"Buat apa gue sibuk nulis sastra di atas kertas dengan menceritakan kisah orang lain, kalau ternyata kisah hidup gue sendiri pun jauh lebih menarik simpati. Ya meski terkadang banyak redupnya daripada terang."
🕊🕊🕊
Tok tok tok.
Ketukan pintu berbahan kayu itu tak segera mendapatkan jawaban dari sang pemilik rumah. Ibra berdiri dengan gelisah di depan pintu rumah Elea. Rasa khawatir memuncak begitu tak mendapatkan jawaban sama sekali. Dengan sedikit lancang, Ibra bergerak untuk membuka pintu dan ternyata pintu itu tidak dikunci.
"Asu! Dari tadi aja gue buka babi!!" Geram Ibra tertahan.
"Elea!!"
Ibra melangkahkan kakinya menuju ke lantai 2 tepatnya di kamar Elea. Lagi dan lagi Ibra mencoba untuk membuka pintu kamar tersebut dan ternyata benar, pintunya tidak di kunci.
Bagai tersambar petir di siang hari, sungguh pemandangan di depan sana mampu membuat Ibra merasa lemas seketika. Melihat Elea tengah memejamkan matanya dengan posisi kepala bersandar pada meja berhasil memporak porandakan pikiran positif Ibra.
Dengan perlahan Ibra mulai melangkahkan kakinya menuju gadis tersebut.
"Le," Panggilnya lirih.
"Elea." Panggilnya sekali lagi dengan lumayan keras tapi tetap saja tidak mendapatkan jawaban.
Tak sabar dengan reaksi Elea, Ibra lantas mengguncangkan bahu Elea. Begitu tidak mendapatkan jawaban, tanpa berfikir dua kali spontan Ibra bergegas untuk Elea mengangkat Elea dan membawanya menuju ke rumah sakit.
"Elea," lirih Gardan pilu begitu melihat wajah pucat Elea yang sedang berada di dalam gendongannya.
Satu persatu dengan pasti kaki itu mulai menuruni anak tangga untuk menuju ke halaman tempat mobilnya berada. Perasaan kacau dan takut amat sangat mendominasi perasaan Ibra saat ini.
Lagi dan lagi di depan sana ternyata sudah ada Gardan sang pelaku utama yang mampu membuat emosi Ibra semakin tidak terkendali. Etahlah apa yang ada di dalam fikiran Ibra, yang pasti setelah bertemu Gardan di depan pintu rumah Elea perasaan nya mulai tambah tak karuan. Benci, marah dan muak menjadi satu.
"Minggir!" Sentak Ibra kepada Gardan.
Gardan yang melihat wajah pucat pasi Elea pun lantas mencegat pergerakan Ibra.
"Elea hey," panggil Gardan lirih sambil menyentuh pipi mulus Elea.
"Jauhin tangan Lo."
"Ibra, Elea kenapa??"
"Buta mata Lo?!" Jawab Ibra tajam.
Dengan rasa panik yang membuncah Gardan lantas berusa mengambil alih tubuh Elea, namun sebelum itu Ibra sudah lebih dulu mengucapkan hal yang mampu membuat Gardan mati kutu.
"Don't touch her. Jangan sampe Elea tambah sakit gara gara mulut tai Lo. Dan inget, urusan kita belum selesai."
"Ibra!!" Panggil Gardan dengan keras namun tak dihiraukan oleh Ibra.
📜📜📜
Antara fokus dan nyawa menjadi boomerang tersendiri bagi Gardan maupun Ibra. Keduanya berada di mobil masing masing dengan rasa yang sama. Mereka takut, Elea bukan sosok yang kuat.
Elea hanya menjadi seseorang yang terlihat sok kuat namun nyatanya rapuh begitu mendominasi di dalam jiwanya.
"Elea ... I don't know what happened to you, but I'm worried Lee," lirih Gardan dengan perasaan yang cukup kacau di dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
About ME & YOU
Teen Fiction🚨 WARNING!!✨ + BNYK BAHASA KASAR🍉 + BAHASA NON BAKU 🍒 + NGURAS AIR MATA🥑 + BIKIN BANJIR GAK BERHENTI BERHENTI 🍑 "Gue Elea Wicaksono, si gadis yang selalu nyalahin takdir atas ketidak adilan scane dalam sebuah rekayasa hidup. Tapi gue sadar kala...