1. NOW : Aku mantan, kamu setan!

594 32 12
                                    

Aby menghentikan mobilnya saat sudah sampai di depan pagar rumah minimalis berlantai 2 yang pagi ini ia kunjungi. Setelah mematikan mesin mobil, ia pun segera keluar dan berjalan. Saat hendak membuka pagar besi berwarna hitam itu, Aby berdecak karena masih digembok.

Menghela napasnya, lelaki itu pun kembali berjalan menuju mobil dan membukanya, sebelum akhirnya ia mencari kunci cadangan gembok itu di dalam dashboard. Ia malas untuk teriak-teriak minta dibuka pada pemilik rumah, apalagi ini masih terlalu pagi.

Setelah menemukan kunci, Aby kembali menutup pintu mobil dan berjalan ke arah pagar. Lalu, ia membuka gemboknya dengan kunci cadangan yang ia bawa. Setelah berhasil terbuka, barulah ia memasuki pekarangan rumah itu, sebelum akhirnya menekan bel berkali-kali ketika sudah berdiri di depan pintu.

Agak sedikit kesal saat ia menunggu, karena si penghuni rumah itu tak kunjung membukanya. Mungkin ia akan mendobrak pintu itu, jika saja tak melihat perempuan yang masih memakai piama berwarna biru dongker dengan wajah baru bangun tidurnya itu, tidak membuka pintu dan muncul di hadapannya sekarang.

Bukannya merasa bersalah ketika melihat wajah jutek perempuan itu, senyum Aby malah mengembang. Apalagi, melihat penampilan Maya, yang rambutnya masih awut-awutan.

"Pagi mantan," sapanya yang membuat Maya mendengus sambil menatap Aby kesal.

"Kamu bisa nggak, kalau bertamu itu agak siangan dikit gitu, lho. Sekiranya jam tujuhan, ini masih setengah enam udah nerobos masuk ke rumah orang aja," gerutu Maya, ia masih mengantuk karena baru bisa tidur pukul setengah 2 dini hari tadi. Dan sekarang, ia harus dibangunkan dengan suara bel yang terus berbunyi. Sialnya lagi, yang bertamu adalah Aby.

"Siapa yang nerobos, Tan? Aku pencet bel, kan? Buktinya kamu yang buka pintu, bukan aku yang dobrak," balas Aby.

"Nggak nerobos? Itu pagar aku gembok, ya, semalam. Dan kamu nggak mungkin bisa masuk sampai di teras ini, kalau nggak lancang buka gembok itu dan masuk gitu aja."

"Ya, lebih baik gitu, kan? Daripada aku teriak-teriak minta kamu yang buka, malu didengar tetangga nanti, Tan."

Maya hanya memutar bola matanya malas, tak ingin menanggapi lelaki itu lagi.

"Masih pagi ini, jangan ngomel-ngomel mulu, Tan!"

"Tan, Tan. Berhenti panggil aku, Tan, ya!"

"Kan, kamu mantan. Jadi, aku panggil, Tan."

"Aku mantan, dan kamu setan!"

"Hush! Nggak boleh ngomong gitu."

Perempuan itu menghela napasnya, memang ini masih pagi untuk marah-marah. Tetapi, bagaimana ia tidak marah, jika setiap kali Aby datang ke rumahnya, selalu pagi-pagi seperti ini.

"Aku masih ngantuk tau nggak, kamu ganggu tidur aku aja," gerutu lagi Maya.

"Jam segini masih tidur, kamu nggak subuhan emangnya?" tanya Aby.

"Lagi halangan, makanya masih tidur. Kalau tau yang pencet bel itu kamu, nggak bakalan mau aku buka. Mending tetap tidur aja, daripada ketemu kamu," jawabnya.

"Dih, siapa juga yang mau ketemu kamu. Aku mau ketemu anak-anak," balas Aby, lalu menerobos masuk rumah begitu saja.

Maya kembali menghela napasnya, sabar. Ini bukan pertama kalinya Aby datang pagi-pagi, lalu menerobos masuk rumah begitu saja. Lalu, ia menutup pintu dan mengikuti lelaki itu ke dalam.

"Anak-anak masih tidur, Yang?" tanya Aby yang tak melihat siapa-siapa di ruang tamu, masih terlihat sangat sepi.

"Iya kayaknya, lagian mereka biasa mandi jam 6," jawab perempuan itu sambil duduk di sofa ruang tamu, lalu menyenderkan kepalanya dan memejamkan kedua mata. Ia masih mengantuk.

Still The One Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang