A/N : pembaca yang baik adalah pembaca yang meninggalkan jejak. Entah itu komen, vote dan follow. Thanks_
.
.
Auckland. New Zealand_
"Mom! Mommy! Apa kau melihat payung kuningku? Aku tak mau pergi les jika tanpa payung itu." Ucapnya merajuk.
Seseorang wanita cantik yang dipanggil Mommy itu hanya menggeleng heran dengan putrinya yang satu itu. Ia yang saat itu sedang sibuk memasak di dapur terpaksa mematikan kompor demi membantunya mencarikan sesuatu.
"Memang kau menyimpannya di mana tadi?"
"Di mejaku, Mom. Tapi sekarang mendadak tak ada padahal itu payung kesayanganku pemberian terakhir Appa."
"Dasar manja. Aku meminjamnya saat kau belum pulang tadi." Ucap gadis blonde yang muncul dari arah luar dengan membawa payung yang sudah basah itu.
"Yak! You must tell Me if You want to take My things!"
"Sorry." Ucapnya enteng dan memberikan payung basah itu padanya.
"Bukan'kah Jung Chaeyoung sangat menyebalkan, Eomma? Dia selalu sesukanya mengambil barang-barang milikku."
"Yak! Jung Lisa Beraninya kau menyebut nama itu di__"
"Sudah jangan ribut. Lalice benar, Rosie, seharusnya jika ingin memakai barang adikmu kau harus ijin dulu padanya."
"Ya, aku minta maaf. Tadi tak sabar ingin membeli sesuatu. Dan aku melihat payungnya di meja saat Lalice belum pulang."
"Ya sudah. Karena payung Lalice sudah ada, ayo kita makan siang lebih dulu. Rosie juga akan pergi les hari ini." Mereka mengangguk patuh pada wanita muda yang masih sangat terlihat cantik meski kini sudah memasuki usia 30an akhir. Menjadi seorang Single Mother atau Single Parent dengan kedua anaknya di negara orang tentu saja bukan hal mudah setelah kepergian suaminya setahun lalu. Tetapi Ia tak pernah menyerah. Apapun yang terjadi Ia akan selalu menjaga dan memberikan yang terbaik pada mereka berdua sesuai permintaan mendiang suaminya itu.
"Besok perayaan satu tahun mendiang Appa. Kalian tidak ada acara'kan?" Keduanya menggeleng kompak setelah menyelesaikan makan siangnya itu. Walau ada acara sekalipun mereka pasti akan membatalkannya demi menemui ayah mereka bersama ibunya.
"Kenapa cepat sekali Appa pergi. Ia bahkan tidak sempat melihat kita yang sudah lulus sekolah." Ucap Rosie dengan nada sedih.
"Sudah jangan sedih. Daddy pasti tidak menyukai kita jika menangisinya terus."
Lalice yang berada disampingnya memeluknya hangat. Membuat Jisoo tersenyum haru melihat hal itu. Padahal tadi mereka sedang ribut karena masalah sepele. Dan sekarang salah satu diantara mereka tengah menghibur saudaranya yang sedang sedih. Yang dapat Jisoo rasakan jika sebenarnya Lisa lebih dewasa dari Chaeyoung.
Ya, wanita itu Kim Jisoo. Ia sudah lama tinggal di negara maju itu bersama mendiang suaminya sejak sikembar dilahirkan. Ia bahkan tak pernah sekalipun menceritakan negara dimana Ia dilahirkan pada kedua putrinya itu. Ia tak ingin keduanya sedih jika mengetahui sesuatu tentang negara kelahirannya. Membiarkan waktu yang akan menjawab segalanya. Karena sejujurnya di sana, ada seseorang yang sangat Ia rindukan selama ini tetapi tak bisa mendekatinya seperti dulu lagi. Seseorang yang sudah Ia anggap adiknya sendiri. Karena jika tanpanya mungkin saja kehidupannya takkan sebahagia saat ini. Tidak pernah tahu lagi bagaimana kabarnya selama ini setelah kepergiannya. Jisoo selalu berdoa semoga adiknya baik-baik saja dan penuh dengan kebahagiaan. Meski tanpa dirinya lagi disisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Still Remember You
FanfictionBagi Jennie kehadiran Lisa adalah sebuah aib untuknya. Bahkan Ia ingin melenyapkan Lisa yang saat itu masih dalam perutnya. Tetapi sebagai sahabat yang baik Jisoo melarangnya. Bagaimanapun juga Lisa yang ada dalam rahim Jennie adalah anugerah. Ia la...