° Kehidupannya

674 83 6
                                    

Disini lah keheningan, ya tidak ada suara berbicara, tidak ada suara tertawa. Hanya terselimuti oleh keheningan. Bukan lebih tepatnya hanya tiga orang saja yang berbicara sedangkan satu orang hanya diam. Dia sangat malas bergabung dengan tiga orang tersebut. Dia yakin, bahwa tidak ada yang mau dengerkan cerita dia.

"Bagiamana sekolah kamu sayang?"

Sang bunda bertanya kepada anak bungsu moon. Moon Doyoung atau kita sebutkan bunda doyoung, dia menanyakan itu kepada anak bungsu nya. Sedangkan Jeno hanya sibuk makan tanpa melihat interaksi antara sang bunda dengan adeknya itu. Jeno merasakan bahwa dia tidak ada, mereka terlalu fokus terhadap Yangyang. Iya Adek Jeno bernama moon Yangyang. Jeno yang merasakan seperti orang asing, hanya diam saja.

"Sekolah Yangyang sangat baik Bun, kemarin juga Yangyang sudah punya temen baru"

Ucapan Yangyang membuat kedua bunda Doyoung dan sang suami tersenyum, anaknya sangat mudah sekali bersosial dengan lingkungan baru. Doyoung langsung mengusap rambut Yangyang dengan lembut, Jeno yang melihat adegan didepannya langsung tidak mood makan. Semenjak kejadian tersebut, kedua orangtuanya bener-bener fokus terhadap Yangyang. Jeno? Mereka sepertinya sudah melupakan anak sulungnya ini.

Karena mood makan Jeno berantakan dengan adegan didepannya barusan. Dia langsung berdiri, membuat orang yang berada di ruang makan melihatnya.

"Jeno habiskan makanan mu nak"

Jeno yang hanya melihat sang bunda dan menatap sang ayah. Dia tidak lupa juga menatap sang adek, dengan senyuman tanpa merasakan bahwa dia tidak ada disini.

"Jeno udah kenyang, Jeno berangkat dulu"

Jeno pergi begitu saja, pagi-pagi mood dia sudah hancur. Dia rasa ingin menyerah saja. Terlalu capek dengan kehidupannya, Jeno harap ada seseorang yang bisa mengeluarkan dari zona ini. Jeno capek yang selalu disisihkan, yang selalu dibandingkan dengan adeknya. Jeno langsung menyalakan motornya dan pergi meninggalkan area perkarangan rumahnya. Tidak lupa dia berpamitan dengan pak satpam dirumahnya.

Sang kepala keluarga atau kita sebut Moon Taeil hanya menatap sang sulung. Dia tidak tau kenapa sikap Jeno berubah drastis. Jeno yang dulu ceria, ramah, murah senyum seperti Doyoung. Tetapi malah berbalik sekarang, dia bersikap tidak peduli, dingin, dan cuek. Taeil hanya menghembuskan nafas dengan kasar.

"Yangyang jika sudah selesai makan langsung ke mobil ayah ya. Nanti ayah akan menyusul mu"

Yangyang mengangguk dan menghabiskan makanan dengan perlahan-lahan. Setelah selesai makan, dia langsung pergi ke mobil ayahnya. Tinggallah dua pasang suami istri.

"Sayang, Jeno kenapa tiba-tiba kayak gitu? Ini bukan Jeno yang aku kenal"

Taeil menenangkan sang istrinya. Ya semenjak kejadian yang menimpa kedua anak mereka, sikap Jeno langsung berubah drastis.

"Sayang, tenang ya. Mungkin Jeno akhir-akhir ini lagi sibuk atau mungkin dia capek sama kuliahnya. Kamu jangan terlalu banyak pikir ya"

Doyoung mengangguk. Dia harus berpikir positif tentang Jeno.

"Kalo begitu aku pergi dulu ya, kamu hati-hati dirumah. Kalo ada apa-apa langsung telepon aku ya"

"Iya, sana pergi. Keburu Yangyang telat ke sekolahnya "

Taeil langsung pergi dari ruangan makan tidak lupa mengecup kening sang istri. Doyoung tersenyum dan membalas lambaian sang suami dan anak.

"Dadah bunda~ Yangyang sama ayah berangkat dulu yaa~"

"Iya sayang, hati-hati ya."

Mobil taeil pergi dari area perkarangan rumahnya.

° MY WORLD °

MY WORLD [JAENO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang