STEP #3

54 14 0
                                    

"GUE NGGAK BAKALAN DIEM AJA!"

Citra berseru sambil menggeret bangkunya mendekati meja Nuga diikuti oleh Molen dan Rendy. Upacara bendera baru saja selesai. Tadinya Nuga ingin mampir ke kantin sebentar untuk membeli minuman, tetapi Citra memaksanya untuk langsung ke kelas karena ingin segera membicarakan masalah perseteruan dengan anak Satki tadi.

Mata Citra menatap tajam ke arah Nuga seolah sedang menuntut ketua klub itu untuk melakukan sesuatu.

Nuga melengos dan berusaha menghindari tatapan Citra. "Iya, gue juga nggak akan diam aja. Tapi sabar, kan gue juga harus mikir dulu," tukas Nuga.

"Serius, itu karangan siapa sih soal kesepakatan antar dua klub yang tadi diceritain Lula? Kayaknya dulu awal kita gabung Cava nggak ada tuh yang ngasih tahu sejarah itu," seloroh Molen.

"Gue pernah ketemu Bang Josh, tapi dia juga nggak pernah bilang apa-apa. Bang Bian juga nggak pernah cerita," sahut Nuga menyebutkan nama ketua klub Cava sebelum dirinya.

"Apa perlu kita tanya Mestre Joan?" usul Randy.

Mestre adalah sebutan untuk pelatih olahraga seni beladiri yang berasal dari Brazil ini. Joan adalah pelatih Capoeira yang direkrut yayasan SMA LV untuk melatih, membimbing, dan mengawasi jalannya klub tersebut sejak awal klub ini didirikan.

"Coba biar gue yang Whatsapp Mestre," ujar Citra sembari mengeluarkan ponsel dari saku seragamnya.

"Nggak usah pakai ngomel-ngomel, Cit," sergah Nuga yang dibalas dengan juluran lidah oleh cewek itu.

"Kalau basecamp itu beneran jadi milik anak Satki, nasib kita gimana?" Rendy memandang satu persatu sahabatnya. Nuga, Molen, dan Citra saling berpandangan, kemudian mereka menghela napas panjang bersamaan.

Basecamp yang dijadikan rebutan oleh klub tari dan capoeira adalah sebuah bangunan bekas amfiteater di samping gedung utama sekolah yang dibangun bersamaan dengan berdirinya SMA LV di tahun 2000. Tempat terbengkalai itu dulunya adalah sebuah panggung terbuka yang memiliki tribun penonton setengah lingkaran di depannya. Klub teater adalah ekstrakurikuler yang paling sering menggunakan tempat tersebut untuk latihan dan pementasan.

Di sekeliling amfiteater banyak pohon rindang yang tumbuh di tanah kosong milik yayasan sekolah, sehingga hawa dan udara di sekitar tempat itu sejuk sekali. Jika sedang tidak ada jadwal latihan klub teater, tempat itu sering digunakan nongkrong oleh para siswa.

Tahun 2010, SMA LV membangun gedung auditorium baru. Klub teater memutuskan untuk tidak menggunakan amfiteater itu lagi dan pindah ke auditorium. Pementasan dan acara-acara sekolah pun lebih sering dilaksanakan di auditorium. Amfiteater itu jadi jarang didatangi karena para siswa lebih suka berada di auditorium. Tempat itu jadi terbengkalai. Semakin lama semakin tidak terawat hingga muncul gosip-gosip horor yang semakin membuat para siswa enggan berada di sana.

Hingga akhirnya klub tari dan capoeira didirikan dan terbit kesepakatan seperti yang telah dijelaskan oleh Lula.

"Buat gue, basecamp itu bukan cuma tempat latihan, tetapi juga rumah," ucap Molen.

Nuga yang tahu maksud dari perkataan Molen mengulurkan tangan dan menepuk pelan pundak sahabatnya sejak kelas X itu. Molen tinggal bersama ibu, ayah dan saudara tirinya. Cowok itu tidak pernah akur dengan ayah dan saudara tiri yang lebih tua darinya, sehingga dia lebih suka menghabiskan waktu di sekolah daripada di rumah.

Sama seperti Molen, Nuga selalu lebih betah berada di sekolah khususnya di basecamp Cava. Cowok itu hanya tinggal berdua dengan ayahnya semenjak orangtuanya bercerai. Ayah Nuga selalu sibuk dan pulang larut malam. Nuga yang kesepian tidak pernah suka berada di rumah sendirian. Rumah itu selalu mengingatkannya pada keharmonisan keluarganya di masa lalu, yang jika dirasakan saat ini terlalu menyakitkan.

BASECAMPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang