8. memberanikan diri.

20 3 2
                                    

_________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_________

Sory, alurnya ku perlambat.
.
.
.

   Jam istirahat yang seharusnya menjadi waktu yang paling menyenangkan bagi setiap siswa siswi. Namun tidak bagi Vagenza, mood nya seketika hancur saat melihat gadis yang berhasil membuatnya tersenyum kini tengah duduk berhadapan dengan seorang laki.

   Sesekali tampak Anatha tertawa saat berbicara dengan lelaki itu.

  Vagenza menarik sudut bibirnya berdecak malas, lalu menyempitkan sebatang rokok disana. Pria kejam itu memasukkan satu tangannya ke dalam saku celana, beranjak memasuki kantin mendekati meja tempat gadis itu duduk dengan gaya coolnya.

Vagenza, Zero nya Fazero gang. Menarik satu kursih lalu duduk diantara Anya dan Anatha. Karna risih, Anya pun berdiri dan beranjak kesamping pria yang ada dihadapan Anatha.

" Kenalin, calon" ujarnya penuh penekanan sembari menjulurkan tangan kanannya pada pria itu.

Devano, pria yang sedang duduk dihadapan Anatha. Menatap aneh uluran tangan tangan dari Vagenza, si kejam yang anti disentuh sembarangan orang.

" Calon suaminya Natha" lanjutnya membuat Rani ingin berpuisi tentang Anya yang sedang berusaha menabung.

" Devan" ujarnya tersenyum menjabat uluran tangan Vagenza.

Setelah mengatakan itu, Vagenza berdiri dari duduknya.

" Ke kantin belakang sekolah!" titahnya kepada lima orang temannya yang hendak memasuki kantin.

" Ya elah, ya udah ayok"

" Asik makan mie setan pedas lagi"

" Cocok kok, setan makan mie setan. Beh serasi" Dani mengacungkan dua jempolnya kehadapan Dion.

" Ghost tamvan" bangga Dion menjadi setan.

" Iyah tamvan macam lucinta Luna"

Sementara Anatha masih bingung, mencerna apa yang baru saja ia dengar.

" Demi Anya yang suka nyongkel kaleng tabungan ayam-ayam, kok bisa kak Vagenza suka sama lo?" Heboh Rani saat memastikan seluru anggota inti FAZERO telah pergi.

" Gua ga bakal nyongkel tabungan gua kalau abang-abang tukang bakso itu ga lewat depan rumah gua" sarkasnya sembari mencubit perut Rani.

" Halah, Lo nya aja yang laperan. Hati-hati ntar ke bablasan jadi gendut macam dugong" peringat Rani menggembungkan kedua pipinya seolah-olah membentuk seekor Dugong.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 31, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Secarik kopi untuk TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang