Identitas Sang Gadis Misterius CH.1

201 15 1
                                    


Chapter I

"Bagaimana dengan laporan dari daerah barat, Thailand?" Pria berusia 36 tahun itu bertanya kepada laki-laki di depannya.

"Semuanya telah tuntas, ayah. Hanya saja, beberapa informasi yang sempat ku dengar dari rakyat yang dirajah oleh penjahat selama perjalanan mengatakan kalau mereka ditolong oleh gadis misterius. Ada banyak saksi yang mengatakan kalau mereka juga dibantu oleh gadis misterius itu. Namun, tidak ada yang tau siapa gadis yang dimaksud itu. Karena ia menggunakan pakaian yang tertutup." Jelas Thailand.

Sang ayah memangut mengerti. Ia meraih cangkir berisikan kopi dan diseruput nya. Ia nampak berpikir, sebaiknya ia mengirim mata-mata untuk menyelidiki diam-diam.

Thailand keluar dari ruangan setelah diberi izin oleh ayahnya untuk istirahat. Diluar, ia terdiam mencoba melupakan tentang gadis misterius itu.

Langkah kaki terdengar di lorong itu.

Tampak dua pemuda dan satu perempuan tengah berjalan mendekati Thailand.

"Oh, kau sudah pulang? Bagaimana hasilnya?" Tanya salah atau pemuda

"Ya, aku baru saja sampai. Semuanya tuntas, tidak ada yang menghambat sama sekali." Jawab Thailand

"Kau sendiri bagaimana, Myanmar?" Lanjutnya

"Yeah, semua lumayan lancar. Tapi, ada satu yang membuatku tidak bisa berhenti berfikir." Ucapan Myanmar terhenti

"Apa itu?" Tanya Thailand penasaran.

Perempuan itu menjawab.

"Saat kami hendak perjalanan pulang, kami dihadang oleh monster tingkat S, tidak mungkin jauh lebih kuat dari tingkat S. Kami kewalahan melawan monster itu, tapi entah datang darimana seseorang berpakaian serba hitam tiba-tiba menebas monster itu dalam hitungan detik saja! Gila! Itu benar-benar luar biasa! Kami saja kesusahan melumpuhkan monster itu, ia dalam sekejap mata dengan mudah menumbangkan monster itu. Luar biasa, kan?! Tapi, aku seperti mengenal postur tubuhnya." Jelas perempuan itu dengan mata berbinar-binar.

"Laos, kalau menjelaskan itu yang rinci." Pemuda disebelahnya itu mendengus kesal.

"Apa hah? Terserah ku, Kamboja." Laos memonyongkan bibirnya

Thailand yang melihat pertengkaran itu segera menengahi.

"Hei, sudahlah. Sebaiknya kalian kembali ke kamar. Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan." Ucap Thailand.

Ketiga remaja itu pun kembali ke kamarnya yang tidak jauh dari ruangan tadi.

Thailand kembali diam, perkataan Laos di akhir membuatnya berfikir kembali. Padahal baru saja ingin melupakannya.

"Haish, aku tidak ingin berurusan dengan sesuatu yang merepotkan!" Gumam Thailand.

Ia pun juga pergi dari tempat itu ke kamarnya..

Sementara itu, di tempat lain.

"Tidak akan ku biarkan kalian memasuki wilayah ku. Wahai kalian para pengkhianat!" Orang itu bergumam dengan menggenggam pedangnya.

"Tidak akan ku biarkan kubu yang sedang kau kendalikan memasuki wilayah ini! Aku bersumpah, meski nyawaku taruhannya!." Lanjutnya

Setelah itu, petir menggelegar seakan mendengar sumpahnya. Hujan pun turun dengan lebat, membasahi wilayah itu.

....

"Nona, waktunya makan malam!" Seru seorang pelayan membawa makanan di nampan.

Gadis dengan gaun tidur putih itu membuka pintu, ia mengusap-usap wajahnya yang masih dalam keadaan rasa kantuk. Ya, dia baru saja bangun tidur.

Manik hijau zamrud, rambut merah sebahu dengan sedikit gadrasi putih di kiri. Kulit putih seperti salju dan tentunya tubuh ideal.

Gadis itu menatap datar kearah pelayan itu. Beberapa saat kemudian, ia menutup kembali pintu tersebut. Yang artinya ia menolak untuk makan malam.

"Sudahlah, Noella. Bawa saja kembali makanan itu, aku tidak selera." Gadis itu berucap

"... Huft, sampai kapan anda akan mengurung diri?! Ini sudah 2 minggu dan anda sama sekali belum makan apapun!"

"Perlukah aku mengulang perkataan ku?" Tanya gadis itu dengan nada dingin

"...Baiklah, maafkan saya."

Pelayan bernama Noella itu pergi membawa nampan berisi makan malam gadis itu ke dapur.

Di dalam kamar.

Gadis itu meraih buku ensiklopedia dan membacanya kembali. Ia membuka halaman xxx, bab yang menceritakan tentang kisah-kisah terdahulu yang konon katanya memiliki kekuatan magis terkuat.

"Huh, semua ini palsu!" Gumam gadis itu menutup buku itu dengan bosan.

Hujan turun dengan deras. Petir juga bergemuruh, angin malam yang dingin diiringi dengan badai hujan.

"Apa yang mereka lakukan sekarang?"





Di tempat lain.

"Bagaimana? Apa dia akan turun?" Tanya Thailand.

"Maafkan saya, tuan muda... Nona sama sekali tidak ingin makan malam...sepertinya nona masih marah." Noella menunduk

"Sudahlah, besok dia akan keluar dengan sendirinya." Sang ayah berucap

"Saya mohon pamit." Ucap Noella

Pria itu mengizinkan.

"Menurut ayah, apa dia benar-benar marah?" Tanya Thailand

"Entahlah, hanya saja kalian jangan mengganggunya dulu." Ucap sang ayah

Mereka semua mengangguk dan melanjutkan makan malam tanpa gadis itu lagi..


Seusai mereka makan malam, sang ayah memanggil 5 anaknya untuk ke ruang kerjanya. Mereka adalah Thailand, Myanmar, Laos, Singapura dan Vietnam.

"Ada apa, ayah?" Tanya Singapura

"Ayah ingin mengutus kalian untuk menyelidiki sosok misterius yang rakyat maksud. Kalau kalian bertemu dengannya, ajaklah negosiasi untuk datang ke mansion ini."

"Tetapi ayah, sangat sulit untuk menemukan orang itu. Ia hanya akan muncul jika ada kekacauan." Vietnam menanggapi perkataan ayahnya.

"Itulah yang aku inginkan, Vietnam. Kalian sebisa mungkin buat kekacauan atau sengaja menyerang monster untuk memancing orang itu."

"Bukankah, itu memiliki resiko..." Gumam Laos

"Ayah mengerti apa yang kalian khawatirkan, karena itu. Pakailah cincin ini, ini bisa melindungi kalian dari serangan vatal. Ini hanya bisa digunakan 3 kali. Setelahnya, itu tidak berpengaruh."

Penjelasan pria itu membuat kelima remaja tersebut diam. Thailand menyetujui rencana ini, ia sudah terlanjur penasaran dengan sosok orang yang dianggap hebat itu. Sehebat dan sekeren apa sih orang itu sampai-sampai disegani?

Melihat salah satu saudara mereka setuju, Singapura juga setuju. Kemudian disusul Myanmar, Laos dan terakhir Vietnam.

Di kamar Thailand

"Apa kakak yakin?" Singapura bertanya di ambang pintu.

"Ya, rasa penasaran ku lebih besar, Singa. Aku tidak bisa berdiam diri setelah semua ini. Sehebat apa dia sampai-sampai rakyat memujinya?" Ada sedikit nada kesal di ucapan Thailand.

Singapura yang melihat itu hanya menghela nafas, lalu berjalan mendekat kearah kakaknya.

"Sudahlah, besok kita harus menyusun rencana. Untuk memancing orang itu." Singapura tersenyum simpul lalu menepuk pundak kakaknya

"Cuaca masih dingin, sebaiknya kakak menyalakan perapian kalau tidak ingin sakit. Kan, bahaya kalau kakak tidak ikut bisa-bisa kakak tidak akan bertemu dengan orang yang berhasil membuatmu penasaran!" Ucap Singapura diiringi tawa

Thailand berdecak kesal. Ia melambaikan tangannya dan seketika api muncul dan membakar tumpukan kayu di perapian.

To be Continued

Identitas Sang Gadis Misterius Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang