"Kamu gak takut keluar malam sendirian?"
"Gue udah terbiasa melawan rasa takut."
Malam ini, di sebuah danau yang tenang, tidak ada yang tau jika pada akhirnya Aydan dan Athaya bisa dipertemukan lagi di terlebih di tempat ini. Berawal dari Athaya yang menginjakkan kaki ke danau tersebut, namun ia malah menemukan sosok Aydan yang tengah asik bermain bersama kunang-kunang.
Berniat ingin pergi, Aydan keburu melihatnya. Athaya yang saat itu sudah berniat untuk datang ke danau, mau tak mau memenuhi keinginan hatinya, meski harus ada sosok Aydan yang berada di sampingnya.
Hubungan mereka sedikit demi sedikit mulai membaik. Mungkin seringnya mereka bertemu, membuat keduanya mulai terbiasa. Termasuk Athaya yang dari awal tidak menyukai kehadiran Aydan. Namun hari ini, gadis itu sudah tidak lagi menunjuk ketidaksukaannya. Bahkan, sesekali Athaya akan merespon ucapan Aydan, meski terkadang suka membalas dengan intonasi yang ketus.
"Dan lo, ngapain ke sini sendirian?
Kini giliran Athaya yang bertanya. Hal itu membuat Aydan tersenyum dengan sangat lebar.
"Mau ketemu kunang-kunang," jawabnya dengan pandangan berbinar menatap kunang-kunang yang berkeliaran di sekelilingnya.
"Konyol." Athaya terkekeh.
"Coba liat!" Kemudian, Aydan tiba-tiba berseru. Lelaki itu mengukurkan telapak tangannya ke depan, di sana satu ekor kunang-kunang nampak hinggap di telapak tangan Aydan.
"Cantik, gak?"
Athaya melihat tanpa meresponnya. Atensinya terarah pada kunang-kunang yang terbang di atas telapak Aydan. Cukup lama memandang binatang itu, sampai dimana matanya menangkap wajah Aydan yang begitu berseri. Wajah lelaki itu terang karena terpantul cahaya kunang-kunang. Tidak lupa dengan senyuman yang masih selebar tadi.
Ini adalah hari kesepuluh pertemuan mereka. Dimana pada hari pertama, raut wajah yang sekarang ia lihat bergitu berbeda pada awal pertemuan keduanya. Athaya masih dapat mengingat bagaimana Aydan yang pada saat itu menampilkan wajah marah sebab apa yang ia lakukan. Tidak ada senyum yang terbit dari bibir lelaki itu, melainkan hanya sepasang mata tajam yang menatapnya.
"Di dunia ini, ada hal yang begitu indah lewat kesederhanaan."
Aydan mengayunkan telapaknya, dan kunang-kunang yang sempat terbang di atasnya perlahan mulai terbang menjauh---bergabung pada sekewannya yang lain.
"Kamu punya gak sesuatu, yang menurut kamu paling indah di dunia ini?" Aydan kemudian menoleh.
Athaya mengalihkan pandangannya, dan memilih untuk melihat danau tenang yang nampak kemilau sebab terpancar sinar oleh kunang-kunang yang terbang mengelilinginya.
"Punya," jawabnya.
"Oh, ya? Kalau boleh tau, apa?"
Beberapa detik setelahnya, hanya ada keheningan diantara mereka berdua. Athaya dengan pandangan yang masih ke depan, dan Aydan yang menatapnya dengan penuh penasaran. Melihat bagaimana Athaya yang hanya terdiam tanpa menjawab pertanyaannya, Aydan berdehem sejenak lantas tersenyum tidak enak.
"Maaf, kalau aku terlalu kepo buat kamu. Aku cuma--"
"Mama."
Dan pada saat itu, Aydan seketika menghentikan ucapannya. Lelaki itu mengerutkan keningnya dengan respon yang bingung. "Hng?"
"Hal yang paling indah bagi gue di dunia ini, cuman Mama," jelas Athaya.
Sampai akhirnya, Aydan hanya bisa terdiam mendengarkannya.
"Meski di dunia ini banyak hal yang indah, tapi Mama yang paling berharga di hidup gue. Mama adalah hadiah terindah yang Tuhan beri buat gue di bumi ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
90 Hari Ada Cerita | Na Jaemin
Hayran KurguGadis rapuh yang selalu terjatuh, dan sosok laki-laki yang mendatangkan sebuah harapan. Kelap malam yang sendu, cantik-nya kilauan cahaya kunang-kunang. Di sana, keduanya bercengkerama, perihal takdir hidup yang mempermainkan. "Aydan, gue boleh nyer...