1887

1.5K 297 9
                                    

Tiga tahun kemudian. New York City, 1887.

Sakura duduk di bekas kandang kuda terbengkalai. Membaca buku bekas di atas tumpukan kayu reok. Buku dari penulis Robert Louis Stevenson¹, Sakura mendapatkannya dari pembuangan.

Menginjak di usia dua belas tahun. Sasori jarang mengirim surat. Sakura sering berlatih menulis dalam bahas asing agar bisa bertukar surat kabar lebih banyak dengan kakaknya. Sasori pindah ke Eropa, semakin jauh dari Sakura. Komunitas antara surat yang paling bisa digunakan untuk ini.

"Comprar," ejanya dalam bahasa República Portuguesa.

Sakura menulis-nulis ringan dalam secarik kertas robek yang ditemukan. Kertas kotor itu juga berasal dari pembuangan, usai menulis biasanya Sakura menyelipkan di halaman buku bekas temuannya, sebagai pengingat telah menulis apa tadi.

Hari semakin panas. Mary pergi, belakangan ini semua hierarki sibuk. Tidak punya waktu istirahat, kalau sudah seperti ini, Sakura terbiasa makan ubi jalar sendiri di gubuk.

Dia selalu konsentrasi saat melakukan sesuatu. Sakura tidak sadar ada sosok yang tidak jauh darinya mendekat.

Sosok itu memakai riding helm selesai berlatih equestrianism--menunggangi kuda. Tidak lupa sarung tangan hitam di lepaskan, semakin melangkah pada Sakura.

"Kau bisa menulis?" Sasuke mengintip tulisan Sakura dari belakang. Remaja berusia empat belas tahun itu cukup memahami tulisan Sakura yang tidak rapi.

Sakura tersentak, suara halus dari arah telinga kanan belakang mengejutkannya. Dia melompat dari tempat tumpukan kayu reok, tidak hati-hati, Sakura hampir terjatuh karena tidak siap mendarat ke bawah. Sasuke bertindak sigap menarik tangan Sakura, memegang tepat pada siku, lalu menarik kuat tangan Sakura.

"Hati-hati," pesan Sasuke, singkat.

Mata Sakura terpejam berkedip-kedip. Suara halus yang menusuk menyuruh hati-hati masuk ke telinga Sakura. Suara itu terasa dekat. Sakura membuka mata perlahan, di depannya ada wajah anak laki-laki berambut hitam kelam, pipi putih selayaknya salju di kutub Utara juga pahatan alis rapi asli. Sosok itu berdiri dengan posisi kaki terbuka, menahan tubuh Sakura tidak terjatuh pada tanah secara bebas—masih berpegang pada tangan Sakura.

"Hei."

Sadar akan apa yang terjadi. Sakura buru-buru berdiri, dia menarik tangannya, Sasuke segera melepaskan tangan Sakura dari cengkraman. Secepat Sasuke melepaskan tangannya, secepat itu juga Sakura berdiri baik di depan Sasuke, sangat tahu sosok apa yang ada dihadapannya sekarang.

"M-Maafkan saya Tuan muda," lirih Sakura, membungkuk hormat. Bibir itu merapat tidak berani bersuara, dia nyaris jatuh dan tuan muda membantu. Dia pantas dihukum.

Sasuke tidak bisa menebak berapa usia Sakura, gadis di hadapan ini terlihat berumur sepuluh tahun. Bisa dilihat dari ekor mata, Sakura gemetar kecil di depannya.

"Kau bisa membaca?"

"Y-ya, Tuan." Sakura menjawab takut.

"Menulis?"

"Bisa, Tuan."

Karena intonasi suara Sakura yang ringan dan sedikit menggema, itu berisik, sedikit menganggu pendengaran. Sasuke memandanginya, dari gaun kotor penuh bekas bercak lumpur di pinggir bawah, tangan kurus, juga jemari kaki tanpa alas. Dia sudah tahu Sakura berasal dari mana.

Sasuke ingat, anak ini anak beberapa tahun lalu yang mengambil air di depan dapur bawah.

Cukup lama untuk kecanggungan ini, nyatanya Sakura tidak perlu kikuk lebih lama lagi. Sasuke pergi meninggalkan kandang kuda terbengkalai, tidak berbalik lagi ke belakang. Tidak memberikan Sakura hukuman atau kata-kata terakhir memaki kecerobohan Sakura.

HISTORI (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang