02 Berbeda

175 18 2
                                    

Ananta terpaku menatap ngeri sang ketua OSIS yang berdiri diatas podium. Ingatan terakhirnya saat dibenturkan ke lantai seketika terlintas dalam benaknya.

Dirinya sama sekali tidak memperhatikan apa yang diucapkan oleh sang ketua OSIS yaitu Regan. Ananta terlalu larut dalam pikirannya sendiri. Hingga dirasakan senggolan pada lengannya.

"Ayo Ta, jangan ngelamun terus" ucap Renata.

Ananta yang tidak tau apa-apa kini hanya mengikuti teman kelompoknya saja. Ternyata mereka dibawa berkeliling sekolah untuk di perkenalkan pada lingkungan sekolah termasuk masing-masing ruangan yang berada disana.

Satu kelompok di pandu oleh seorang kakak OSIS dan kelompoknya dipandu oleh Ka Harry yang bisa dibilang masih satu perkumpulan dengan Regan. Setelah selesai berkeliling sekolah semua peserta MOS dipersilahkan untuk istirahat di kantin sekolah.

Ananta yang mendapat panggilan alam alias kebelet pipis pun izin ke toilet terlebih dahulu.
Tanpa ba bi bu Ananta langsung lari tebirit ke arah toilet yang sudah dia hafal letaknya.
Menghela nafas lega usai menyelesaikan hajatnya, namun baru akan membuka pintu bilik toiletnya Ananta mendengar suara ribut-ribut di luar. Hal itu membuatnya mengurungkan niat untuk keluar.

"Gue bakal pastiin klo Ragan bakal jadi milik gue"

Terdengar suara perempuan yang asing ditelinga Ananta. Dirinya sama sekali tidak mengenali suara tersebut

"Maksud lu apa Ly? Ragan itu tunangan gue. Bisa-bisanya lu mau rebut dia dari gue yang sepupu lu sendiri" Suara ini suara yang amat sangat di kenal Ananta. 

Suara ka Maura tunangan Regan. Tapi siapa perempuan yang di sebut Ly itu?

Ananta memutuskan untuk sedikit mengintip dari celah pintu toiletnya namun dirinya tetap tidak mengenali sosok yang sedang berhadapan dengan ka Maura.

"Gue ngga peduli, udah cukup lu ambil semua perhatian keluarga besar. Untuk Ragan gue ngga akan tinggal diam"

Brakkk 

Usai berteriak perempuan tersebut keluar seraya membanting pintu. Tak berapa lama ka Maura juga pergi keluar dari toilet. Ah sudahlah tidak peduli siapa perempuan tadi yang terpenting adalah menjauh dari Regan dan kehidupannya.

Ah mungkin sesekali dirinya akan membantu ka Maura jika dibutuhkan, anggap saja sebagai penebus dosa masa lalu.

🌼🌼🌼

"Ta, ini gue pesenin lu bakso gpp kan?" Tanya Renata sesampainya Ananta di meja kantin tempat keompoknya berada.

"Oh gpp Re, makasih ya"

"Eh, gila ya tadi ketos kita ganteng banget. Aduh hati gue cenat-cenut liatnya" Renata kembali membuka suara.

"B ajah kali, gantengan juga gue" jawab Bima.

"Ye, muka lu mah pasaran Bim. Hahahaha" Cetus Budi.

"Sembarangan lu, tuh nama lu baru pasaran. Ini Budi, ini ibu Budi hahahaha"

"Jangan nameshaming dong lu, slepet nih"

"Udah-udah jangan berantem Bima sama Budi juga ganteng ko kan cowok. Kalo aku sama Rere baru cantik kan kita cewek hehe" Ananta berusaha menengahi adu mulut antara Bima dan Budi.

"Nah tuh emang cuma Tata yang pengertian sama kegantengan gue" Timpal Bima.

15 menit berlalu Ananta dan teman-temannya sedang hikmat menikmati makanan mereka hingga tiba-tiba~

Brukkkk

Seluruh atensi penghuni kantin serempak terarah pada sosok siswi yang tiba-tiba saja terjatuh ditengah kantin.

Ananta menajamkan penglihatannya karena merasa familiar dengan sosok yang jatuh tersebut. Ah, dia perempuan yang bertengkar dengan ka Maura di toilet tadi. Siswi tersebut jatuh tepat disamping meja ka Maura.

Ah, kayanya bakal ada drama ~batin Ananta.

Benar saja siswi tersebut tiba-tiba menangis dan bergetar ketakutan seolah-olah dirinya adalah korban pembully-an seseorang dan bisa ditebak siapa yang akan dituduh ~benar~ ka Maura.

"MAURAAAAAAA"

Terdengar bentakan dari seorang laki-laki yang baru saja memasuki kantin. Ananta mengenalinya sosok itu adalah kakak kandung dari ka Maura yaitu ka Melvin. 

Apakah karena dirinya mengulang waktu kejadiannya yang terjadi sebelumnya ikut berubah?

Ananta ingat seharusnya yang dalam posisi terjatuh itu adalah dirinya itupun masih 3 bulan lagi dan kejadiannya memang ka Maura yang menjegal kakinya hingga terjatuh karena melihat Ananta berbicara dengan Ragan. 

Padahal saat itu Ananta hanya menyampaikan perintah seorang guru untuk memanggil Ragan dan saat itulah awal mula pembullyan yang diterima oleh Ananta karena ka Maura merasa dirinya mendekati Ragan ~padahal tidak sama sekali~ justru pembullyan yang di lakukan oleh ka Maura yang justru membentuk kedekatan antara dirinya dan Ragan dimasa lalu, menumbuhkan benih-benih cinta mati.

Cinta yang membawanya dalam kematian ~cih~

Saat itu Ananta tidak menangis ataupun ketakutan seperti siswi itu, dirinya hanya syok saja dan kemudian dibantu oleh ka Melvin.

Namun saat ini semuanya berubah bahkan dirinya melihat dengan jelas bahwa ka Maura bahkan tidak melakukan apapun untuk membuat siswi itu terjatuh. 

"Apa yang kamu lakukan sama Lily???!!!?!?! dia itu masih sepupu kamu" Ucapan ka Melvin kembali terdengar dengan intonasi yang tidak sekeras sebelumnya namun tetap tajam.

"Ka, aku ngga ngelakuin apapun dari tadi" ka Maura memberikan pembelaan diri.

"Si Maura ngga ada kapok-kapoknya ya bully Lily terus dari semester 2 kemarin"

"Jahat banget masih sodara padahal" 

"Makin ngga cocok jadi tunangannya Ragan ngga sih?"

"Iya lebih cocok Lily yang jadi tunangan Ragan"

"Padahal cantik tapi sayang antagoins"

Desas-desus siswa-siswi lain mulai terdengar sayup-sayup mengomentari drama yang baru saja terjadi.

"Aku ngga ngapa-ngapain Lily ka" ka Maura kembali mengulang ucapannya.

"Jadi maksud lu Lily jatuhin dirinya sendiri gitu?" Arga salah satu dari sahabat Ragan membuka suara dan terlihat Ragan bersama teman-teman dekatnya memasuki kantin menuju posisi ka Maura berada.

"Gue ngga bilang gitu tapi emang gue ngga ngapa-ngapain dia" ka Maura kembali menjawab ketus pada Arga.

Ya, baik di masa lalu maupun masa sekarang Arga tetap menjadi salah satu orang yang sangat membenci Maura.

"Ma-maura ma-maafin a-aku, a-aku ngga pe-pernah de-deketin Ragan" gadis yang bernama Lily tersebut membuka suara dengan tersendat-sendat akibat menagis dalam rangkulan Melvin.

"Pantes ajah Ragan ngga suka sama lu Ra, sama saudara sendiri ajah jahat apalagi sama orang lain" Arga kembali membuka suara.

Ragan hanya diam menatap tajam tunangannya, Maura tak kalah tajam menatap Saudara laki-laki, tunangan berseta orang-orang yang memojokannya menciptakan suasana hening tidak mengenakkan.

"Ck, drama banget"

🌼🌼🌼

Bersambung. . .

Terimakasih untuk yang membaca cerita ini, gimana pendapat kalian?

Jangan lupa tinggalkan jejak 👣

Vote & comment 💬

Mengubah ProtagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang