STEP #2

53 14 2
                                    

"NAMA GUE BUKAN YUYA!"

Nuga gelagapan. "Iya, iya. Sori, maksud gue Lula. Lula," lanjutnya sambil menghela napas panjang.

Dia masih galak ternyata, batin Nuga.

Sudah lama tidak berbicara dengan Lula membuat Nuga menjadi gugup, sehingga kebiasaan lamanya memanggil cewek itu dengan sebutan Yuya pun muncul secara tidak sengaja. Nuga kembali menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan bicara. Cowok itu tidak mau salah bicara lagi karena yang dihadapinya sekarang, bukanlah cewek biasa.

Dia adalah Lula. Aluna Senada. Salah satu cewek populer di SMA Lentera Victoria dari kelas XI IPS 3, dan satu cewek yang datang bersama Lula adalah Fika. Lula, Karin, Fika, dan Dewi adalah geng cewek populer yang menggawangi klub tari di SMA LV.

Mereka berempat memiliki tinggi dan berat badan proporsional seperti model. Pakaian yang mereka kenakan adalah seragam sekolah yang selalu rapi dengan aksesoris bermerk yang tampak mahal. Wajah mereka tergolong good looking, dan memiliki kulit yang bersih dan terawat. Nuga tidak heran kalau di sekolah ini mereka berempat dijuluki Bidadari Satki. Alias sekelompok cewek-cewek cantik dari klub tari Satya Kirana.

Dalam hati Nuga menyalahkan diri sendiri. Bagaimana bisa dirinya lupa bahwa Lula adalah bagian dari Klub Tari. Bahkan sekarang cewek itu adalah ketua klubnya. Namun, Nuga tidak ingin dirinya dikuasai rasa kagum terlalu lama, mengingat masalah yang sedang terjadi di basecamp mereka saat ini jauh lebih penting.

"Ehm, begini ya, Lula. Kenapa ada papan nama Satki dipasang di sini? Kalian tahu kan kalau ini basecamp Cava?" tanya Nuga akhirnya. Nada bicara cowok itu dibuat sepelan dan seramah mungkin agar tidak memicu pertengkaran.

Bukannya langsung menjawab, Lula malah mengulas senyum di wajahnya lebih dulu. Serangan mematikan untuk Molen dan Rendy hingga keduanya menghela napas tertahan. Sedangkan Nuga tetap terlihat cool.

"Iya, gue tahu ini basecamp Cava, tapi mulai sekarang, tempat ini udah resmi jadi sanggar tari anak Satki," jawab Lula dengan suara lembut.

"Yeeee enak aja!" Citra di belakang Nuga kembali ngegas sambil mengacung-acungkan kepalan tangan.

"Sabar Cit, sabar." Rendy menepuk-nepuk pundak cewek itu.

"Ah, lo dari tadi sabar-sabar mulu, Ren!" sentak Citra sambil menepis tangan Rendy. Rendy yang kikuk lagi-lagi menunduk sambil membetulkan kacamatanya.

Citra maju selangkah agar lebih dekat dengan Lula. Cewek tomboy itu tidak terlihat gentar sama sekali dengan intimidasi Bidadari Satki.

"Gimana ceritanya tempat ini tiba-tiba resmi jadi sanggar anak Satki? Klub Cava udah lama memakai tempat ini buat basecamp dan tempat latihan. Kalian jangan seenaknya!" seru Citra.

"Itu kan kemarin-kemarin, Sayang. Mulai hari ini tempat ini sudah resmi jadi sanggar kami!" Karin menjawab pertanyaan Citra. Citra menatap Karin tajam. Mata dua cewek itu saling memicing, seolah kembali ingin memakan satu sama lain.

Dengan tenang Lula mengeluarkan sebuah map dari totebag yang menggantung di lengannya, kemudian menyerahkannya pada Nuga.

Nuga membuka map itu dan memeriksa isinya. Molen, Citra dan Rendy di sampingnya turut mengintip.

"Tunggu, ini... Penyerahan amfiteater Klub Capoeira kepada Klub Tari... Ini apa maksudnya!" Nuga mengacungkan map tersebut sambil menatap Lula dengan ekspresi bingung dan marah yang bercampur. Dahi cowok itu berkerut-kerut.

Lula menarik napas panjang sebelum memberikan penjelasan pada Nuga. "Itu surat perjanjian antara Kak Joshua Bastian, Ketua Klub Cava dua periode sebelum lo, dan Kak Swastika Putri, Ketua Klub Satki dua periode sebelum gue. Dan disahkan sama Kepala Sekolah dan Pembina OSIS."

BASECAMPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang