Bagian 29 (Berpisah)

158 7 0
                                    

Sesampainya didepan ruangan kepala perusahaan aku pun berhenti dan menunggu bg gibran keluar, ku rasa dia masih di dalam, aku butuh kejelasan bg gibran.

Hati ku tak tenang, air mata ku seakan mau menetes dan tangan ku gemeteran menunggu nya di luar, kenapa harus gini kenapa harus mutasi, kenapa harus pisahhh (teriak ku dlam hati)

Aku ngk bakalan siap untuk pisah dari bg gibran, apa aku ikut dia aja pindah. Yah itu lebih baik bg gibran pindah aku juga pindah.

Cukup lama aku menunggu hingga kaki ku pegal, dan ku putuskan untuk duduk di lantai dan bersandar didinding.

Kreekkk (bunyi pintu terbuka)
Benar sekali itu bg gibran yang keluar dari ruangan kepala perusahaan.

Dia kaget melihat ku duduk di lantai.

Gibran "Rama... Kok kmu d sini?

Aku cuma tersenyum kecil namum terkesan bersedih dan mulai berdiri perlahan lahan..

Rama " Aku nungguin kmu bg.. (Mencoba senyum)

Bg gibran cuma menatapku dg wajah nya yang mencoba menutupi kesedihan ya, aku yang tau akan hal itu sontak tak kuasa dan meneteskan air mata di depannya..

Rama "aku mau pulang bg, aku mau balik ke kos (terdengar suara ku yang lirih)

Bg gibran langsung memeluk ku dengan erat, lorong itu sepi karena jarang orang lewat sini hanya yg berkepentingan dg kepala perusahaan saja yang lewat sini.

Bg gibran " Yaudah kita pulang, kita izin aja hari ini, biar aku yg bilang sama kepala devisi.

Bg gibran melepas pelukanya dan aku menundukan kepala ku dengan wajah penuh air mata.

Gibran "kamu tunggu d parkiran saja, tas kmu biar aku suruh arif atau Faris yang antar nanti.

Aku mengangguk kecil tanda mengiyakan kata katanya.

Aku pun berjalan menuju parkiran motor, mata ku sudah mulai sembab dan pipi ku memerah karena menangis.

Tak lama menunggu bg gibran pun datang menghampiri ku, dari jauh ku pandangi terus bg gibran, Apa setega itu kau ninggalin aku bg (lirih dalam hati).

Bg gibran mengambil motornya.

Gibran " Aku udah minta izin tdi, sekarang kita pulang ke kos kmu, ayo naik.

Aku pun naik ke atas motor nya, di perjalan pulang aku memeluk dia begitu erat dan tak peduli dengan pandangan orang lagi.

Sesampainya di kos, kami langsung masuk kamar dan mengunci pintu kos, aku duduk di atas kasur dan dia juga menyusul duduk di sebelah ku.
Aku mencoba bersikap tenang dan tan mau mengungkit maslah itu.

Kami terdiam sejenak diam tanpa kata, dan cuma jarum jam dinding yang berbunyi.

Gibran "Ma.. Maafin aku...

Rama " Kamu belum sarapan kan, aku beliin soto yah di depan. (Aku tak mau mendengar penjelasan nya yang akan membuat diriku tak akan sanggup berdiri lagi)

Gibran "aku dah sarapan ma di rumah..

Rama " Atau kamu mau minum?

Gibran "ngk ma, aku mau jelasin ke kamu soal..

Aku langsung berdiri..

Rama " Aku beliin minum di luar bentar yah..

Aku pun melangkah dari  nya (mencoba mengalihkan topik dan menyembunyikan  kesedihan ini)
Baru beberapa langkah darinya bg gibran langsung ngomong.

Rama GibranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang