Aku duduk manis di sebuah bangku di dekat tebing yang berada di ujung hutan belakang pesantren. Tentu saja aku tidak sendirian, disampingku duduk Kang Mas Muichirou yang membalas tatapanku dalam diam. Berbalik terbalik dengan wajahnya yang tak menunjukkan sedikitpun ekspresi, tangannya menggenggam erat tanganku dan mengelusnya pelan menggunakan ibu jarinya.
Pipiku menunjukkan sedikit warna merah semu. Mataku beralih menatap depan. Melihat pemandangan indah ladang-ladang ditepi lembah yang baru saja ditanami. Akhirnya, setelah beberapa belas menit kami duduk, kami bisa melihat cahaya sang mentari menyapa kami dengan malu-malu.
Aku berdehem pelan. Mencoba menghilangkan rasa canggung di sekitar kita berdua.
"Kita gak kembali, Mas?" aku bertanya tanpa membalas tatapannya lagi.
"Enggak." jawabnya singkat.
Aku merasakan kepalaku yang ditarik oleh tangannya dan di senderkan ke bahunya. Percuma aku dari tadi tarik nafas panjang untuk menghilangkan gugup dan warna pipi, ini malah makin parah, Masyaallah.
"Aku mau disini dulu. Berduaan denganmu." tolong! Aku terbang. Demegnya gak main-main yah dedek gemes kalau udah terlanjur bersikap manis.
"N-Nanti dicariin, Mas." tarik nafas. Buang. Tarik nafas. Buang. Biasakan dirimu (Y/n). Kan udah pacaran bertahun-tahun dari dulu.
Iya. Kenapa dulu aku bisa dengan mudah berduaan dan bahkan bercumbu dengannya tanpa mikir dosa. Astagfirullah, syaiton emang dabest kalau nyesatin manusia ya. Tapi kenapa sekarang saat sudah resmi, aku jadi mudah gugup begini? Apa karena tidak boleh dan tidak bisa melakukannya selama dipondok, aku jadi terbiasa dengan rasa takut yang dibikin Mbah Kyai selama ini?
Aku tidak tahu.
"Gak bakalan ada yang nyariin. Mungkin mereka ngira kita masih diceramahi Mbah Kyai." aku akhirnya menoleh dan menatapnya dengan tatapan bertanya.
"Mana bisa gitu. Udah dari jam empat tadi kita keluar dari kediaman ndalem. Kita juga abis sholat berjamaah di masjid loh, Mas." uhuk! Bagus banget ini mulut kalau dibuat ngajak gelud. Lihat ekspresi tenang dedek gemes udah ilang. Berganti dengan ekspresi jengkel. Diterkam abis ini aku, salahku malah godain singa yang lagi jinak.
"Diam!" nah kan aku dibentak. Untung sayang.
"Gak mau berduaan denganku disini?" eh! Jangan ngambek gitu lah Mas.
"Iya. Aku mau." dengan nurut begini. Bakalan bikin suamiku gak marah lagi. Sabar aku tuh.
Muichirou beralih menepuk-nepuk kepalaku yang masih setia nyender nyaman dibahunya. Mungkin dia ingin mengucpkan 'Jawaban yang bagus, (Y/n) tapi versi ikemen. Biar gak kedengeran terlalu terlihat senang. Curang banget ya.
Beberapa menit kemudian. Keadaan kembali diisi dengan keheningan. Sesekali suara burung menyahut dari kejauhan sebagai backsound keadaan canggung yang menyiksaku ini.
Beberapa kali dilirik, dikode biar dia ngajak ngobrol, si dedek gemes tetap saja diam sembari menatapku. Ada apa dengan aku? Woy! Tolong bantu jawab. Aku ini gak tahan digiiniin tanpa satu alasan yang jelas. Lama-lama berasep juga aku ini ditatap dengan penuh cinta seperti itu.
"M-Mas gak capek natap aku?" aku gak kepedean kali ini. Jangan tiba-tiba bilang--
"Suapa yang menatapmu." kucolok itu matamu Mas. Aku menatapnya dengan tatapan tak terima.
Dia terkekeh pelan setelah melihat ekspresiku. Aku baru sadar, suara tawanya lebih menyebalkan dari gerutuannya.
"Hanya melihat bidadariku yang tengah cantik-cantiknya."
Impossible ini, woy! Impossible! Bangunkan aku dari mimpi ini. Mas Mui mana bisa kayak gini di kenyataan!
"Malah ngegombal." aku bersungut-sungut menyahuti ucapannya yang membuat pipiku memerah lagi.
"Siapa yang gombal?" aku tidak menjawabnya dan lebih memilih nunduk. "Ini jujur dari lubuk hati yang paling dalam."
MY COCORO GAK SANGGUP NERIMA LAGI WOY!! YAMETE KUDASAI!
"Ternyata habibah bisa Humairah juga." aku nge fly tinggi ini tolong please jangan dijatuhin. Itu panggilan rasul pada Aisyah r.a, yang artinya pipinya kemerah-merahan loh. Kan aku merasa menjadi wanita paling diistimewain di dunia.
Hikd.
Aku mau pingsan.
"Kok hawanya udah panas banget ya. Pengen mandi sungai aku." tanganku mengibas-ngibas di depan wajahku.
"Gak akan ku biarkan. Nanti masuk angin. Aku gak mau istriku tersayang sakit."
Tolong! Kokoroku tidak bisa bertahan lagi.
"Masuk angin doang, bisa dikerokin kok." aku mengalihkan wajahku mencoba menghindari tatapan matanya dan senyum menggoda yang serasa ingin menyuruhku untuk memperkosanya.
ASTAGFIRULLAH, PIKIRANKU. TOLONG! SIAPAPUN. SELAMATKAN MUICHIROU DARIKU!
"Baiklah, nanti kekamarku ya, ku keroki."
"HEH!"
Silvi! Teman-teman sekamarku! Mbak-mbak pondok. Besok akan ada berita santri pingsan karena kebanyakan blusing.
Beneran End.
Moga gada typo >~<
Dan sayounara :3
Sampai ketemu di cerita aku yang lain :3
KAMU SEDANG MEMBACA
THEN I MEET YOU
Fiksi PenggemarKetemu husbu pas masuk dunia anime memanglah epic. Tapi pernah gak sih lo. Masuk pesantren karena dipaksa orang tua malah ketemu dedek gemes :v Udah baca ae. Aulia bawa Muichirou Tokitou kali ini >~< Btw karena ada adegan icha-icha. Aulia sarankan d...