"Lo tu gak pantas ikut beginian!"
"Jangan sok punya bakat lo!"
"Sampah! Gak guna!"
"Btw, dia punya uang buat daftar lomba sastra?"
"Halah! Paling juga duitnya hasil nyuri!"
BRAK!
Meja itu terbanting dengan sangat keras kala Athaya mendorongnya sekuat tenaga. Orang-orang yang berada di kelas sontak terkaget-kaget dan beberapa langsung menatapnya dengan tajam.
"WOY! GILA YA LO!"
Tidak peduli tubuhnya terdorong oleh tangan-tangan yang menyentuhnya. Yang jelas Athaya sangat marah atas perlakuan itu. Perkataan-perkataan mereka terlalu ambis untuk mengeluarkan semua emosinya. Maka, dengan beraninya Athaya membalas dengan menatap satu-persatu orang yang menindasnya.
"SETAN!"
Teriaknya dengan lantang. Bahkan ketika salah satu ada yang hendak melayangkan satu pukulan ke arahnya, Athaya dengan cepat menahannya dengan membalas menghentakkan tangan itu dengan kasar.
"LO SEMUA SETAN YANG SUKANYA BACOT NGURUSIN HIDUP GW!"
Meski Athaya adalah orang yang sering di-bully di sekolah ini, namun gadis itu bukan sosok yang lemah, yang harus pasrah membiarkan semua orang mengucilkannya. Athaya tidak akan segan-segan membalas balik. Gadis itu terlalu barbar untuk dijadikan korban pembullyan.
Namun anehnya, meski sikap Athaya yang tidak mau kalah, orang-orang bukannya menyerah malah semakin menjadi-jadi. Entah apa motifnya, mereka seakan semakin penasaran, sebab Athaya yang tidak pernah mundur jika di injak.
"Eh lo!" Mayra, gadis berkuncir satu itu maju lebih dekat di hadapan Athaya. "Gak usah sok jago!"
"KENAPA?!" teriak Athaya. "LO MERASA TERTANTANG!"
"Bacot, ya, lo!"
"Akh!" entah datang darimana. Satu sosok tiba-tiba menariknya ke belakang hingga Athaya terjatuh.
"Lo pikir, dengan cara lo ngebalas gini kita-kita bakal berhenti nyakitin lo?"
Athaya menatap tajam gadis yang kini mencengkram dagunya dengan kasar.
"Gak! Lo terlalu seru buat kita abaikan."
"Setan!"
"ELO YANG SETAN!"
Athaya kalah telak. Dengan dia yang sendirian yang harus berhadapan dengan beberapa murid di kelas ini. Gadis itu perlahan bangkit, tidak peduli dengan mata tajam yang menatapnya, ia meraih tasnya lalu berjalan cepat meninggalkan ruangan kelas yang seperti neraka itu.
Meskipun jam pelajaran waktu itu masih berlangsung, untung saja kelas sedang bebas alias tidak ada guru yang masuk. Athaya bergegas untuk pergi, menjauhi semua penghuni di sana.
Langkah gadis itu cepat, melewati koridor menuju lapangan. Entah sejak kapan, air matanya jatuh. Diantara pijakan langkahnya yang tergesa-gesa, Athaya terisak, lalu menyapu pipinya yang basah.
Sampai di di sebuah pagar utama, ia mendatangi satpam sekolah untuk meminta agar pagar dibukakan. Awalnya pak Ubuy---selaku satpam di sekolah itu tidak mau, namun melihat Athaya yang menangis keras laki-laki paruh baya itu merasa kasihan. Sebab, selama ini Pak Ubuy selalu tau tentang Athaya. Bagaimana gadis itu diperlakukan tidak baik di sekolah. Beberapa kali beliau membantu Athaya untuk kabur dari sekolah.
Dan pada akhirnya, Athaya bisa lepas. Gadis itu berlari sekuat tenaga dengan isak tangis yang masih ada.
Lari, lari semakin lari.
Dengan mata yang kabur karena air matanya yang terus-menerus luruh, Athaya sampai menabrak seseorang saking tidak konsentrasi dengan jalanan. Gadis itu hampir terjatuh kalau saja tidak ada tangan yang meraihnya.
Tubuhnya linglung, isakannya tersendat-sendat. Sampai dimana matanya perlahan menemukan sesosok laki-laki yang kini berada di depannya.
Wajah lelaki yang teduh, namun dengan tatapan yang khawatir. Athaya yang kala itu sudah terlalu hancur menahan semua emosinya, akhirnya dengan lantang menangis keras. Suara tangis yang keras dan terdengar putus asa, tidak peduli pada lelaki yang kini menatapnya dengan pikiran yang bertanya-tanya.
"Athaya," ucap lelaki itu dengan lembut.
Athaya masih menangis dengan wajah tertunduk.
"Athaya..." sekali lagi, suara itu memanggilnya.
"Gue pengecut." Athaya bersuara dengan isak tangis yang masih menyelimuti. "Kenapa gue harus kayak gini? Kenapa?
... Aydan?"
🍂
Suara burung terdengar saling bersahutan. Teriknya matahari membuat langit begitu indah dipandang. Di sebuah gazebo dekat taman raya Aydan membawa Athaya untuk duduk di sana. Membantu menetralkan suasana hati gadis itu yang sedang tidak baik-baik saja.
Dengan jarak duduk yang sedikit jauh, sebab Aydan tidak mau terlalu menganggu. Beberapa menit lamanya ia hanya diam menunggu respon apapun dari gadis di dekatnya itu. Sampai waktunya Athaya tiba-tiba bersuara.
"Gue gak suka sekolah," ucapnya.
Aydan masih mencoba diam, karena sepertinya Athaya masih ingin mau berbicara.
"Orang-orang di sana setan semua."
"Kamu gak boleh ngomong kayak gitu," ujar Aydan.
Athaya terkekeh remeh. "Lo ngomong kayak gitu karena emang gak pernah jadi posisi gue."
"Tapi mengatakan orang-orang di sana setan itu tidak baik, Athaya."
"Terus apa jadinya buat mereka yang ngatain gue anak sialan, anak pungut, tukang onar, dan yang paling buruknya gue di bilang anak selingkuhan?"
Tatapan mereka bertemu. Di sana Aydan dapat merasakan mata yang merah, mata penuh kesakitan.
"Gue ini lebih sering dikatain, Dan. Jadi gak papa kan gue katain balik."
"Aya--"
"Capek, Dan. Jadi gue capek banget. Gue harus nanggung beban yang dimana ini gue selalu menderita."
"Setiap penderitaan pasti akan ada jalannya, Athaya "
"Kapan?" Tatapan Athaya pada Aydan meneduh. "gue selalu nunggu itu. Kapan waktu gue bisa merasa tenang."
"Percaya takdir."
"Takdir, takdir, takdir!"
Hembusan nafas Aydan terdengar kala lelaki itu melihat bagaimana se-prustasinya Athaya saat ini. Gadis itu menunduk dengan tangan yang sesekali mengacak-acak rambutnya.
"Padahal gue pengen ngerasain sedikit aja apa itu namanya hidup bebas. Perkara gue pengen ngelakuin ini, semua orang pada nge-jatuhin gue. Emang gue gak sepantas ini, ya?"
"Kamu pantas dengan apa yang kamu lakukan."
"Tapi mereka nge-rendahin gue, Aydan."
Aydan menggelengkan kepalanya. Lantas menatap Athaya dengan teduh.
"Yang mengganggap seseorang rendah, dia adalah orang yang paling rendah derajatnya di mata Allah. Jangan pedulikan mereka yang merendahkan-mu. Tapi pentingkan apa harapanmu."
Seperkian detik kemudian, Aydan tersenyum tipis seraya menatap Athaya.
"Tidak apa-apa, Athaya. Terus lakukan apa yang ingin kamu capai. Tidak apa-apa, selagi kamu masih berjuang dan tidak pernah menyerah dalam keadaan apapun."
Bersambung ...
KAMU SEDANG MEMBACA
90 Hari Ada Cerita | Na Jaemin
FanficGadis rapuh yang selalu terjatuh, dan sosok laki-laki yang mendatangkan sebuah harapan. Kelap malam yang sendu, cantik-nya kilauan cahaya kunang-kunang. Di sana, keduanya bercengkerama, perihal takdir hidup yang mempermainkan. "Aydan, gue boleh nyer...