14 : Weird Feeling

298 60 8
                                    

Saat pertama kali menginjakkan kaki didalam taksi yang sudah dirinya pesan dan akan siap mengantarkannya kemana pun yang dirinya inginkan, entah kenapa pikiran dan perasaannya menjawab akan Jeon Jungkook. Sosok pria yang sudah dua minggu lebih tak dirinya temui, hubungi, bahkan tak berjumpa sedikit pun diluar mau pun didalam kampus. Dirinya menatap kearah jalanan kota Seoul yang masih terasa ramai dijam tiga sore. Menghapus jejak air matanya kala dirinya sudah berdiri tepat didepan pintu apartement milik Jungkook. Ya, bahkan saking kaya dan serba diberikan fasilitas apa pun Jungkook juga diberikan sebuah apartement atas namanya. Jangan tanyakan bagaimana bedanya dengan apartement miliknya. Tentu sudah jauh berbeda sejak dari luar bangunannya saja.

Jantungnya berdetak tak karuan. Sejak awal, entah kenapa perasaannya seolah berkata jika Jungkook memang berada didalam kamar apartementnya. Pemuda Jeon itu sempat membawanya kemari untuk membuat tugas kampus, tentu dulu ketika dirinya masih belum kenal dengan Taehyung. Minum bersama, makan dan menghabiskan waktu bersama sebab memang pemandangan luar apartement ini mengarah pada sungai Han. Pemandangan yang sangat cantik dimalam hari terlebih, lampu-lampu yang menyinari jalanan jembatan. Jungkook selalu berada disini jika suasana hatinya sedang tidak baik.

Tangannya mulai mengetuk pintu yang berwarna coklat tua didepannya. Menunggu sekiranya beberapa detik hingga langkah kaki yang langsung membuka pintu didepannya. Menampilkan perawakan Jungkook dengan wajah bantalnya seperti orang baru bangun tidur, tubuhnya tidak memakai pakaian atas. Shirtless. Tatapan mata Jungkook tampak terkejut kala melihat perawakannya yang tak bisa menahan diri untuk tidak menangis. Maka Mina menyelonong masuk dan langsung memeluk Jungkook yang masih diam berdiri seolah sedang mengumpulkan nyawanya yang hilang, jujur saja Jungkook mengira awalnya yang datang adalah Mingyu atau Mark. Sejujurnya, kedua temannya itu lumayan suka bermain di apartementnya akhir-akhir ini.

Jungkook yang mendapati pelukan dengan tangis Mina membasahi dadanya pun langsung menutup pintu. Mengurai pelukan dan berjalan meninggalkan gadis itu yang langsung membuat Mina membeku ditempatnya. “Jungkook—”

“Mina, kau sudah tau jika aku menyukaimu, bukan? Jangan membuatku semakin merasa bersalah lagi sekarang. Kau bisa keluar, pintu—”

“Kau tidak ingin menanyakan kabarku sekali pun?” Mina berusaha untuk tidak menangis. Menatapi punggung kekar Jungkook yang sedang menatap keluar balkon. Memperhatikan pemandangan luar dengan sesekali menghirup napas jengah. “Kita sudah seminggu atau dua minggu lebih tidak bertemu, kau juga tidak lagi mengirimiku pesan sekedar bertanya aku sedang apa, sudah makan atau belum, bahkan kau tidak lagi mengajakku untuk makan diluar lagi. Kenapa, Jung? Kenapa? Kenapa kau berubah?”

“Kau bertanya kenapa?” Tanyanya. “Kau sudah dewasa untuk tau kenapa aku mulai tak mempedulikanmu lagi disaat sudah ada pria lain yang memperhatikanmu, memberikanmu perhatian lebih, dan mengunjungimu setiap malam bahkan menginap. Aku tidak sebodoh itu untuk tetap ingin merebutmu dari sahabatku.” Jungkook tampak putus asa. Tangan kekarnya tampak dimasukkan kedalam saku celana dan dibuat mengepal. Menahan emosi yang hendak keluar akibat si gadis Ahn sendiri.

Mina juga hanya bisa terduduk sambil punggungnya bergetar, bersandar pada dinginnya dinding yang membuatnya tak mampu menahan air matanya lagi. “Tapi kau pernah berkata, jika ada yang menyakitiku, maka kau akan datang untuk melindungiku, Jung.” Mina berujar lirih.

Dan tampaknya, apa yang dikatakan si gadis Ahn mampu menuruni sedikit ego si pemuda Jeon. Pria itu langsung berbalik dan berjalan cepat kearah tubuh Mina yang sudah terduduk dilantai dengan wajah yang sudah basah akibat terlalu banyak menangis. Memegangi kedua pundak bergetar itu sambil menggertakkan giginya kuat. “Katakan padaku, siapa yang menyakitimu?” Diamnya Mina semakin membuat Jungkook geram. Bahkan saking tidak sabar kedua tangannya sudah melukai kedua pundak si gadis. “Kau masih punya mulut untuk mengeja siapa nama pria yang sudah menyakitimu. Katakan padaku, siapa yang menyakitimu!” Bentaknya tak tahan. Sudah sekuat tenaga dirinya menahan amarah ini, akan tetapi Mina tetap seolah mengujinya untuk keluar. “Kau .... Disakitinya seperti apa? Jangan katakan kau diperkosa?”

FASTER OR DIE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang