14. In Your Dream!

542 78 13
                                    

Pertanyaan pertama gue adalah kenapa gue nggak pernah baca berita mengenai berdirinya yayasan seserius ini di Jakarta? Nggak mungkin taman lindung seasri ini dibangun dalam waktu singkat, tanpa pemberitaan tentang pendirian, dan peresmiannya. Di satu sisi gue ragu, masa sih gue nggak tahu? Kecuali gue nggak ada ketertarikan sama satwa, okelah, masuk akal kalau gue nggak denger apa-apa. Tapi, ini kan gue, Kenya Berika Bayo, gitu. Gue ini Nadine Chandrawinata-nya dunia satwa, cuma nggak ikut Miss Universe aja bedanya. Rambutnya udah mirip, cantik, sebelas dua belas lah.

Di sisi lain, kalau dipikir-pikir, justru karena pembangunannya nggak mungkin makan waktu singkat, makanya gue nggak tahu. Sampai beberapa bulan lalu, gue 'kan masih di Chengdu. Tiap hari memang ada koran dan internet, tapi isinya tulisan kungfu semua, gue mana paham? Praktis, palingan gue akses sosmed buat ngehubungin mami, Data, atau Afrika. Scroll facebook yang lokasinya gue setting ID isinya berita Ayu Ting Ting. Okelah mungkin wajar gue nggak tahu, orang Indonesia mana ada sih yang peduli sama kekayaan satwa-nya? Orang Utan masuk kampung aja disiksa sampai mati, dianggap mengancam keselamatan warga. Justru mereka yang udah ngobrak-obrak habitat si orang utan, makanya dia sampai nggak dapat makanan di hutan mereka sendiri.

Gue menghirup udara segar banyak-banyak sampai memenuhi relung dada. Oksigen terbaik bagi paru-paru memang yang dihirup langsung dari pemasoknya, yaitu pohon-pohon kokoh ini. Luar biasa sensasinya. Udah lama kayaknya gue nggak bernapas dengan udara sebersih ini. Mata gue memejam. Meresapi bau tanah basah, tetesan sisa embun di pucuk-pucuk daun sebelum menguap oleh sinar mentari, hmmm ... emh ... sama campur bau-bau tai kuda dikit nggak apa-apa. Gue mending bau tai kuda daripada bau badannya Afrika.

Jadi, kerjaan gue benar-benar fun.

Ini benar-benar pekerjaan yang gue nantikan. Bayangin aja, pemandangan dari jendela ruangan gue adalah si Moymoy, macan kumbang betina yang cantik dan mengilap. Memang sih kalau nengok depan ada meja Oh Sehun, tapi dia kalau diem lumayan juga buat ngusir kantuk. Habis, kalau diliatin pasti melotot, gue jadi makin semangat ngelayanin berantem.

Baru masuk, gue langsung punya tiga anak buah sekaligus, apa nggak keren, tuh? Sayang, tiga-tiganya lebih tua dari gue, jadi gue nggak enak kalau mau nyuruh-nyuruh. Kami berempat diserahi tanggung jawab mengurus binatang temuan jinak, seperti anjing, kucing, burung, termasuk jenis-jenis ular tak berbisa. Yang udah lumayan banyak sih kasus anjing ama kucing terlantar. Well ... bukannya mengecilkan bagian team gue, tapi sebenarnya gue pengin banget bisa masuk team Bang Bondan.

Team Bang Bondan bertugas mengurus binatang langka, termasuk si Moymoy macan kumbang dan si Tuti kucing batu. Gue udah utarain keinginan gue itu, tapi Bang Billy bilang dia rekruit orang baru karena butuh supervisor untuk divisi gue ini. Ya udah sekalian katanya gue masih harus banyak belajar pelan-pelan, tapi diizinkan menyaksikan kegiatan team manapun selama kerjaan gue beres. Tadinya gue iya-iya aja, tapi baru dapet sehari kerja, gue sadar bakal agak susah mengintip aktivitas team Bang Bondan, atau Bang Karim—bagian binatang buas—karena kasus yang gue tangani lebih banyak dan sering ditemui sehari-hari.

Kami menerima laporan dari beberapa rescuer tiap harinya, melakukan penyelamatan bila memungkinkan, melakukan rehabilitasi jika diperlukan, sampai menemukan adopter setelah para binatang itu siap. Memang terdengar merepotkan, tapi Bang Billy punya team lapangan yang siap sedia melaksanakan segala kerepotan itu. Tugas kami yang berada di taman satwa hanya memastikan binatang-binatang yang ditampung dalam keadaan sehat sejahtera. Semua fasilitas tersedia, nggak ada kesulitan berarti, sehingga pekerjaan ini terasa terlalu indah untuk jadi kenyataan buat gue.

Di atas semua itu, pertanyaan di benak gue mengenai siapa pembiaya segala tindakan mulia ini jadi jauh lebih besar saat gue menerima coretan angka yang ditawarkan Bang Billy sebagai bayaran. Jumlahnya fantastis, gue ampe nyaris nanya apa nol-nya nggak kebanyakan? Takutnya kalau emang beneran salah terus dikoreksi, gue nggak jadi nanya, langsung gue tanda tangan dan dapat kopiannya dari Vanya. Pokoknya jumlahnya lebih dari cukup buat bikin mami rela masakin gue nasi goreng pake sosis tiap pagi dan bukan lauk timun doang. Bukan cuma itu, gue bisa ambil motor baru. Mutur butut nggak tahu diuntung itu akan gue jual murah buat DP. Hohoho ... gue kaya.

Kenya The Break UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang