Penyusup

568 86 7
                                    

Selamat membaca Readers 😊

***

[Author POV]

[Name], Armin, Eren, dan Mikasa melanjutkan perjalanannya menuju ke Toko Roti. Jarak yang ditempuh oleh mereka lumayan jauh dari tempat para pedagang tadi. Setelah sampai di toko roti, [Name] langsung memutar kenop pintu tersebut dan membukanya dengan lebar, terdengar juga suara lonceng kecil ketika pintunya dibuka. Saat masuk pun mereka juga disapa hangat oleh aroma khas roti yang memenuhi seisi ruangan toko. Bisa dilihat juga telah ada sosok pedagang roti di hadapan mereka yang bersiap untuk melayani mereka.

"Selamat datang di toko roti, ada yang bisa saya bantu?" sapa hangat dari pedagang roti. "Tolong satu kantong penuh roti gandumnya" Ucap [Name] memesan. "Apa kau mempunyai uang nak?" Tanyanya ragu namun lembut. "Oh..tunggu sebentar" Ucap [Name] lalu mengambil 2 koin emas di dalam kantong yang terikat di dalam saku celananya.

"Apa ini cukup?" Tanya [Name] memberikan 2 koin itu kepada pedagang roti. Pedagang roti pun terkejut, entah dari mana bocah seperti [Name] mendapatkan emas sebanyak itu. "Ini sudah lebih dari cukup nak. tunggu sebentar ya, saya siapkan rotinya dulu" ucapnya lembut. Lalu kami berempat pun duduk di kursi kayu yang tidak jauh dari kasir. Sambil berbincang-bincang [Name] mengingat sesuatu bahwa ada satu hal yang belum [Name] beli. [Name] pun langsung bangkit dari kursinya dan segera pergi menuju ke arah pintu keluar. "Tunggu! Aku kelupaan sesuatu! Kalian tunggu disini, aku akan kembali" Ujar [Name] buru-buru lalu pergi meninggalkan mereka bertiga.
[Name] pun keluar dari toko roti dan langsung pergi menuju ke tempat para pedagang berjualan.
-
-
-
Sekarang [Name] telah bergabung di keramaian orang-orang. Walaupun berdesak-desakan, [Name] terus berlari kesana-kemari menuju ke suatu tempat. Sangking buru-burunya [Name] bahkan lupa menitipkan apelnya yang dibeli tadi kepada mereka bertiga dan terpaksa [Name] harus membawanya.

'[Name] bodoh! Kenapa harus lupa sih?!' Keluh [Name] membatin, lalu ia tidak sengaja menabrak seseorang.

Brukk!!

[Name] pun terjatuh. Setengah dari apel yang [Name] pegang pun ikut terjatuh dan berserakan ke mana-mana.

"M-maafkan aku...aku tidak sengaja" ucap [Name] meminta maaf kepada orang yang telah ia tabrak. "Tidak masalah, kau tidak apa-apakan?" Tanya seseorang yang tidak [Name] kenal lalu ia mengulurkan tangannya pada [Name]. "Ah..ya aku tidak apa-ap--"
Ucap [Name] terkejut lalu menghentikan kalimat di akhirnya. Bagaimana tidak? Orang yang ada di depan [Name] adalah seorang impostor yang akan melakukan konflik di awal episode 1. Reiner Braun, Berthold Hoover, dan Annie Leonhart yang sedang menutupi diri mereka dengan jubah hitam keabu-abuan. Mereka bertiga adalah orang yang pandai bersandiwara demi misi mereka masing-masing.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Reiner lagi, menyadarkan [Name] dari lamunan.

'gawat! Aku tidak sadar kalo aku tadi sedang melamun! Bagaimana ini? Ahh..Dasar [Name] bodoh! Selalu saja begini! Baik, tenanglah [Name]..kau hanya perlu bersandiwara sama seperti mereka. Tetap santai dan tenang...'

"Ahhh m-maaf! A-aku tidak apa-apa kok. Maaf ya tadi aku melamun tiba-tiba, soalnya Aku itu orangnya memang suka sekali melamun" Ucap [Name] tertawa renyah lalu meraih tangan milik Rainer. "Ah tidak apa, lupakan saja. Ngomong-ngomong maaf ya soal apelnya, karena aku...apel berhargamu jadi jatuh" ucap Rainer meminta maaf.

'berharga? Apa yang dia maksud dengan kata berharga?'

Lalu [Name] pun tersenyum lemah (dalam artian menyindir) "ah..tidak apa. Lagi pula..apel ini sebentar lagi sudah tidak berharga lagi bagiku" lalu [Name] pun pergi begitu saja dan melanjutkan perjalanannya. Ketiga impostor itu langsung memandang [Name] yang hendak pergi menjauh dari mereka dengan tatapan bingung

Apa mereka masih tidak mengerti dengan perkataanku tadi?

Lalu ketiga penyusup itu langsung pergi melanjutkan perjalanan mereka menuju ke pintu gerbang.

Sekarang [Name] sadar bagaimana mereka bertiga bisa menyusup menuju ke Wall Maria tanpa dicurigai oleh orang-orang. Ya, dengan menutupi diri mereka dengan jubah dan menyembunyikan identitas mereka selayaknya mereka adalah warga Wall Maria.

[Name] ingin sekali mengungkapkan identitas mereka di keramaian orang-orang, namun [Name] pikir-pikir lagi resiko yang didapatkan akan berdampak besar. Bisa saja mereka akan bertindak dan mengubah diri mereka menjadi titan. Sangat berbahaya bukan? [Name] harus bertindak lebih cepat sebelum hari mulai menjelang sore.

Hingga saatnya [Name] telah sampai ke tempat apa yang ia cari sedari tadi. [Name] pun langsung memutar kenop pintu tersebut dan membukanya dengan lebar agar ia bisa masuk ke dalam ruangan.

"Permisi tuan" Izin [Name] masuk lalu ia berjalan menuju ke sosok pria tinggi di depannya. "Hmm? Ada yang ingin kau cari nak?" Tanya Pria tersebut memperhatikan sosok [Name]. "Ya, aku sedang mencari sebuah tas ransel berbahan kulit. Apa kau menjualnya tuan?" Tanya [Name]. "Hmm... sebentar" ucapnya menunggu, lalu ia pergi ke arah gudang.

[Name] pun bersedia menunggu pria tersebut kembali. Sambil menunggu pria itu kembali, [Name] pun melihat ke sekitar, betapa banyaknya jenis tas yang sudah sangat usang dan berdebu. [Name] rasa toko ini pasti jarang sekali didatangi oleh pengunjung ataupun pembeli, makanya tas-tas tersebut belum laku terjual melainkan terdiam lama menggantung dan dibiarkan berdebu disana.

"Maaf telah lama menunggu" Ujar pria tersebut menghampiri [Name] sambil membawakan tas ransel berbahan kulit. [Name] pun menggelengkan kepalanya sambil tersenyum lembut "Ah..tidak apa-apa"

"Hanya ini yang ku punya, maaf ya tasnya sedikit usang dan berdebu. Soalnya aku sudah lama tidak mengurus toko ini" katanya berasalan, namun [Name] tidak mempermasalahkan hal tersebut.

"Aku beli tasnya tuan!" ucap [Name] lalu memberikan 4 koin emas di tanganya. Seketika pria tersebut sedikit terkejut dan memperhatikan koin emas itu dengan seksama. "K-ko-in? Bagaimana kau bisa mendapatkannya?" Tanyanya antusias.

Bagaimana [Name] tahu asal koin emas itu dari mana? Tiba-tiba saja koin emas itu sudah ada di samping saku celananya [Name]. [Name] bahkan juga tidak tahu asal usul ia bisa sampai ke dunia ini bagaimana? Itu pun masih misteri bagi [Name]. Terpaksa [Name] harus berbohong untuk kesekian kalinya.

"Ini pe-pem-berian dari a-ayahku" ucap [Name] patah-patah lalu tertawa garing. "Aku kira kau mencurinya sama seperti orang-orang di bawah sana" celetuknya lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Orang-orang di bawah sana? Maksudnya? Underground City?

Ah...wajar sih dia berpikiran seperti itu. Underground City atau bisa juga disebut dengan Kota bawah tanah sudah dikenal sebagai kota yang buruk dan dipenuhi oleh orang-orang yang jahat. Namun tidak dari semua orang yang berada di sana memiliki sifat yang jahat, mungkin sekitar 60% juga ada orang yang baik.

Ah..jadi teringat seseorang. Dimana ia kehilangan sesosok teman berharganya karena sebuah keputusan yang ia pilih tersebut salah. Mungkin sampai sekarang ia masih menyesali perbuatannya, dan mulai dari itu dia memilih untuk mempercayai kepercayaannya kepada sang komandan.

Rasanya [Name] kembali bernostalgia setelah mengingat semua alur cerita semasa sang Humanity Stronger ini tinggal di Kota bawah tanah. Jadi kangen dengan mereka bertiga...

***

Halo readers 😊👋
Terima kasih telah membaca, komen dan vote karyanya Auhtor. Author senang sekali dengan semua itu.
Auhtor usaha nyelipin hari luang Auhtor buat lanjutin ini cerita. Tetap ditunggu ya (。•̀ᴗ-)✧

See ya~
Jangan lupa bernafas (☞ ͡° ͜ʖ ͡°)☞

Change Story [AOT × Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang