Bab 7. Dunia Lain

73 5 0
                                    

Part 7
Dunia lain

Pencarian pun dimulai. Sebagian warga berada di rumah Ican untuk mendoakan agar pak Hasan selamat dari makhluk yang mengincarnya.

Awalnya, Arnof tidak bersedia ikut dalam pencarian itu. Tetapi, setelah Saidah memaksanya dan mengatakan kalau Arnof 'lah penyebab hilangnya pak Hasan.

"Bang Arnof harus ikut dalam pencarian Abah, karena abanglah yang menyebabkan Abah hilang!" ketus Saidah dengan penuh emosi.

Arnof termenung dengan perkataan Saidah dan merasa  bersalah. Akhirnya Arnof ikut dalam pencarian pak Hasan menyusuri sungai tempat di mana mereka memancing.

Pencarian pak Hasan sama persis dengan pencarian terhadap Upik, menabuhkan ke beberapa alat dapur seperti panci dan wajan.

Arnof yang baru pertama kali ikutan dalam pencarian itu merasa lucu dengan cara warga. Dia ingin tertawa, tetapi ditahan karena tidak ingin menyinggung warga setempat.

"Pak Hasan!"

"Pak Hasan!"

"Pak Hasan!"

Warga memanggil nama pak Hasan secara bergantian. Mereka juga berpencar dalam pencarian itu. Arnof ikut bersama pak RT dan dua warga lainnya.

Semua warga sudah menyusuri sungai yang biasanya tempat memancing. Tetapi, pak Hasan belum juga diketemukan.

Sementara itu, pak Hasan yang sedang duduk di bawah pohon kemunting sempat melihat Ican melintas di depannya. Pak Hasan segera mengejar dan memanggil nama Ican, tapi Ican terus berjalan tanpa memedulikan panggilan pak Hasan.

Dalam sekejap, pak Hasan sudah kehilangan jejak Ican.

"Ke mana tuh anak? Kok jalannya cepat banget. Apa tidak mendengar panggilanku?"

Pak Hasan ngos-ngosan mengejar Ican, tetapi tidak berhasil.

"Ke mana lagi jalan menuju pulang!"

Pak Hasan putus asa mencari jalan untuk pulang. Pak Hasan pun kembali ke tempat semula, tempat di mana dia lama menunggu Ican dan Arnof.

Namun, pohon kemunting tempat pak Hasan beristirahat sudah tidak ada. Pak Hasan kini terjebak di dalam hutan. Walau harinya masih siang, tetapi cahaya matahari tidak tembus ke dalam hutan karena terhalang oleh pepohonan yang besar.

Pak Hasan mendengar namanya dipanggil. Gegas dia mencari asal suara tersebut dan menemukan rombongan warga dengan membawa obor. Dalam rombongan itu, pak Hasan juga melihat Ican dan Arnof.

"Can ... Arnof ... Abah di sini!" Pak Hasan berteriak memanggil mereka.

Namun, warga tidak mendengar teriakan pak Hasan. Pak Hasan mengejar warga agar bisa kembali ke rumah dan berhasil menyusul salah satu warga yang berada dipaling belakang.

"Akim ...!" Pak Hasan menepuk pundak yang bernama Akim itu.

Di saat Akim menolehkan wajahnya, pak Hasan terkejut dan melangkah mundur. Akim menatap pak Hasan dengan tatapan kosong dan wajah yang pucat pasi.

Melihat sosok itu membuat pak Hasan ketakutan dan berlari tanpa arah.

"Astaghfirullah! Astaghfirullah!" Pak Hasan tidak henti-hentinya beristighfar.

Berasa sudah lama berlari, pak Hasan akhirnya berhenti. Tubuh tuanya kelelahan setelah berlari jauh, napasnya pun sudah terasa sesak.

"Ya Allah, sebenarnya aku berada di mana?" gumam pak Hasan mulai ketakutan.

Lain halnya dengan para warga yang mencari pak Hasan. Mereka juga kelelahan dalam pencarian dan akhirnya warga menghentikan pencarian karena hari sudah menunjukan pukul 11.30 wib.

MITOS (Awas, Nyawamu dalam bahaya!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang