Penghakiman

5 0 0
                                    

Amanda mencoba untuk tidak peduli pada teman-temannya, atau bahkan grup chat yang ia tidak tahu apa isinya. Sebaiknya ia harus berlaku seperti tidak ada yang terjadi. Karena gosip jika dibiarkan akan basi. Anggap saja sedang sial tertangkap kamera dengan Mas Indra.

Rekan bangku Amanda, sepertinya mengetahui sesuatu yang tidak Amanda tahu. Amanda memilih mendiamkan Leo yang menatapnya penuh senyum aneh dan memulai harinya dengan pelajaran pertama.

"Jadi kamu beneran pacaran sama Mas Indra?" Tanya Leo tiba-tiba dengan suara bisikan kecil.

"Tidak. Apa urusanmu bertanya?" Jawab Amanda ketus.

Orang yang duduk disebelahnya tidak menjawab lagi. Mereka memilih saling diam dan bersiap untuk pelajaran pertama hari itu. Meski begitu mencoba cuek, hati Amanda tidak tenang sama sekali.

Saat jam istirahat, kelas Amanda hampir kosong. Tentunya, Leo tidak pernah pergi ke kantin atau meninggalkan kelas jauh-jauh. Ia hanya berjalan-jalan mengelilingi bangku teman-teman yang kosong karena ia kelelahan duduk. Atau ke depan menikmati taman sekolah yang isinya itu-itu saja.

Amanda sudah kesulitan menahan dirinya untuk tidak memprovokasi Leo untuk mengaku bahwa ia yang menyebarkan foto itu.

"Leo, kamu tahu nggak sesuatu yang berhubungan dengan gosip yang aku terima?" Tanya Amanda nada yang masih sopan.

"Aku tahu, mengenai foto dengan Mas Indra di grup angkatan kan?" Jawan Leo asal.

"Tuh, kan. Kamu tahu Leo. Kenapa kamu jahat banget sih, nyebarin gosip itu. Aku salah apa coba sama kamu? Kamu dendam ke aku?" Amanda bernada tinggi.

"Apa maksudmu?!" Jawab Leo dengan nada tinggi juga.

"Kamu kan yang nyebarin foto itu? Kenapa? Gara-gara payung?" Cecar Amanda.

"Kamu salah paham! Bukan aku yang foto kamu atau menyebar rumor. Walau aku tidak menyukaimu. Bukan berarti aku memusuhimu!"

"Lalu siapa? Hari itu yang mengetahui aku pulang bareng Mas Indra kan cuma kamu!"

"Tapi bukan aku, Manda!"

"Terus siapa lagi Leo? Jangan mengelak."

"Tak lama setelah kamu pergi dari kelas, aku juga hendak pulang. Tapi aku melihat seorang wanita di depanku tertawa cekikikan di lorong sambil memegang HP. Mungkin perempuan itu," jelas Leo.

"Apa?" Amanda terkejut.

"Yang jelas ia bukan anak kelas kita. Karena aku mengetahui semua postur tubuh teman sekelas."

Jawaban Leo terakhir menimbulkan keheningan panjang di jam istirahat yang singkat. Sampai Amanda tiba-tiba menyeletuk, "Kamu orang mesum? Kenapa memperhatikan postur tubuh teman-teman?"

Pertanyaan itu membuat Amanda tertawa terheran-heran ke arah Leo. Tawa yang aneh, mengingat mereka baru saja saling tanya jawab dan berdiskusi panjang mengenai suatu hal selain pelajaran. Amanda masih tidak percaya, ia melakukan percakapan ini. Ia tidak percaya, Leo si pura-pura bisu, berbicara sangat panjang dan menjawab pertanyaannya dengan baik, jelas dan penuh analisa.

"Aku bukan orang yang sembarangan membagikan foto orang lain. Aku mengerti privasi dan aku menghargaimu," jelas Leo.

Tak lama setelah celetukan Leo, teman-temannya mulai berdatangan. Leo segera kembali memasang wajah dinginnya yang membuat orang lain enggan untuk sekedar mendekatinya.

Amanda heran. Manusia bernama Leo, yang tempat duduknya berada di sebelahnya, memiliki sangat banyak misteri. Tapi syukurlah, Leo tidak memiliki intensi yang buruk tentangnya. Setidaknya Amanda bisa merasa lega mengetahui kalau itu bukan Leo. Tapi entah mengapa ia lebih senang orang seperti Leo yang tidak suka mencampuri urusan orang lain.

***

Leo Dan MandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang