I Know That

1.3K 73 9
                                    

Hai, dear. Aku update lagi kan, huhu. Aku lagi semangat deh weekend ini. Doain biar konsisten di sini ya, soalnya kerjaanku juga makin banyak, aku juga nulis gak cuma di wattpad.

Oke, kita lanjut ya BIG DEAL hasil remake dari SHIT! sebenernya ini mah lanjutannya aja sih. Aku cuma ganti judul.

Selamat membaca



***




       Jisa awalnya berpikir Jimin hanya membual mengatakan bahwa ia menyukainya, tetapi Jimin dengan segala konsistensinya selalu menunjukkan keseriusan.

       Semuanya terlalu tiba-tiba. Bohong jika Jisa tak memikirkannya. Setiap hari ia bingung bagaimana harus bersikap di depan Jimin. Situasinya tidak tepat dengan titik terang hasil usahanya yang sebentar lagi terlihat. Hanya menunggu waktu saja Jisa akan terbebas dari perjanjian, terbebas dari tempat terkutuk itu, dalam arti lain ia juga terbebas dari Jimin.

   Terhitung hari kedua bulan purnama malam ini menemani kegelisahan yang sejak kemarin datang bak tamu yang tak diundang. Meskipun, kehadiran Jimin sekarang ini membawa kehangatan, tetapi otaknya tak pernah lepas dari kecamuk yang senantiasa berkelebat. Raut wajahnya kali ini tak bisa dibohongi.

       “Ada apa?” Jimin menangkap kegelisahan itu.

       Malam ini ia tidak langsung tidur setelah kegiatan panas mereka. Ada hal yang memang harus ia bicarakan dengan Jisa. Dia butuh jawaban tentang perasaannya.

       “Aku tidak apa-apa.”

       Jawaban yang sudah pasti seratus persen membual. Jimin tidak mudah dibodohi semudah itu.

       “Jika ada yang kau pikirkan, katakan padaku.” Jimin tersadar tiba-tiba. “Ah…kau memikirkan pernyataanku tempo hari?”

       Jisa mengangguk dengan polosnya. “Aku bingung, Jim.”

“Sebenarnya aku juga ingin menanyaka itu sekarang, tapi kalau kau masih butuh waktu memikirkannya…baiklah. Aku akan memberikan waktu lebih lama.”

       “Aku justru akan merasa bersalah karena menggantungkan perasaanmu.”

       Sungguh, Jisa tidak enak jika berlama-lama tanpa memberikan kepastian. Dia tidak sejahat itu untuk membuat Jimin dalam posisi terombang-ambing.

       “Ya sudah tinggal jawab, ‘iya Jim, aku juga menyukaimu’ selesai.”

       Jisa memutar bola mata. “Tidak semudah itu.”

       “Kau tidak menyukaiku?”

       Jisa hanya menggeleng. Hal yang membuat Jimin gemas. “Lalu apa? Kalau kau memang tidak menyukaiku justru kau akan gampang menolakku.”

       Jisa tergemap. Benar juga. Itu bukan masalah jika ia memang tidak menyukai Jimin.

       “Aku tidak tahu,” ucap Jisa lesu.
       Jimin memeluk Jisa dari belakang. Dagu runcingnya bersandar nyaman di pundak Jisa. Dia juga mencuri-curi ciuman di perpotongan leher Jisa.

       “Tidak perlu menjawabnya. Aku sudah tahu perasaanmu sebenarnya. Mungkin aku hanya perlu meyakinkanmu sedikit lagi.”

    Embusan napas Jimin terasa menggelitik mengenai lehernya. Bibir kurang ajar Jimin juga tidak kalah menaikkan bulu-bulu halus karena intensitasnya kini lebih banyak.

       “Jim, geli,” keluh Jisa. Tubuhnya menggeliat dalam dekapan Jimin.

       “Masa begini saja geli. Biasanya juga kalau dimasuki malah suka.”

BIG DEAL (Remake Dari "Shit!")Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang