90⁰

1.4K 280 7
                                    

"Kau telah bekerja dengan baik, sebentar lagi pemindahanmu kedalam kediaman ditentukan."

Sakura berkedip empat kali, menatap Edwin—kepala pelayan yang dihormati, sungkan. Tidak percaya penyampaian tenang atas namanya secara tidak langsung terucap dari sosok Edwin.

"S-Saya?"

Edwin mengangguk, sosok berkumis tebal berumur setengah abad itu tersenyum. "Tentu kau."

Telunjuk Sakura tetap terarah pada diri sendiri. Gemuruh senang meliputi batin Sakura, perempuan berusia tujuh belas tahun itu tidak percaya bisa masuk Manor House dan berkesempatan berkerja di sana.

Dari seorang hierarki rendah dan masuk ke dalam Manor House, ini kesempatan emas, untuk orang sepertinya.

Sakura tidak tahu harus mulai dari mana. Dia tersenyum balik pada Edwin, penyampaian ini sangat berharga untuk Sakura.

"Saya senang bisa memiliki kesempatan," ungkap Sakura, formal. Di tangan Sakura terdapat kain bergaris sisa pembuatan gorden.

"Kau layak Sakura," ujar Edwin, pembawaan yang tenang memiliki karisma tersendiri. "Hanya itu yang ingin kukatakan, aku sudah mengirim data dirimu pada Tuan muda."

Senyum Sakura menghilang perlahan, tidak spontan tetapi berubah raut wajah itu kentara. Edwin tidak memakai kacamata selayaknya hari biasa, Sakura tersenyum lagi, tidak mau terlihat murung di hari bahagianya.

"Baik, kepala pelayan," tunduknya hormat.

Sakura tidak sendiri. Hierarki seumurannya sejumlah lima orang juga diminta untuk pindah ke kediaman utama. Sakura yang awalnya pembantu tingkat rendah di rumah cabang kini naik ke lebih baik.

Pembubaran di lakukan usai Edwin pergi. Sakura pergi ke lorong kanan, tepat ke arah lapangan luas. Dia bersama satu hierarki, membahas tentang pengangkatan mereka berdua.

Sakura tersenyum menanggapi setiap ucapan temannya. Gaun bercorak mawar dari garis-garis hitam selaras bersama hierarki lain, mereka diizinkan memakai dua warna, putih dan hitam.

"Sakura, aku harus kembali menjemur," tukas Bella—teman Sakura.

Bibir Sakura tertarik melengkung. "Yaa, aku juga akan kembali ke suatu tempat."

Keduanya berpisah. Sakura berbelok di ujung ladang. Langkah kaki itu lebih cepat dari sebulan belakangan ini Sakura berjalan. Insting Sakura mengatakan tidak bisa berlama-lama, di belakang ladang panen ada banyak gundukan-gundukan kecil beserta batu-batu penanda. Batu merah sedang menjadi penanda mencolok diantara yang lain, Sakura bersemangat, di depan batu itu dia merunduk dan duduk, memandang batu penuh makna.

"Bagaimana kabarmu Marry? Aku tidak mau berbicara panjang lebar, tapi bagaimana cara menjelaskannya?" tanya Sakura pada batu dan gundukan di depannya.

Hari sudah siang, terik matahari tidak tertutup sedikit pun. Sakura terbiasa tidak berlama-lama di bawah matahari dan untuk hari ini, pengecualian.

Helaan napas panjang tidak beratur keluar. Mata Zamrud memandang lurus ke depan, ada kilatan perasaan dalam tatapan itu, Sakura gugup.

"Aku menjadi hierarki sepertimu." Kata itu keluar begitu saja dari bibir, Sakura tersenyum dan tertawa ringan. "Aku tahu itu masih rendah, tapi aku ingin jadi sepertimu. Aku ingin mengabdi, aku tahu kau juga berharap aku sukses, tapi aku tidak punya koneksi..."

"Aku jadi hierarki saja. Dan Edwin memberi penghormatan masuk ke dalam rumah, aku lumayan naik..." Sudut bibir Sakura bergetar kecil. Ujung tangan menyentuh sela pipi, tidak membiarkan getaran dibibir semakin menjadi.

HISTORI (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang