Terima kasih untuk yang masih nungguin <My Stepsister?>
Me love you ^^v
"Teng".
Yoo Jin cukup terkesiap oleh suara terlalu menggelegar Jung Soo di tengah kondisi kafe yang sedang tak ramai.
Sementara Jung Soo mengambil posisi untuk duduk tepat di depan Yoo Jin yang sudah menghabis waktu hampir tiga puluh menit untuk termenung menatap langit.
"Sudah waktunya untuk kembali ke bumi nona. Kau tahu? Kau bisa menjadi penulis hebat jika kau mau, aku yakin kesukaanmu menatap langit setidaknya sudah menciptakan beberapa kalimat indah di dalam kepalamu itu".
Yoo Jin tersenyum miris menatap kopi panasnya yang tak lagi panas dengan hela nafas yang terasa semakin berat.
"Kenapa? Bukankah Paris sudah sangat mendekatkanmu dengan ayahmu?".
Yoo Jin sekali lagi mengangguk.
Hari ini ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tak lagi menangis yahh setidaknya untuk hari ini.
"Apa kau tahu oppa?".
"Apa?".
"Terkadang aku merasa betapa Tuhan dan alam semesta-nya sangat tak adil padaku. Kenapa? Kenapa aku?". Menghela nafasnya lebih panjang, Yoo Jin berusaha untuk mengukir senyum, "Aku rindu sekali pada sebuah kehidupan yang bahagia".
"Apa secara tak sengaja aku pernah melakukan kesalahan yang sangat fatal dan tak bisa di ampuni? Mengapa rasanya hidupku sangat berat, aku lelah menjadi beban orang lain tapi kehidupan seolah tak memberiku pilihan selain hidup untuk menjadi beban orang lain".
Jika Park Jung Soo di beri sebuah pilihan antara senyum ceria atau deru tangis Kim Yoo Jin maka Jung Soo berani mempertaruhkan seluruh nafas hidupnya untuk memilih yang pertama.
Hanya boleh ada senyum ceria yang tergurat diatas wajah Kim Yoo Jin.
"Yoo Jin-ah".
"Ng".
"Jika yang kau maksud dalam kalimatmu adalah aku salahsatu orang yang kau bebani maka tolong percayalah itu tidak benar sama sekali sebab satu kali pun aku tak pernah merasa terbebani olehmu. Kau bukan bebanku, kau bukan sebuah beban kehidupan".
Yoo Jin ingin menahan air matanya.
"Bukan hanya dirimu yang sesekali pernah menyalahkan Tuhan sebab aku pun pernah. Semua orang yang berstatus manusia setidaknya walau pun sekali pasti pernah marah pada Tuhan tapi Yoo Jin-ah, Tuhan tak sembarang memberi manusia cobaan. Jika kau merasa kehidupanmu sangat berat maka Tuhan percaya kau bisa melaluinya sebab Tuhan tahu kau kuat. Jika kau merasa tak ada satu pun orang di dunia ini yang bisa kau jadikan tempat untuk bersandar maka angkatlah kedua tanganmu, kemudian keluh-kesahkan semua yang kau rasakan, mintalah kekuatan dan ketegaran pada Tuhan. Kau tahu kenapa?". Jung Soo membuat dirinya untuk tersenyum sekali pun terasa sangat sulit, "Tuhan menyayangi dan mencintaimu lebih dari apapun".
Jung Soo melanjutkan dengan sedikit lebih berhati-hati saat mengetahui jika Yoo Jin berusaha sangat kuat untuk menahan deru air matanya.
"Seberat apapun itu cobalah untuk lebih kuat lagi menghadapi dunia, jangan pernah satu kali pun terpikir untuk mengakhiri hidupmu terlebih saat ini kau adalah seorang ibu. Ada nyawa kecil yang sangat bergantung padamu, jika kau tak sanggup lagi untuk berdiri kuat maka kali ini cobalah kuat untuk bayi kecilmu".
Yoo Jin membenci dirinya yang akhir-akhir ini sangat mudah untuk menangis, Yoo Jin benci akan kenyataan air matanya sangat mudah untuk mengalir di mulai dari hari itu.
Hari dimana bayi kecilnya untuk pertama kali lahir ke dunia.
"Berjanjilah untuk menjadikan hari ini sebagai hari terakhirmu untuk menangis". Jung Soo tahu dalam keadaan seperti ini setidaknya ia harus bersikap tetap tenang. Berusaha tersenyum sekali lagi, Jung Soo melanjutkan, "Sebab Kim Yoo Jin-ku adalah wanita Paris yang sangat kuat dan tak terkalahkan".
Masih dengan lelehan air matanya yang tak mau berhenti, Yoo Jin berseru, "Aku begitu?".
"Ng. Kau wanita Paris milik Young daddy yang sangat kuat dan tak terkalahkan". Jung Soo melanjutkan, "Ah, lupa. Kau juga cantik".
"Cih". Yoo Jin mencoba untuk berkelakar, "Sudah ku bilang dua kata itu hanya milikku. Young daddy adalah kalimatku dan hanya aku yang boleh mengucapkannya".
Jung Soo tersenyum kembali sembari mengangkat kedua tangannya di udara sebagai tanda menyerah.
"Ayahmu sangatlah bangga memiliki putri sepertimu. Ayahmu diatas langit sana pasti sedang membanggakan dirimu pada teman-temannya".
"Aku memang orang yang sangat layak untuk di banggakan oppa".
Jung Soo kembali tersenyum, "Lalu berhentilah terus menatap langit dalam durasi lama. Orang-orang menatapmu dengan tatapan aneh".
"Aku tidak peduli dengan tatapan atau pun anggapa orang lain". Yoo Jin mengusap satu bulir air matanya yang mengalir untuk kembali berkata, "Hanya menatap langit aku bisa mengobati rinduku pada daddy. Menatap langit membuatku merasa tetap dekat dengannya. Setiap kali rasa rindu pada daddy menyeruak dan aku tak bisa menahan air mataku untuk mengalir maka menatap langit adalah solusi terbaik, seolah daddy juga sedang menatapku dari langit sana dengan senyuman ciri khas-nya sembari mengatakan kalimat yang akan selalu dia katakan saat aku sedang bersedih, 'Yoo Jin milik Young daddy dan Young daddy milik Yoo Jin jadi Yoo Jin milik Young daddy tidak boleh bersedih sebab Young daddy pasti akan jauh lebih sedih'.". Yoo Jin tersenyum miris mengingat momen-momen dulu ayahnya selalu mengatakan kalimat itu, "Setelahnya daddy pasti akan memelukku erat sembari mengatakan lelucon untuk menghalau perasaan sedihku, walau pun sebenarnya lelucon yang dia katakan sama sekali tak lucu".
Yoo Jin tertunduk cukup lama kemudian kembali menatap Jung Soo, "Oppa".
"Ng?".
"Apa keputusan yang ku ambil sudah tepat? Bayi kecilku tak pantas merasakan derita yang sama denganku, dia sangat layak mengetahui asal-usulnya termasuk ayah—".
"Lalu kau ingin mempertemukan mereka? Ataukah hanya hatimu yang tak lagi bisa menahan rindu pada pria itu?".
"Oppa".
"Cho Kyuhyun".
Jantung Yoo Jin berdebar tak tahu malu setiap kali mendengar nama itu di sebut dan Yoo Jin bersumpah merasa jijik akan dirinya sendiri.
"Aku tahu hatimu masih ada padanya".
"Oppa—".
"Tapi jangan". Jung Soo mengeraskan rahangnya untuk kembali berkata, "Aku ayah bayi kecilmu".
.
.
"Cho Kyuhyun, sial sepertinya dugaanku benar".
"Apa?".
"Bayi yang bersama Yoo Jin sepertinya milikmu".
Kyuhyun menghentikan tangannya yang sejak tadi membaca beberapa dokumen lalu segera menatap lurus pada Oh Yoon Chul.
"Mi—mii—mi—milikku?". Kyuhyun merasa aliran darahnya membeku untuk empat detik, "Bicara yang jelas brengsek, apa yang kau maks—".
"Kim Yoo Jin dan Paris dan seorang bayi kecil laki-laki".
See you again, Love.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Stepsister?
RomanceKehidupan bisa membuatmu mempelajari sesuatu namun pembelajaran kehidupan terkadang hanya akan merubah dirimu menjadi tak seharusnya. Aku salah? Kau benar, Seseorang pernah berkata jika jangan pernah menyebut kata menyerah dalam hidupmu tapi terkad...