Kegagalan

530 87 5
                                    

Selamat membaca Readers 😊👋

***

[Name POV]

"Ah kalo begitu...aku permisi dulu" ucapku lalu pergi meninggalkan toko.

"Terima kasih telah datang"

Sekarang aku telah berada di luar toko dan malasnya lagi aku kembali disapa oleh keramaian. Malas sekali rasanya untuk bergabung kembali bersama orang-orang. Menjengkelkan

Aku masukkan setengah kantong apelku ke dalam tas ransel yang kubeli tadi, lalu aku menggendongnya di punggungku. Aku pun berjalan menelusuri keramaian. Aku terus mengeluh dan bergumam kesal di setiap perjalanan. Soalnya aku sangat benci keramaian, apalagi berdesak-desakan seperti ini.

Langit mulai berganti sore yang artinya aku tidak punya banyak waktu. Aku pun mempercepat langkahku untuk segera kembali ke tempat toko roti. Sekitar 6 menit di perjalanan akhirnya aku sampai. Namun kali ini mereka bertiga telah berada di luar toko. Apakah aku terlalu lama?

Bisa aku lihat juga dari kejauhan Armin sedang memeluk sesuatu di dadanya, seperti sekantung penuh roti. Aku pun berjalan ke arah mereka bertiga.

"Ah itu dia! [Name]!" Teriak Eren lalu melambaikan tanganya. Mikasa dan Armin pun ikut menoleh ke arah sumber yang Eren lihat. "m-maaf lama, Aku tadi pergi membeli tas disana" ujarku beralasan lalu menunjuk ke arah keramaian. "Heh...kenapa kau tidak ajak kami?" Balas Eren kecewa "ya..itu karena aku tidak ingin merepotkan kalian, jadinya aku pergi sendirian, hehe..." Ucapku lalu tertawa renyah.

"Ah tidak apa-apa [Name], Oh iya ini rotimu" ucap Armin lalu menodongkanku sekantong roti penuh milikku. Bisa ku cium juga aroma khas roti yang masuk ke hidungku. harum sekali. "Ah..ari-ga-tou...maaf merepotkan kalian lagi"

"Tidak sama sekali loh" ucap Armin menggelengkan kepala lalu ia tersenyum. Aku pun ikut tersenyum. .Tak lama setelah itu aku teringat suatu kejadian lagi yang akan menimpa keluarganya Eren.

Ibunya

ya... ibunya akan mati di tangan Titan

Dan Eren akan menyaksikan hal mengerikan itu di depan matanya. Aku tidak ingin momen mengerikan itu dilihat langsung oleh Eren.

Tapi bagaimana caranya?

Tidak mungkin aku langsung mengatakannya pada Eren bahwa ibunya akan mati dimakan titan. Dan juga, aku butuh alasan yang pasti untuk bisa meyakini Eren.

'Tch sial! aku benar-benar butuh rencana'

[Author POV]

"Anu..Eren bisakah kit--" ucap [Name] terpotong oleh Eren. "Kita ke sungai yuk, sore-sore gini pemandangannya bagus loh!!" Ujar Eren semangat. "Ide yang bagus Eren! Ayo [Name]" sambung Armin semangat, lalu menarik tangan kanannya [Name]. "Ta-tapi..." Tak sempat mencegat Eren, Tangan [Name] sudah ditarik oleh Armin. Sepanjang perjalanan [Name] terlarut dengan rencana. Memikirkan cara untuk menyelamatkan ibunya Eren, Carla Yeager.

'bagaimana ini? Aku harus membuat renca--'

"Apa kau menghindari sesuatu, Eren?" Suara lembut dari gadis bersurai hitam yang sedari tadi tidak bicara, namun lawan bicaranya hanya diam dan mengabaikan pembicaraannya. Pikiranku pecah setelah mendengar ucapan Mikasa. Menghindari? [Name] mulai menatap Mikasa.

[Memory On]

"Aku pulang" ucap Eren memasuki rumah dan diikuti oleh Mikasa dari belakang.

"Selamat datang"

Change Story [AOT × Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang