Bagian 34 ( Diagnosa)

126 7 6
                                    

Malam ini aku tak bisa memejamkan mata ku, bukan cuma karena mata ku yang sembab karena menangis tadi, tapi kepalaku serasa mau pecah karena sakitnya, aku tak tau harus berbuat apa, aku sudah mencoba meminum obat agar sakitnya hilang tapi tetap saja tak ada ngaruhnya.

apa yang harus aku lakukan ? ini benar benar sakit, aku tak mungikin mengadu ke bang gibran, ini hanya akan membuat dia khawatir dan cemas, apa aku telp faris aja, ah jangan ini sudah malam, sebaiknya aku mencoba untuk memejamkan mata dan menahanya sedikit lagi hingga aku tertidur.

Dan benar saja aku pun tertidur walau haris sudah sangat larut.

Keesokan paginya kepala ku masih terasa sedikit pusing, tapi itu tak mengahalangiku untuk pergi ke kantor.

sesampainya di kantor aku langsung menuju ruangan ku untuk menaruh tas ku, mengingat kejadian kemarin aku masih merasa bersalah ke kak tiak, apa kak tika bakal menyebarkan soal aku dan bg gibran ke karyawan kantor?

aku tak apa apa jika harus dikeluarkan dengan tak terhormat asal jangan bg gibra, jngan sampe bg gibran dikeluarkan juga cukup aku yang menanggungnya, ini semua kesalahan ku, karena akulah bg gibran seperti ini, ahh kepala ku masih sedikit pusing.

sesampainya di ruangan aku sudah melihat tas faris dan bg arif, sepertinya mereka sudah duluan ke kantin, pas aku cek hp benar saja sudah ada pesan dari faris.

'Kamu di mana ma? aku dan bg arif nunggu di kantin'

'Baru Nyampe ris, ini mau otw kantin'

'ok, aku tunggu yah'

Aku pun jalan menuju kantin, saat mau keluar ruangan tiba tiba bg gibran menelpon ku.

"hallo ma...."

"iya bang hallo.."

"kamu ngk apa apa kan?"

"aku baik baik aja bg"

Aku sakit bang, sakit menanggung rindu jauh darimu tapi aku tak bisa membuat bang gibran khawatir akan diriku.

"aku khawatir sama kamu ma, aku selalu memikirkan mu disini, aku ingin ketemu kamu"

tak kuat rasanya aku menahan air mata ini mendengar ucapan bg gibran, hati ku perih dan kepalaku masih pusing bahkan di saat seperti ini bg gibran tak ada disampingku.

" aku baik baik aja bg, abang fokus aja kerja d sana biar cepat selesai dan balik kesini lagi, aku juga rindu bg gibran, bahkan rindu ini lebih besar dari yang abang rasakan, tapi kita harus kuat bg aku yakin kita bakal bersama lagi "

"iya ma, kamu yang sabar yah nungguin aku balik, aku janji aku akan segera balik dan kita sama sama lagi"

"iya aku setia menunggu bg gibran"

"aku lanjut kerja dlu yah ma, aku sayang kamu"

"aku juga sayang kamu bang"

Tak terasa air mata ini menetes kembali, sakit rasanya menyesak ke dada apa ini ujian terberat buat aku, aku tak menyangkah ternyata sesak menanggung rindu itu seberat ini.

aku kambali melanjutkan jalan menuju ke kantin, dikantin ku lihat bg arif dan faris sudah duduk dibangku yang biasa kami duduki, bahkan aku merasakan bayangan bg gibran di sana.

ku lihat kak tika dan kawan kawanya juga lagi duduk di kantin, kak tika memperhatikan ku dengan tatapan dinginya, aku tak tau apakah kak tika sudah memberi tahu orang orang kantor soal kemaren.

"kamu baik baik aja kan ma" tanya faris.

"kamu kelitan pucet ma " saut bg arif.

" aku baik baik aja kok, cuma rada pusing aja "

Rama GibranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang