"Aduh, dia sangat imut!" Irene mencubit gemas pipi Haechan.
"Ratu, mau teh?" Tanya Jeno.
"Boleh." Jeno pun membuat teh secepat kilat dan Jaemin mengambil sisa kue di kulkas dan memasukkannya ke microwave.
Saat semuanya sudah beres. Mereka berempat duduk di ruang keluarga dengan santai.
"Darimana asalnya manusia imut ini, kenapa dia bisa bersama kalian?" Tanya Irene.
"Ya, sama seperti sebelum-sebelumnya." Jawab Jaemin.
"Kalian harus jaga baik-baik si imut ini."
Drrttt... Drrrttt...
"Oh, halo? Iya, saya Irene. Mengapa?"
"Ada yang mau saya bicarakan."
"Penting? Harus sekarang?"
"Iya."
"Ok. Baiklah, tunggu saya."
Irene mematikan telepon tersebut. Ia pun pamit untuk pulang.
Beberapa menit kemudian, Haechan merasakan panas di tubuhnya dan sakit di perutnya.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Jeno melihat Haechan.
"S-sakit" Haechan merengek ke Jeno dan Jaemin.
Sekarang mereka sudah di kamar. Jaemin yang sudah mulai paham mengajak Jeno bicara empat mata diluar kamar.
"Ini salahku." Ucap Jaemin.
"MAKSUDMU?" Jeno kaget dan sedikit membesarkan suaranya.
"Aku pernah mencium Haechan. Aku tak ingat kalau iblis tidak boleh mencium dan berhubungan badan dengan manusia. Karena perlahan manusia itu akan menjadi iblis juga." Ujar Jaemin.
"Lalu? Maksudmu Haechan—"
"Ya, tinggal tunggu waktu?"
"Tidak, tidak! Little devil itu sangat merepotkan!"
"Hei, little devil itu sangat imut tau! Apalagi Haechan yang akan menjadi little devil!"
"Kepala ku sangat pusing sekarang. Tolong, jangan bahas itu. Aku tidak bisa."
Jaemin kembali masuk ke kamar. Sedangkan Jeno ada urusan jadi ia kembali ke ruangan di sekolah.
"Jaemin..." Haechan menatap Jaemin dengan tatapan sayu.
"Mau makan dulu? Kau belum makan dari pagi." Jaemin mengusap-usap rambut lembut Haechan.
Haechan menggelengkan kepalanya. Untuk menggerakkan tangannya saja ia malas apalagi makan.
'Sangat panas.' Batin Jaemin memegang tangan Haechan.
"J-jaem, jangan pergi. Aku takut." Haechan memegang erat tangan Jaemin yang ingin beranjak pergi tadi.
"Iya, aku akan disini menemani mu."
"Hum."
Jaemin menelpon Renjun.
"Hei, kapan kau pulang kesini? Ini sangat bahaaayaaa! Karena Haechan akan menjadi little devil!"
"APA?!"
"Ya, menurutku kau tak usah pulang. Hus, hus sana pergi!"
"Bajingan!"
Jaemin pun mematikan telepon tersebut.
"Jaemin, mau peluk!"
"Huft, makan dulu ya?" Haechan menggelengkan kepalanya lagi.
"Nanti makin parah" Ucap Jaemin.
"Dikit aja ya?" Jaemin mengangguk pasrah, daripada Haechan tidak makan.
Jaemin pun membuat bubur sayur. Ia menyuapi Haechan makan.
"Aku mau tidur. Hug!"
"Sebentar, aku taruh piring dulu ke dapur"
Mereka pun tidur bersama dan berpelukan.
Keesokkan harinya...
"Kakak? Mana?" Haechan menoleh ke kanan-kiri mencari Jaemin.
"Sudah bangun? Ayo makan"
"Tidak mau" Haechan menggelengkan kepalanya.
'Panasnya sudah turun. Oh, apakah ini little devil Haechan?' Batin Jaemin.
"Kakak, ayo main"
"Kakak?" Jaemin kebingungan sendiri.
Jaemin baru ingat. Little devil memang memanggil 'kakak' pada orang yang disayangi.
"Kenapa kau sangat imut?"
"Siapa, kak?"
"Kau, Haechan."
Cup!
Oh, astaga! Sepertinya yang pernah melakukan hal itu pada Haechan hanya Jaemin!
"Huh, kakak cium-cium echan"
'Ah, iya. Ini little devil Haechan!' Batin Jaemin karena melihat tanduk merah di kepala Haechan. Itu tanda little devil sedang marah.
@pinkcerries
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVIL || HAECHAN X 00L
Random"Mau bermain dengan kami? Kau terlihat seperti bocah kecil yang bodoh. Hahaha!" !Slow Up Start : 14 - O7 - 2O22 End :