SAQUEL

109 16 8
                                    

"Dek Mui--"

"GAK JADII!! "

Itu kenapa mata langsung melotot gitu heh. Belum juga selesai aku manggil, itu mata rasanya udah mau lepas aja dari tempatnya.

Ya Rabb! Lindungilah hambamu yang cantik jelita, manis dan rajin menabung ini dari amukan suami hamba yang paling tampan.

Ya Gusti kenapa santriwati yang lain bisa memanggilnya dengan sebutan 'dedek' sepuas hati, giliran istrinya yang manggil malah dia cosplay jadi reog. Apakah hamba telah mengucap kalimat pemanggil reog?

"Ayolah. Kenapa matanya gak berhenti melotot De--"

"HIIIIHHHH!!"

Mendingan aku balik badan daripada aku merinding dari ujung kaki sampai ujung ubun-ubun gara-gara melihat suami sendiri yang bagai kuntilanak mau nerkam mangsa. Mana mendukung lagi rambut panjangnya digerai karena habis keramas.

Ekhem... Iya keramas.

Ekhem tau lah yaa.. Udah sah dimata hukum dan agama dan RESMI dimata masyarakat jadi suami istri empat bulan yang lalu nih.

Ekhem.. Pestanya udah digelar 7 hari 7 malam.

Ohok! Ohok! Capek batuk anying. Balik ke topik awal AKU DIPELOTOTIN KANG MAS MUICHIROU!

Salahku apa mas? Aku hanya mau meniru santriwati-santriwati yang lain manggil situ pakai Dedek. Kan masih gemesin kamu tuh makanya jiwa-jiwa tante ini menggebu-gebu.

"Kang Maaass~" Jurus maut ku keluarkan agar Dedek Gemes pribadiku ini luluh. Chiat! Yaitu dengan panggilan menggoda iman.

Yah.. Meskipun aku gak mau keramas dua kali sih.

"Ayolah jangan serem gitu matanya. Pengen manggil gitu soalnya dedek bayi disini pengen manggil bapaknya gitu" Aku memeluk manja lengannya dan mengusap-usapkan kepalaku ke bahunya.

Udah kayak kucing minta ikan asin aja nih aku. Ayo luluh dong. Masa udah dikasih jurus maut masih aja marah?

"Permintaan bayi atau kamu aja yang iseng? Hmmhh?!" Aduh ittai loh mas nyubit nyubit hidung seksiku. Kalau makin masuk ke dalam emangnya kamu mau biayain operasiku ke Korea?

Ittai= sakit

"Permintaan Dedek bayi. Coba elus deh siapa tahu perasaan Dedek bayinya tersalurkan ke ayahnya." Kutarik lembut tangan mas Mui biar ngelus perutku.

Lembut ya lembut. Aku gak narik paksa juga, lagian mas Mui juga mau mau ae kok ngelus perut hasil goyang-- MAAF DISENSOR!

Asik! Perutku dielus lembut sama mas Mui. Kebahagian terbesar bumil ya gini nih. Pas suami ngelus-ngelus manja perut bumil yang udah ada gundukan kecil nan imutnya.

Oh iya, sekedar klarifikasi aja nih siapa tahu ada yang kepo. Aku udah hamil 3 bulan di usia pernikahan RESMI aku dan mas Mui yang umurnya 4 bulan.

Gak diragukan lagi emang yang namanya kang mas Muichirou Tokitou. Udah ganteng, pinter bikin dedek lagi heemmmhh.. Aku baru umur 18 tahun udah mau dijadiin mama muda.

Alhamdulillah bisa nyenengin Mbah Kyai Kakushibou.

Kalian harus tahu seheboh apa Mbah Kyai pas tahu aku hamil. Dia hampir salto di halaman ndalem pas dikasih tahu Kang Mas kalau aku hamil. Dia bahkan meluk ayah Kang Mas sambil teriak 'AKU JADI KAKEK BUYUT!' heboh sekali bukan? Padahal dulu pas belum RESMI menikah di muka umum suka dihukum cuma karena berduaan. KITA SUAMI ISTRI LOH. BUKAN ANAK BAU KENCUR YANG PACARAN. Kesel banget ngingatnya.

Astaghfirullah, bumil gak boleh kesal apalagi marah-marah. Nanti dedekku keriput lagi. Gak mulus kayak wajah bapaknya.

"Kang Mas. Kadang aku bingung gimana caranya Kang Mas bisa bikin aku cepat jadi bumil kayak gini." Mari kita isi keheningan ini dengan pembicaraan santai.

"Kamu tahu kan kamu yang keenakan dibawah--"

"SSSHHHH! HEH!" Kenapa pembicaraannya jadi gak santai gini. Kenapa malah jauh banget kesana.

"Bukan itu yang kumaksud." Kadang-kadang rada sengklek nih otaknya padahal tiap hari mulutnya dipakai ngaji.

"Doa apa yang mas panjatkan sampai aku cepat hamil gini. Itu maksudnya Kang Mas." Dan inilah sebenarnya tujuan saya bertanya. Bukan nanya masalah yang harus disensor.

"Ada. Kamu gak perlu tahu." Jawaban apa-apaan ini Kang Mas?

"Kenapa dirahasiain?" Aku ngerutin dahi kesal.

Nah kan aku kesal. Padahal bumil tuh harus dibuat senang terus. Kenapa sih suami hamba berbeda.

"Oh jadi main rahasia-rahasiaan ya sekarang dari aku?" Aku pun ngambek dan jauhin mas Mui. Geser duduk agak jauh deketin jendela.

Aku dengar Mas Mui ketawa.

Cih! Istri ngambek malah diketawain. Emang ngajak perang nih anak satu. Apakah ini saatnya bumil duel pedang di lapangan?

"Gak gitu, sayang." Aduh leleh kalau gini dedek Mas. Rasanya seperti melayang di bawa banyak kupu-kupu yang terbang di dalam perut.

Mas mui mendekat dan memelukku dari belakang. Ya Gusti, kenapa momennya romantis sekali.

"Kamu cukup nuai hasilnya aja. Urusan doa dan usaha biar aku aja yaa." Dia ngelus lembut kepalaku. Ngacak ngacak gemas rambut setengah basahku.

Saking lelehnya aku sampai gak bisa berkata-kata. Bisa ae nih anak abis bikin kesel sampai ubun-ubun sekarang dibikin ngefly.

"Mau cium." BUKAN AKU NAMANYA KALAU TIDAK NGELUNJAK AHAHAHAHA.

"Kenapa bumilnya manja banget gini?" Dia nyium kepalaku gemas.

"Bukan disitu, Mas."

"Disini?" Kang Mas kembali menciumku tapi pindah tempat jadi di dahi.

"Bukan disitu juga." Ehehehe.. Senang kalau suami lagi mode manjain istri kayak gini.

"Disini Humairah?" Dia mengecup pipiku gemas sembari menekan pipiku yang sebelahnya.

Aku ketawa kecil saat sadar mas Muichirou bukannya kesal ngehadapin sikapku yang manja. Malahan dia gemas dengan aku yang mode begini.

Rasanya ingin hidup tenang begini tanpa Kang Mas mode mbak kunti.

Kang Mas yang terus manjain dan buat aku seneng kayak gini.

Tapi emang akunya sih yang gak boleh mancing masalah wakakakakak.

.
.
.

Sekian cerita singkat ini. Semoga membuat hati kalian yang rindu dengan Gus Muichirou Tokitou bisa terpuaskan. Babay pren udah buntu ide nih.

THEN I MEET YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang