04 Cubby Cheeks

161 26 14
                                    

"Selamat pagi, my sweety pie" sapaan khas ala Budi terdengar di telinga Ananta yang sedang asik ngobrol dengan Rere.

"Apa sih bud, gaje banget lu jadi human" Suara Bima terdengar menyauti sapaan Budi.

"Nyaut ajah lu, minggir rakyat jelata. Pangeran mau mendekat pada tuan putri" Budi menggeser paksa tubuh Bima yang berada didepan meja Ananta sembari tersenyum lebar. 

Budi ini sebenernya gemes banget sama Tata ~mereka kompak memanggil Anata dengan nama Tata~ ingin rasanya mengunyel-uyel pipi cubby-nya itu. Tapi dia harus menahan diri karena terakhir kali dia melakukannya dirinya justru mendapat serangan berupa jambakan dari Rere dan jeweran dari Bima sedangkan Zero hanya diam memperhatikan. 

Budi menyatakan dirinya sebagai fans Ananta setelah kejadian heroiknya di kantin dan membuatnya berinisiatif membuat penggilan kesayangan khusus untuk Ananta. Awalnya baik Ananta, Rere, Bima maupun Zero geli saat mendengarnya namun seiring berjalannya waktu hal itu sudah menjadi kebiasaan.

Fyi, sudah 3 bulan berlalu setelah MOS dan kejadian di kantin tempo hari. Ananta dan teman-temannya sudah resmi menjadi anak SMA. Satu yang tak terduga lagi mereka kini berada dikelas yang sama sehingga membuat keakraban mereka semakin terjalin. 

Mereka pun sudah saling memahami karakter masing-masing seperti Budi dengan keabsurtan dan tingkah konyolnya. Bima yang 11 - 12 dengan Budi menjadikan mereka seriang adu mulut dan mencairkan suasana. Zero yang cenderung kalem, paling dewasa dan sering menjadi penengah. Rere atau Renata yang kang heboh, pecinta cogan dan pembela Ananta garis keras serta yang terakhir Ananta si kecil-kecil cabe rawit kadang kalem kadang bisa tiba-tiba ngereog tergantung hati dan suasana. 

Ananta memang memiliki postur tubuh lebih pendek dari yang lain. Jangan lupakan lemak bayi yang masih betah singgah di pipinya menjadikan dirinya terlihat imut dan gemoy. Tak jarang anak-anak kelasnya sering meledeknya bocil atau anak SD nyasar dan hal itu yang sering memicu aksi reog seorang Ananta.

Lupakan Ananta yang kalem dan pendiam dimasa lalu, kini Ananta merasa lebih hidup dengan banyak mengekspresikan diri tanpa peduli pendapat orang. Selagi tidak merugikan orang lain  ~terabasssss ajah lahhhh, yang kini menjadi motto hidup Ananta.

Sejak kejadian di kantin, image Maura semakin hari semakin membaik. Beberapa orang mulai meragukan terkait tindak bullying yang di lakukan Maura kepada Lily, banyak yang menganggap bahwa bisa jadi selama ini Lily hanya mengada-ada. Akhirnya terpecahlah dua kubu yaitu kubu pendukung Lily dan kubu pendukung Maura.

Untuk Regan dkk sudah tidak terlalu sensi dengan Maura bahkan sering terlihat mereka makan disatu meja yang sama atau Regan dan Maura yang kedapatan berangkat dan pulang sekolah bersama-sama juga.

Tak berapa lama guru fisika memasuki ruang kelas dan pembelajaran pun di mulai. Pagi hari yang sangat menguras otak bukan ~

 🍕🍕🍕

~Teet teet teet~

Bell istirahat berbunyi membuat semua siswa bersorak riang.

"Yok ke kantin nanti keburu penuh" Bima mengajak teman-temannya.

"Buruan Bud kita duluan ya mau cari meja" Bima kembali bersuara kini sembari menyeret Budi bersamanya.

Ananta, Rere dan Zero berjalan santai mengikuti dibelakang.

Sesampainya di kantin suasana sudah cukup ramai. Ananta, Rere dan Zero menghampiri meja dimana Budi dan Bima berada.

"Kalian mau persen apa?" Tanya Zero.

Selama berteman dengan mereka anak laki-laki memang kebagian tugas secara bergantian memesankan makanan. Jadi Ananta dan Rere diperlakukan bak ratu untuk masalah satu ini.

"Gue persen batagor ajah Ro, ehm minumnya es jeruk ya" jawab Rere.

"Aku pesen soto ya Ro, minumnya samain ajah kaya Rere" sambung Ananta.

"Gue mau persen sendiri ajah Ro"

"Gue juga mau liat-liat dulu"

Zero, Bima dan Budi beranjak untuk memesan makanan.

"Eh ada boncel disini" sapa Gara saudara kembar identik dari Arga.

Saat kejadian di kantin tempo hari memang tidak ada Gara disana namun saat melihat video saudara kembarnya minta maaf ke Maura dan menuruti ucapan seorang gadis mungil walaupun dengan muka masam membuat Gara tertawa terpingkal-pingkal.

Sejak saat itu karena penasaran dirinya mulai mengamati sosok Ananta dan berakhir dirinya sering mencubiti pipi gemoy gadis tersebut. Walaupun sering mendapatkan perlawanan dari Ananta seperti tendangan, pukulan, cubitan bahkan jambakan namun tetap tak menghentikan sikap Gara yang selalu berusaha mencubiti pipi Ananta disetiap kesempatan pertemuan mereka.

Mandengar suara Gara, sontak langsung membuat alarm tanda bahaya di kepala Ananta berbunyi dan membuatnya refleks menutupi pipinya dengan kedua tangan dan melotot lucu kearah Gara.

"Ngapa gitu banget sih ncel liatinnya, nanti naksir sama aku loh" lanjut Gara.

"Ngapain sih ka kesini, jauh jauh sana hush hush. Lagian namaku itu Ananta jangan asal ganti-ganti nama orang donk" jawab Ananta menatap sinis pada Gara.

Gara memang kerap memanggil Ananta boncel = bogel = koentet yang artinya pendek. Katanya sih panggilan kesayangan, tapi ko kesel ya dengernya.

"Kamukan emang boncel, Ta. Anak SD ngapain sih maksa masuk SMA hahaha"

"Udah deh, lu demen banget gangguin tuh bocah" kini Arga yang mulai jengah ikut bersuara.

"Dengerin tuh sodara kembar kakak, jangan dzolim sama aku nanti kena azab sukurin"

Mereka yang mendengar celetukan Ananta sontak saja tertawa.

Akhirnya Gara, Arga, Ragan, Melvin, Morgan dan Maura ~ya Maura ada bersama Ragan dkk~ memutuskan untuk duduk satu meja tepat disamping meja Ananta dkk.

Tak lama Zero, Budi dan Bima datang. Mereka saling menatap satu sama lain namun akhirnya memilih diam dan makan.

Suasana meja Ananta menjadi sedikit canggung karena tepat di samping mereka ada meja para senior.

Ragan dkk memang sempat menawarkan satu meja dengan mereka saat Ananta dkk tidak sengaja melewati meja mereka saat di kantin beberapa hari yang lalu, namun Ananta tentu saja menolak karena baik dirinya maupun teman-temannya pasti akan merasa tidak nyaman. Lagian dirinyakan mau menghindar juga.

Tanpa menyadari kecanggungan teman-temannya, Ananta justru tampak asyik dengan Soto-nya. Pipinya menggembung lucu saat mengunyah dengan mata berbinar-bimar khasnya saat mendapati makanan yang enak.

"Arghhh gue ngga tahan. . ."

Gara mendadak beranjak dari tempat duduknya dan duduk disamping Ananta. Dengan gemas dirinya mencubit pipi adik kelasnya tersebut.

"Auh, ka sha-kih ihh, lewphas lewphas" jerit Ananta tidak jelas karena masih ada makanan dimulutnya.

"Ngapa lu gemoy banget sih ncel?" Gara nampak sumringah setiap menjalin Ananta.

Teman-temannya hanya bisa menatap jengah dengan kelakuan Gara.

Dan seperti biasa Gara baru akan berhenti jika Ananta sudah akan menangis. Padahal Ananta sudah berusaha melepaskan diri dengan menjambak atau mendorong Gara namun hal itu sia-sia saja.

Kenapa teman-teman Ananta dan Kelompok Regan diam saja? Karena mereka sejujurnya selalu menikmati drama antara Ananta dan Gara. Kelucuan Ananta membuat mereka terhipnotis beberapa saat. Toh sebenarnya Gara juga tidak mencubit keras.

Biasanya baru akan ada yang bertindak menengahi jika Ananta sudah menangis atau kesurupan, ups . . .

🍕🍕🍕

Yey chapter 4 up nih !!!

Thanks banget buat yang udah mampir baca, vote dan comment di cerita ini, kalian penyemangatku 💜

Jangan lupa tinggalkan jejak👣

Vote ⭐ and comment 💬

Mengubah ProtagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang