Masih inget kisahnya jeno ga? Eheheh aku pengen bikin part duanya dan ini terakhir, happy reading jangan lupa vote dan komen ayang-ayang aku.
Dua bulan berlalu pasca jeno membawaku bermalam di apartementnya menyelamatkan aku dari sang ayah, selama itu pula ia berusaha agar sang ayah tak lagi menemuiku.
Entah bagaimana caranya tuan lee benar-benar tak menemuiku selama dua bulan terakhir, dan hubunganku dengan jeno? Tak ada yang berarti hanya ia menjadi lebih sering menyapaku disekolah namun tidak lebih, tak ada lagi bermalam seperti kala itu,
Memang apa yang kau harapkan jang nari?
Seolah membaik, namun nyatanya tak seperti itu, seperti pagi ini aku lolos dari ibuku karena dia belum bangun, kapanpun ia melihatku ia akan memukulku atau bahkan menendangku karena marah, terlebih tuan lee sudah tidak pernah mendatanginya lagi.
Di gerbang sekolah aku melihat lee jeno yang berjalan beriringan dengan hanny, mereka terlihat begitu bahagia bahkan senyuman tak pernah lepas dari wajah keduanya.
"Nari?"
"Hmm?"
Aku menoleh saat seseorang menepuk pundakku, na jaemin teman satu kelasku bersama dengan hana yang juga teman satu kelasku.
"Apa yang kau lihat? Masih pagi dan kau terlihat begitu pucat?" Tanya hana
"Aku belum sarapan, kalian sudah?" Jawabku asal
"Aku sudah tapi jika ingin ditemani akan kita temani iya kan jaem?"
Jaemin hanya mengangguk ringan dan menelisik arah pandangku diawal, namun beruntung jeno sudah tidak disana.
"Tidak perlu, nanti saja saat istirahat, ayo masuk kelas" ajakku pada mereka berdua.
Selama jam pelajaran keringatku terus menetes entah mengapa dadaku terasa sesak bahkan punggungku sakit, rasanya aku sangat ingin memuntahkan isi perutku, dan hal ini kerap datang jika aku tengah merasa setres, dokter bilang hal ini merupakan serangan panik, dan entah mengapa akhir-akhir ini justru semakin sering terjadi.
Aku langsung izin pergi ke toilet dan memuntahkan isi perutku. Jika sudah muntah kepalaku akan sedikit lebih ringan, aku duduk di kloset yang tertutup karena perutku terasa sakit dan mengecek celana dalamku mendapati darah yang menunjukan bahwa aku kedatangan tamu bulanan yang sudah 2 bulan aku tunggu,
Aku tidak pernah panik jika mengalami keterlambatan dalam hal bulanan itu karena dokter bilang itu hal wajar apalagi aku sering merasa setres.
Aku hela nafas mengatur dada dan punggungku yang masih terasa sakit.
Setelah itu aku kembali ke kelas dan izin untuk istirahat di uks karena perutku yang sakit untuk jam terakhir, namun sebelumnya aku pergi ke koperasi untuk membeli pembalut.
Disana aku bertemu jeno,
"Nari?" Sapanya
"Oh lee jeno" jawabku sedikit gugup.
"Kau sakit? Wajahmu sangat pucat?"
"Tidak, hanya ini" jawabku sembari menunjukan pembalut yang ku beli untuk mempertegas bahwa aku hanya sedang datang bulan.
Jeno tersenyum gemas entah mengapa,
"Kau sendiri?" Tanyaku
"Ah ini, perut hanny sakit katanya belum makan dari pagi jadi aku belikan susu dan roti karena dia tidak mau ke uks"
Aku mengangguk dan segera pergi,
Memang seharusnya aku tidak bertemu dengannya, entah mengapa aku merasa sakit hati, padahal aku tak punya hak untuk itu.