04. RUMOR

4 0 0
                                    

Pagi yang sedikit mendung di hari rabu ini Keyra berjalan cepat, dengan membawa jaket ditangannya.

Bulir keringat membasahi pelipisnya, melirik jam di tangannya.. Sudah telat, mungkin sebentar lagi guru memasuki kelas.

Keyra semakin mempercepat laju larinya, hingga setibanya ia di kelas 12 IPS 2 Keyra segera memasuki kelas tersebut dan bernafas lega.

Untung saja, Bu Nita belum memasuki kelas. Keyra segera menaruh ranselnya di meja, mendudukan pantatnya dikursi.

Sejenak melirik pandangan mereka padanya, bukankah sudah biasa ditatap sinis? Namun kali ini ada yang berbeda, gadis itu pun memilih acuh seperti biasa.

Lagi bisik-bisik tak mengenakan kembali terdengar, membuat telinga serta hatinya panas.

"Anjir seriusan lo? Nyokapnya pelakor? Cok gila.."

"Serius, gue aja gak nyangkaa.. Pantesan anaknya sombong dan angkuh gitu." cibirnya.

"Pelakor! Najis!" Desis Layla pelan.

"Ibu nya gila guys!" imbuh salah satunya. Melirik sinis ke arah Keyra.
Namun masih bisa didengar oleh telinga tajam Keyra, gadis itu mengepal. Rumor itu lagi-lagi kembali memanas.

Ia sudah muak, Keyra menoleh kearah mereka. Melayangkan tatapan menghunus, yang membuat kaum rumpi tersebut kicep dan gelagapan.

Gigi Keyra bergemeletuk kesal, memilih abai. Tak hanya menyakiti hatinya, ucapan pedas mereka mampu melukai hati rapuhnya. Serta mentalnya.

Tatapan sendu tersebut menerawang, Keyra menunduk. Netranya berembun, gadis itu berusaha menahan air matanya agar tidak tumpah.

Keyra lemah jika menyangkut orang tuanya, mengangkat tangan meminta izin ke toilet yang langsung di setujui oleh bu nita yang baru saja mengajar.

Keyra sedikit berlari dengan pandangan ke bawah, menuju toilet menutupi mulutnya.

Menuju bilik kamar mandi, tangis Keyra pecah. Terisak pelan, memukuli dadanya yang sesak. Selalu seperti ini, makian hinaan selalu ia dapat. karena rumor ibunya seorang pelakor. Dan dianggap depresi.

Ibu Keyra memang depresi, tapi beliau bukan pelakor. Itu fitnah, orang-orang bermulut kejam tak punya perasaan yang main menghakimi dan lebih percaya pada satu opini yang membawa nya menjadi penyakit hati.

Keyra menangis tertahan, setelah cukup puas. Keyra perlahan keluar dan membasuh wajahnya yang sedikit sembab. Memoleskan sedikit bedak agar tak terlalu terlihat sehabis menangis.

Netra nya kembali menajam, berjalan tegap dan menuju kelasnya. Memulai semuanya seolah baik-baik saja. Padahal jauh didalam lubuk hatinya menangis tersedu-sedu.

****
Bell pulang sekolah berbunyi nyaring, para siswa-siswi SMA BHAKTI NUSA. Terlihat berbondong-bondong keluar, Keyra memilih paling akhir.

Hingga tersisa ia sendiri didalam kelas, keyra pun beranjak. "Ekhem.." deheman dengan suara bassnya membuat Keyra mendongak.

Dilihatnya Reyno yang tengah menghalangi pintu kelas dengan tangannya, hal itu membuat Keyra mendengus malas.

"Minggir!" ketusnya. Namun Reyno mengabaikannya, lelaki itu justru menarik tangan Keyra dan menggenggamnya.

"Pulang bareng." ajaknya. Keyra melirik tautan tangan mereka, sedikut geli akan tingkah lelaki disampingnya. Meski pipinya sedikit memanas. Ah apa ini? Tidak, tidak! Ia tidak boleh baper oleh perlakuan Reyno.

Hingga tiba nya mereka diparkiran, Reyno melepas tangannya dan meraih helm. Memakaikannya di kepala Keyra, Keyra tersentak. Gadis itu sedikit terkejut akan sikap Reyno hari ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 19, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KeyNoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang