Bab 3 : Di jodohkan?

5 1 0
                                    

Hai guys!! Balik lagi ini sama Bab 3🤗sejauh ini bagaimana ceritanya? Semoga makin asik ya hihihi🙈aku udah bilang kan kalau cerita yang ini lebih ke intisari nya langsung, mungkin untuk bab cerita kali ini gak terlalu banyak dibanding cerita-cerita aku sebelumnya. Konflik yang ada di sini berhubung aku terinspirasi dari kisah nyata seseorang, konflik nya sudah rangkup banget dan ya gitudehhh. Tunggu aja ya gimana kelanjutannya 🤗

Sebelumnya kalian jangan lupa follow lorcin terlebih dahulu ya! Vote+komennya aku tunggu 🖤mari berteman readers sekalian🖤

Selamat membaca☺

*******

Sejak kejadian dimana notifikasi muncul Andika Keanu Winanta mengikuti akun sosial mediaku. Aku tidur malam dengan perasaan yang berbunga-bunga, bagaimana tidak? Seseorang yang membuatku tertarik tiba-tiba saja menerima permintaan pertemanan, padahal ini yah kalau diliat secara nyata, abangnya Abimana mana ada kenal denganku, hanya Abimana dan Lamia saja yang tahu aku. Sedangkan abangnya? Boro-boro melihatku, tahu namaku saja ia tidak. Tapi ya sudahlah, rezeki aku malam ini adalah diterima pertemanan olehnya.

Efek kesenangan ini berlangsung lama ketika aku membuka pintu kamar untuk membantu Mama membereskan makanan untuk sarapan pagi. Ah! Efek si abang memang luar biasa ya? Sampai aku yang biasanya malas membantu Mama di dapur menjadi rajin keesokan harinya.

"Tumben kamu masuk dapur jam segini? Biasanya Mama harus teriak dulu biar pintu kamar dibuka," Itu adalah sindiran pertama yang mengawali pagi indah ini.

Aku tidak terpengaruh dengan sindiran Mama, senyum lebar sengaja aku terbit sebagai balasan lalu bersiul mengambil beberapa piring untuk ditata di atas meja. Mama hanya menggelengkan kepala melihat si bungsu yang tampak beda dari biasanya. Aku tidak peduli. Yang penting Venaya hari ini senang!

"Loh, dek? Kamu udah di dapur aja? Cepat sekali bangunnya. Papa sampai gak tahu kamu udah keluar kamar," Kali ini pertanyaan kedua yang mengarah ke-inti yang sama mengapa aku pagi hari sudah ada di dapur dan membantu Mama?

Berhubung Papa tidak menyindirku, aku mengangguk pelan dan membuka mulut untuk menjawab. "Semalam cepat tidur jadi ya gitu deh. Naya juga udah besar, harus tahu diri kalau gak boleh malas lagi,"

"Ada apa dengan Naya? Kok perasaan aku gak enak?" Itu adalah suara Kak Adel yang tiba-tiba saja nimbrung ke dapur sambil menantap ku dengan sorot yang tidak percaya.

"Nita! Sini deh! Kayaknya adek kita tertukar," Teriak Kak Adel yang membuatku mengerutkan kening tersinggung dengan ucapannya yang sembrono.

"Enak aja! Aneh ih kalian! Giliran aku mau berubah dibilang kayak gitu, seharusnya itu di bimbing biar jadi lebih baik bukannya kayak gini, Kakak apa itu!" Sewot ku akhirnya. Berhadapan dengan dua manusia yang serba penyuruh ini memang butuh kesabaran ekstra! Apalagi aku yang notabene-nya sebagai anak bungsu selalu jadi korban suruhan mereka yang kalau saja ditolak bisa saja berujung omelan panjang dan pemaksaan. Terkadang aku benci menjadi anak bungsu karena penyebabnya ya ini, menjadi babu.

Dua Hati untuk NayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang