1O: stay?

179 34 15
                                    

Update nihh 😋😋 happy ready guisss!!!






Pada dasarnya manusia tentu saja memiliki batas kesabaran dan emosi dalam diri masing-masing. Setiap orang juga memiliki cara tersendiri untuk melampiaskan emosi atau melampiaskan seluruh perasaan yang selama ini ditahan. Dan Chaeyeon sudah melakukannya. Malam ini, di hadapan Jihoon langsung, ia melampiaskan semua perasaannya.

Empat tahun Chaeyeon mencoba untuk tetap tegar. Untuk tetap sabar dan tabah. Namun Chaeyeon bukan manusia super. Tak jarang Chaeyeon menangis keras di dalam kamar mandi untuk melampiaskan emosinya. Chaeyeon lelah.

Selalu terbesit dipikiran nya untuk mengakhiri hidup. Chaeyeon selalu berpikir lebih baik ia mati daripada harus menghadapi kejam nya hidup. Tapi pikiran buruknya itu berhasil hilang setelah Allen lahir.

Kedatangan Allen membuat hidup Chaeyeon yang semula nya sudah hancur kini 100% berubah total. Chaeyeon ingat sekali saat ia tengah mengandung Allen dan setelah pertemuan nya dengan Jihoon itu, ia sempat berpikir untuk menggugurkan kandungan nya saja. Tapi sahabatnya datang dan langsung mencegah perbuatan Chaeyeon.

Dan Chaeyeon mempertahankan kandungan nya sampai sembilan bulan. Saat moment Allen akan lahir, hanya sahabatnya yang ada di disi nya. Menemani nya berjuang melahirkan Allen. Jam dua belas malam pas, Allen lahir.

Kembali saat sekarang, Chaeyeon masih jongkok sambil menangis. Kini tangisan nya tak sederas sebelumnya. Setelah puas menangis, Chaeyeon berdiri dan mengusap air matanya dengan kasar. Nafasnya terengah-engah akibat menangis.

Sedangkan Jihoon masih menunduk, tak mau melihat Chaeyeon. Jihoon malu dengan dirinya sendiri.

"Maaf gue nangis," Chaeyeon menarik nafasnya, "Sekarang lo silahkan pergi." kata Chaeyeon lalu hendak menutup pintu. Tetapi Jihoon menahan tangan Chaeyeon dan hal yang tak disangka-sangka terjadi.

Jihoon berlutut dihadapan Chaeyeon.

"Heh..." lirih Chaeyeon terkejut. Matanya terbelalak saat mendengar isak lirih dari bibir Jihoon.

"Maaf. Gue minta maaf." ucap Jihoon lirih. Bahu nya bergetar hebat.

"Gue minta maaf. Maaf udah bikin hidup lo hancur. Semua ini karena gue. Harusnya gue ga lari dari masalah, harusnya gue tanggung jawab. Tapi gue terlalu pengecut. Lo boleh tampar atau hajar gue sekarang. Gue brengsek banget dan gue pantas dapat semua itu," kata Jihoon menggenggam erat tangan Chaeyeon. Jihoon menyesal. Sangat menyesal. Jika saja bisa, ingin rasanya ia putar waktu disaat Chaeyeon meminta pertanggung jawaban padanya. Tapi semuanya terlambat. Nasi sudah menjadi bubur.

Entah berapa lama Jihoon bertahan di posisi berlutut nya dan entah berapa banyak air matanya menetes membasahi celananya. Chaeyeon sedikit melirik kebelakang, takut Allen terbangun dan mendengar semua percakapan nya.

"Gue tau kata 'maaf' udah ga ada artinya lagi disaat situasi udah kayak gini. Gue ngaku nyesal tapi itu juga udah ga ada guna nya. Tapi kalo masih ada kesempatan kedua, izinkan gue untuk nebus semua kesalahan gue. Izinkan gue untuk tanggung jawab walaupun kayaknya udah ga ada guna nya lagi... Tapi gue harap lo mau kasih gue kesempatan. Gue mohon, Chaeyeon."

Jantung Chaeyeon berdegup kencang saat Jihoon menatapnya dengan mata nya yang memerah dan berair. Apakah ini benar-benar Jihoon? Rasanya Chaeyeon tidak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang. Seorang Park Jihoon berlutut bahkan menangis di hadapan nya.

"Kenapa sih lo selalu buat gue dalam situasi yang sulit?" tanya Chaeyeon sambil memijit pelipisnya. Semua yang terjadi barusan membuat nya pusing.

"Sekarang lo berdiri, jangan kayak gini please? Gue ga pantas buat nerima perlakuan lo gini." Chaeyeon menarik Jihoon agar berdiri. Setelah berdiri Jihoon mengusap air matanya, menarik nafas perlahan.

Chaeyeon sedikit mendongak menatap Jihoon yang lebih tinggi darinya. Tiba-tiba terbesit perasaan iba dalam dirinya saat menatap Jihoon.

"Chaey-

"Mama?"

Baik Chaeyeon maupun Jihoon, keduanya sama-sama menoleh kearah sumber suara. Tak jauh dari posisi mereka, ada Allen yang ternyata sudah bangun tidur tengah berdiri sambil mengucek matanya dan terdapat boneka panda di pelukan nya. Chaeyeon lupa dia tidak menutup pintu. Sudah jelas Allen pasti terbangun akibat suara keras dari luar.

"Ada om Jiun juga! Ayo sini masuk om." Allen yang awalnya masih mengantuk langsung semangat begitu melihat Jihoon. Allen berlari mendekati Jihoon lalu berusaha untuk menariknya masuk kedalam.

"Ayo masuk om!" pinta Allen semangat. Jihoon terdiam menatap Allen. Dia melirik sekilas tangannya yang digenggam Allen dan beralih menatap mata Allen. Mata indah yang sangat mirip dengan nya. Tidak hanya mata, bahkan sepertinya hampir dari segi wajah Allen mirip dengan Jihoon.

Bagaimana bisa ia tega menyuruh Chaeyeon untuk menggugurkan sosok malaikat kecil di hadapan nya ini? Bagaimana bisa ia menolak mengakui kehadiran anak manis ini, darah daging nya sendiri? Jihoon merasa sangat berdosa.

Jihoon kembali menunduk sedih dan Allen melihat itu. Seperti ada ikatan batin, Allen lantas memeluk Jihoon dan berkata, "Om Jiun kenapa sedih? Jangan sedih lagi ya om. Nanti kalo om sedih, Allen juga ikutan sedih."

Tidak hanya Jihoon, tapi Chaeyeon juga tak kuat menahan air matanya. Andai saja Allen tau bahwa orang yang ia peluk sekarang adalah ayah kandung nya.

"Mama," Allen beralih menatap Chaeyeon. Buru-buru Chaeyeon langsung menghapus air matanya. Ia mencoba tersenyum, "Iya? Kenapa sayang?"

"Om Jiun boleh main disini dulu ga? Diluar hujan ma. Kasian om Jiun nanti basah kena hujan."

Chaeyeon menggigit bibir bawahnya. Haruskah ia iyakan permintaan Allen? Memang benar yang Allen katakan bahwa diluar baru saja hujan. Sejujurnya Chaeyeon belum siap menerima kehadiran Jihoon. Ini terlalu mendadak menurutnya. Tapi jika ia tolak? Allen pasti sangat sedih nanti.

"Emm," gumam Chaeyeon bimbang. Jihoon tau Chaeyeon keberatan dengan permintaan Allen. Maka tanpa harus disuruh juga Jihoon berinisiatif akan pergi.

"Om Jiun bawa mobil kok Allen. Jadi om ga akan basah. Lain kali aja ya kita main nya, gapapa kan?" Jihoon berjongkok dihadapan Allen. Diusap nya kepala Allen penuh kasih sayang.

"Yahh. Om Jiun harus pergi lagi ya?" tanya Allen sedih.

Ingin rasanya Jihoon mengatakan "jangan panggil om, panggil saya papa Allen. Saya ini papa kamu!" tapi itu tidak mungkin. Tentu saja Jihoon tidak mau pergi.

Dengan berat hati Jihoon mengangguk, "Iya. Om harus pergi. Maafin om ya, Allen." setelah mengatakan itu Jihoon berdiri. Dia sempat melirik Chaeyeon sebentar. Setelah itu dia berjalan pergi. Berusaha untuk tidak memperdulikan teriakan Allen yang memanggil namanya.

•••

Begitu Jihoon sudah diluar, deras nya air hujan mengguyuri seluruh tubuhnya. Dia berjalan mendekati mobilnya. Jari Jihoon terasa berat untuk menekan tombol unlock yang ada di key fob nya. Cukup lama dia berdiri sampai deras nya hujan tidak ia hiraukan.

"Lo mau sakit?"

Itu suara Chaeyeon. Jihoon membalik tubuhnya dan menemukan Chaeyeon berdiri di hadapan nya sambil memegang payung.

"Malam ini gue bolehin lo main sama Allen."

Apa? Jihoon tidak salah dengar kan? Jihoon merasa belum yakin dengan apa yang ia dengar.

"Apa?!" tanya Jihoon sekali lagi. Suaranya cukup keras takut kalo saja Chaeyeon tidak dengar akibat suara hujan.

"GUE BILANG MALAM INI GUE BOLEHIN LO MAIN SAMA ALLEN!"

Jihoon mengerjap matanya tidak percaya. Itu artinya Chaeyeon mengizinkan nya untuk tinggal? Ya masih belum pasti sih, tapi Jihoon tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini!








Tbc

Ditunggu kelanjutan nya <3

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 07, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STRUGGLE [chaehoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang