"Ck, drama banget"
Ananta tanpa sadar berdecak cukup keras, membuat atensi kini beralih padanya. Termasuk para kakak kelas yang sedang berseteru. Jarak mejanya yang terbilang cukup dekat dengan posisi pertikaian serta suasana yang mendadak hening saat Maura VS Ragan sedang beradu tatapan maut membuat celetukan spontannya dapat terdengar jelas.
"Heh lu maksudnya apa? baru adek kelas udah songong ajah" Arga dengan segala semburan apinya melontarkan pertanyaan pada Ananta.
Teman satu kelompok Ananta dibuat dag-dig-dug bisa-bisanya baru hari pertama MOS udah berhadapan dengan para penguasa sekolah. Mereka menatap was-was pada teman baru mereka yaitu Ananta.
Entah karena di kehidupan sebelumnya dirinya pernah mengalami satu kali kematian hingga saat ini Ananta tidak merasa takut sama sekali menghadapi semburan maut Arga. Ananta menatap malas Arga dan bersiap untuk beradu argumen.
"Kalian semua drama, apa ucapan aku sekarang bisa di pahami" Ananta menjawab tegas tanpa gentar. Tanpa sadar Rere meremas tangan Ananta, mengkhawatirkan teman barunya tersebut.
"Bisa jelasin maksud kamu apa dek?" Kini Morgan yang membuka suara untuk bertanya. Sosoknya masih sama seperti dalam ingatan Ananta, hanya Morgan yang selalu bersikap dewasa, lebih banyak diam dan tentu saja paling kalem plus lembut. Morgan juga bagian dari circle Ragan.
"Hufft, maksudnya kenapa kalian cape-cape adu teriakan dan pelototan untuk sesuatu yang harusnya dicari tau dulu kebenarannya. Di kantin ini ada CCTV di setiap sudutnya kenapa ngga dicek ajah? kenapa main hakim dan asal nyalahin orang tanpa bukti?" Jelas Ananta.
"Asal lu tau ya dek, dia ini Maura dan emang udah terkenal jahat tanpa cek CCTV kita udah tau kalo emang dia yang salah" Jawab Arga ngotot sembari menunjuk Maura.
"Yakin ka Maura yang salah?" Tanya Ananta sembari menatap berani satu persatu orang-orang yang memojokan Maura. Seketika mereka yang menuduh Maura saling menatap satu sama lain.
"Bener, kenapa kita ngga cek CCTV ajah buat memastikan" Morgan kembali bersuara.
"Ng-gga perlu cek CCTV aku baik-baik ajah ko" Si Lily tiba-tiba bersuara. Ananta dapat merasakan tatapan tajam yang terarah dari seniornya itu.
"Ini bukan masalah kakak yang nangis itu baik-baik ajah atau ngga. Ini masalah nama baik salah satu siswa. Jadi harus di cari tau sampe tuntas, kalo ka Maura terbukti bersalah harusnya ada sanksi yang diterima untuk efek jera tapi klo ternyata ka Maura ngga bersalah nama baiknya harus dibersihakan dari tuduhan pembullyan yang udah kalian sematkan padanya"
Dengan menggebu-gebu Ananta menyuarakan pendapatnya dan tanpa sadar matanya ikut melotot lucu membalas tatapan tajam si kakak kelas kang playing victim.
Demi menebus dosa dimasa lalu misi pertama Ananta adalah membersihakan nama baik ka Maura mumpung saat ini ka Maura belum terlihat ada tanda-tanda terobsesi dengan Ragan.
"Heh dibayar berapa lu sampe ngotot belain si nenek lampir?" lagi-lagi Arga menyalak seakan tak setuju dengan ucapan Ananta.
"Aku ngga dibayar siapapun. Cuma ngerasa ngga adil ajah, kenapa kalian bisa asal nuduh orang lain salah cuma karena ada orang lain yang nangis-nangis didepannya? Hati-hati ka, lebih baik berhadapan sama serigala berbulu serigala daripada sama serigala berbulu kucing. Dikiranya anabul ternyata anaksetan" Ananta mode nge-gass active.
"Kalo ada orang yang nangis belum tentu dia korban. Bisa ajah dia penjahat sebenarnya cuma playing victim supaya dapet simpati orang dan memutar balikkan fakta seolah-olah dialah korbannya" Ananta kembali melanjutkan ucapannya.
"Biar gue cek CCTVnya. Ragan mengeluarkan gadget mahalnya dan mulai ngeutak-atik entah apa itu". Jangan heran bagaimana dia punya akses CCTV, ingat dia yang punya sekolahan.
Ananta memperhatikan gerak-gerik Lily yang mulai terlihat gelisah disamping Ka Melvin. Tanpa sadar bahwa sedari tadi semua aksi heroiknya menghangatkan hati seorang Maura. Sudah lama sekali rasanya bagi Maura merasakan perasaan di bela oleh seseorang. Lebih tepatnya sejak sepupunya Lily bersekolah disekolah yang sama dengannya hari-harinya mulai memburuk dengan segala macam tuduhan yang sama sekali tidak dirinya lakukan.
Maura menyadari jika adik kelasnya ini mungkin tidak ada niat membelanya, hanya bagian dari masyarakat kritis yang menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak semestinya sehingga membuatnya berani menyuarakan pendapat yang tidak dipungkiri sangat membantu dirinya saat ini.
Semua menanti dengan rasa penasaran hasil pengecekan yang di lakukan oleh Ragan. Ekspresi Ragan yang datar perlahan-lahan berubah dimulai dari mengernyitkan dahi hingga kini menatap Maura dengan ekspresi yang sulit untuk di jelaskan.
"Gimana hasilnya ka? Bisa ngga hasil CCTVnya di nyalain di TV itu biar kita semua tau kejadian yang sebenarnya" Ananta kembali bersuara sembari menunjuk layar TV besar yang memang terpasang di sudut kantin, dirinya 100% yakin bahwa ka Maura sama sekali tidak bersalah.
Seperti terhipnotis Ragan langsung menuruti ucapan Ananta dan dalam waktu kurang dari 5 menit layar yang semula menampilkan video seputar kegiatan sekolah berubah menjadi rekaman CCTV yang dapat di lihat oleh semua penghuni kantin.
Semuanya terdiam dan menatap heran dengan apa yang muncul di tampilan layar. Seketika pandangan semua orang di kantin beralih pada para pemeran yang terlibat usai menonton video berdurasi singkat tersebut.
"See. . . . bagaimana bisa ka Maura bikin kakak itu jatuh padahal disana ka Maura lagi asik makan bahkan ngga peduli sekitar?" Ananta kembali melontarkan pertanyaan, menyentak keheningan yang ada.
Ya, dalam rekaman CCTV menampilkan kejadian dimana Maura terlihat diam saja lebih tepatnya sedang menikmati makanannya tanpa peduli sekitar hingga tiba-tiba Lily datang dan jatuh tepat disamping meja tempat Maura berada.
Melvin, Ragan dan kawan-kawannya serentak memandang tajam Lily. Yang ditatap tajam langsung terlihat pucat pasi. Melvin langsung refleks menjauh satu langkah dari Lily.
"Lu jatuh sendiri Ly bukan karena Maura?" Tanya Ka Melvin dengan intonasi suara yang tajam.
"Ehm- itu - itu aku kesandung kayanya" Jawab Lily tidak fokus.
Jawaban yang amat sangat menyebalkan untuk didengarkan bukan?
Menghela nafas kecewa~ Melvin, Ragan dkk berniat untuk beranjak pergi namun lagi-lagi Ananta menghentikan pergerakan mereka.
"Ngga mau minta maaf dulu sama ka Maura? Udah asal nuduh juga trus main pergi gitu ajah kaya ngga punya dosa" Ananta semakin julid sodara-sodara.
"Khusus kakak yang itu harus 2x minta maaf ke ka Maura karena udah asal nuduh dan main ngata-ngatain orang sembarangan" Tunjuk Ananta ke arah Arga.
Akhirnya dengan menahan rasa malu mereka semua meminta maaf kepada ka Maura di hadapan seluruh penghuni kantin. Membuat Ananta tak bisa menahan senyuman yang menampilkan gummy smile menggemaskan miliknya.
Ananta memang terlihat menggemaskan sejak awal aksinya tersebut. Jika dulu terkenal karena bersama Ragan, sepertinya untuk kehidupan kali ini Ananta akan menjadi terkenal karena aksinya membela ka Maura.
She is so cute -Someone
🧀🧀🧀
Bersambung. . .
Terimakasih untuk yang membaca cerita ini, gimana pendapat kalian?✨
Jangan lupa tinggalkan jejak 👣
Vote ❤ & comment 💬
![](https://img.wattpad.com/cover/313435804-288-k728283.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengubah Protagonis
FantasyJika dalam sebuah kisah, tokoh protagonis akan selalu mendapatkan kebahagiaan diakhir cerita. Namun hal tersebut tidak berlaku pada Ananta Megantara. Bertemu dengan Raganta Adiyaksa Wiguna laki-laki yang dianggap semua orang sempurna saat masa SMA m...