Setelah menghabiskan waktu kira-kira 20 menit, akhirnya motor matic yang dikendarai Maya sampai di parkiran ABYSIA Dessert Cafe. Salah satu tempat usaha yang dirintis Maya dan Aby dari nol sejak 2 tahun lalu. Tempatnya berlantai 2, masih minimalis, belum terlalu besar. Tetapi, cocok untuk dijadikan tongkrongan anak muda yang instagramable banget.
Mereka memakai dua konsep, yaitu indoor dan outdoor. Lantai 1 untuk indoor dan lantai 2 untuk outdoor-nya. Semua bagian cafe bisa dijadikan spot foto, mereka sengaja mendesain cafe seunik dan senyaman mungkin, agar para pengunjung betah berada di sana. Selain itu, harga makanan yang mereka jual pun masih terjangkau.
Setelah memarkirkan motornya dengan benar, Maya pun turun dan menyampirkan ransel berisi buku pelajaran dua anaknya di bahu, sebelum akhirnya ia membawa ransel yang cukup berat itu masuk ke dalam gedung berlantai 2 itu.
"Tar, Pak Aby nggak ada, ya?" tanyanya pada salah satu karyawan di bagian kasir. Ia tidak melihat mobil Aby waktu di parkiran tadi.
"Iya, tadi setelah buka cafe, ada yang telepon minta ketemuan. Sama siapanya saya kurang tau, Bu. Tapi, kayaknya cewek, soalnya tadi Pak Aby ngomongnya lembut banget," jawab Tara, membuat dahi Maya mengernyit. Siapa perempuan yang menelepon mantan suaminya itu?
"Pagi-pagi udah ngapel aja itu orang," gumam Maya tanpa sadar.
"Kenapa, Bu? Cemburu, ya?" tebak Tara sambil tersenyum menggoda. Gadis berumur 20 tahun itu tahu, jika Maya dan Aby adalah sepasang mantan suami istri. Awalnya ia terkejut mengetahui fakta itu, merasa aneh kenapa mantan suami istri membangun cafe bersama. Meskipun terkadang Aby dan Maya akan terlihat adu mulut, dan sering gengsi satu sama lain. Tetapi, untuk urusan Cafe keduanya selalu kompak.
"Saya? Cemburu? Ya enggaklah, ngapain juga cemburu sama playboy cap monyet kayak dia," balas perempuan itu, yang membuat Tara terkekeh. "Gantengan juga teman kencan saya yang baru, daripada Aby," lanjut Maya.
"Siapa yang lebih ganteng dari aku?" Pertanyaan itu, sontak membuat Maya berbalik, hingga ia melihat Aby yang baru datang. "Siapa?" tanya lelaki itu.
"Ya, ada lah. Teman kencan aku yang baru. Rencananya besok kami mau ketemuan."
"Mana coba aku lihat fotonya."
"Dih, buat apa? Nggak usah kepo jadi orang."
"Mending kepo, daripada kamu suka membandingkan orang lain."
"Kamu juga."
Aby menautkan sebelah alisnya, seraya bertanya, "Apa?"
"Pagi-pagi udah ngapelin anak orang, kayak nggak punya kerjaan," jawab Maya, tak nyambung sebenarnya. Untuk apa juga ia protes yang itu, tapi sudah terlanjur.
"Suka-suka aku dong, yang aku apelin aja nggak protes. Terus kenapa jadi kamu yang protes?" Maya terdiam, berpikir apa alasannya protes hal itu. "Atau, jangan-jangan ...." Aby sengaja menggantungkan ucapannya, lalu menatap perempuan di hadapannya dengan intens. Membuat Maya menautkan alisnya.
"Jangan-jangan apa? Jangan mikir aneh-aneh kamu! Aku protes kayak barusan, karena selama seminggu ini jadwalnya kamu ngurus anak-anak, selain di cafe. Jadi, fokusnya jagain mereka, bukan kencan. Kan, jatah kamu kencan buat nyari jodoh itu Minggu lalu. Nanti, kalau kamu mau kencan lagi, nunggu Minggu depan. Karena Minggu sekarang, jatahnya aku buat kencan nyari jodoh," jelas Maya, membuat Tara semakin yakin jika dua bosnya itu mantan pasangan yang aneh. Bisa-bisanya mereka membuat jadwal kencan mencari jodoh segala.
"Alasan aja kamu, paling juga sebenarnya kamu cemburu."
"Nggak penting banget aku cemburu sama kamu. Lihat aja, pasti teman kencan aku besok bakalan yang serius."
KAMU SEDANG MEMBACA
Still The One
General FictionPindah ke Cabaca "Jangan pernah bilang jika hidup lo nggak ada gunanya, karena setiap detik hidup lo selalu berguna, May." Mendengar itu, Maya mengalihkan pandangannya pada Aby. Dari sekian banyak orang yang ditemui, ketika ia mengeluh hidupnya tak...