Bab 10. Bayangan Hitam

53 5 0
                                    

Part 10
Bayangan Hitam

Karena warga sudah tidak tahan mencium bau busuk yang berasal dari luka pak Hasan, akhirnya pak Ustadz memutuskan untuk segera dimandikan dan proses lainnya.

Pak Hasan dimandikan di halaman samping rumahnya. Saat proses pemandian itu, Arnof tiba-tiba saja merasakan sesuatu yang janggal.

Di mata Arnof, pak Hasan seolah belum meninggal. Dia merasakan denyut nadi yang tiba-tiba berdetak. Memang, tidak seperti manusia normal lainnya yang berdetak setiap saat. Tetapi, Arnof merasa, tubuh itu masih hangat layaknya orang yang masih hidup.

"Pak Ustadz tidak merasa kalau Om Hasan masih hidup?" tanya Arnof berbisik pada Ustaz Riza.

"Bukankah Mantri Anwar mengatakan sudah meninggal!"

"Saya khawatir Ustaz kalau Om Hasan masih hidup dan rohnya sedang terperangkap di antara dua dunia," sahut Arnof lagi.

"Apakah pak Hasan menganut ilmu hitam atau pesugihan? Aku kira pak Hasan meninggal wajar saja, karena sejak hari itu dia kan terus sakit dan sampai sekarang ini," terang Ustaz Riza lagi.

Arnof pun terdiam. Mungkin saja perasaannya yang salah. Tidak mungkin seorang Ustadz tidak merasakan kejanggalan atas kematian seseorang.

Namun, perasaan itu terus dirasakan oleh Arnof. Arnof pun meninggalkan tempat di mana jasad pak Hasan dimandikan.

Arnof mencari keberadaan Yayan yang ternyata sedang bersama Aldi dan yang lainnya di halaman depan. Arnof menarik Yayan menjauhi kerumunan warga yang sedang takziah.

"Yan, ikut aku!"

"Ke mana, Bang?"

"Pokoknya ikut aja. Ada yang ingin aku tanyakan padamu."

Yayan pun mengikut ke mana Arnof membawanya.

"Yan, aku merasa ada yang janggal atas kematian Om Hasan. Saat ikut memandikan tadi, aku merasakan tubuhnya masih hangat dan terasa denyut dalam tubuhnya."

"Masa, sih, Bang?"

Iya, beneran. Dari wajahnya pun seperti menahan sesuatu beban atau apa gitu."

Arnof pun mengajak Yayan ke bilik pemandian jenazah. Yayan pun tercengang. Sepertinya, Yayan lebih peka daripada Ustaz Riza. Dia tampak terkejut dan melangkah mundur.

"Apa yang kau lihat?" tanya Arnof penasaran.

"Benar kata bang Arnof. Tetapi, bagaimana kita mengatakan pada warga?"

Belum sempat Arnof menjawab. Yayan menujuk lagi ke arah pohon kelapa sawit yang berada di belakang rumah.

"Bang, itu ...."

Arnof pun mengikuti arah yang ditunjuk Yayan. Sebuah bayangan hitam berdiri tepat di bawah pohon itu. Entah, ada keberanian dari mana, Arnof mengejar bayangan hitam tersebut yang kemudian disusul oleh Yayan.

Mereka mengejar sampai masuk ke perkebunan karet belakang rumah. Arnof tidak peduli, apakah bayangan hitam itu makhluk gaib atau manusia yang menyamar. Sejak perasaan bersalah itu ada, Arnof sangat menjaga keluarga pak Hasan.

Sementara itu di rumah, jasad pak Hasan sudah selesai dimandikan. Lalu lanjut untuk dikafani dan di sholatkan. Saat sedang menunggu warga lain untuk menyalati jenazah pak Hasan, tiba-tiba dua ekor kucing hitam berlarian masuk ke dalam rumah dan melompati jasad itu.

Sontak warga terkejut, apalagi setelah melihat jenazah pak Hasan bangkit. Mereka yang ketakutan segera berlari keluar rumah.

"Mayat pak Hasan bangkit!" teriak warga.

Semua warga terkejut. Mereka yang berada di luar bergegas masuk ingin melihat kebenarannya.

Namun, belum sempat mereka masuk, terjadi lagi kehebohan di dalam rumah. Ternyata benar, jenazah pak Hasan bangkit kembali. Tali pengikat tubuhnya terlepas. Pak Hasan pun merangkak di plafon rumah.

"Dengar! Tubuh ini adalah milikku. Jangan pernah kalian coba untuk mengambilnya!" geram sosok yang mengambil jasad pak Hasan.

Warga ketakutan. Mereka pun menghubungkan hari meninggalnya pak Hasan, yang mana di percaya kalau meninggal hari Selasa merupakan hari sial atau bisa dikatakan hari yang mengundang iblis.

Sementara Arnof dan Yayan yang sempat mengejar bayangan hitam tadi, kini kehilangan jejak setelah mereka memasuki perkebunan karet.

"Oh, shit! Kemana batangan hitam itu pergi!" Arnof kesal karena tidak berhasil mengejarnya.

"Bang, ayo kita pulang! Aku punya firasat lain tentang mang Hasan." Yayan memperingati Arnof.

Seketika itu juga Arnof tersadar dan berlari pulang ke rumah, disusul oleh Yayan.

Sesampai di rumah, Arnof bergegas masuk dan mendapati kalau jasad pak Hasan berada di plafon rumah.

"Yan, kita terlambat!" Arnof mencoba untuk mengejar jasad pak Hasan yang sudah dipakai makhluk lain.

Roh jahat itu pergi dengan membawa jasad pak Hasan. Arnof dan Yayan terus mengejarnya.

"Yan, ada apa ini sebenarnya?" tanya ustaz Riza tidak mengerti apa yang terjadi.

"Jasad pak Hasan dibawa makhluk gaib pak Ustaz, sedangkan rohnya juga di tawan oleh mereka. Kami mencoba menangkap, barangkali pak Hasan masih bisa diselamatkan," terang Yayan pada ustaz Riza yang didengar oleh semua warga.

Warga pun ikut mengejar jasad pak Hasan. Berharap apa yang dikatakan Yayan bisa menjadi kenyataan.

Sedangkan acil Nurul dan Saidah menangis sesenggukan karena sedih melihat nasib yang menimpa pak Hasan.

Selain itu, Ican yang mendengar kabar tersebut ikut juga mengejar jasad abahnya yang telah dirasuki oleh makhluk gaib.

Warga yang mengejar pak Hasan akhirnya sampai di depan hutan, yang mana di tempat itulah Upik menghilang disembunyikan makhluk halus.

Tanpa terasa, ternyata hari sudah menjelang senja. Warga berhenti di depan hutan, mereka urung untuk masuk ke dalam hutan tersebut.

"Bagaimana ini?" tanya salah satu warga.

"Saya akan tetap masuk mencari om Hasan," sahut Arnof.

"Jangan dulu, Bang, sebaiknya kita pulang saja. Karena, biasanya pada malam hari makhluk gaib itu kekuatannya dua kali lipat dibanding saat siang hari," ujar Yayan.

"Kalau begitu, besok pagi kita langsung mencari pak Hasan. Bagi yang bekerja, silakan kalian kerja dulu." titah pak RT pada warganya.

"Hari ini setelah shalat Maghrib, kita mampir ke rumah Acil Nurul dulu. Kita doakan untuk pak Hasan agar besok kita bisa dimudahkan dalam pencariannya."

Warga pun serentak pulang untuk melaksanakan kewajiban mereka di Surau. Setelah selesai shalat Maghrib, warga berbondong-bondong ke rumah Acil Nurul.

Acil Nurul bingung harus menyuguhkan apa pada warga. Karena di rumahnya tidak tersedia apa pun.

Hanya ada beberapa tandan pisang yang dipetik dari pohon di samping rumahnya.

Acil Jannah--ibunya Upik-- menyarankan membuat LEMPENG pisang untuk suguhan buat warga yang datang ke rumah, mendoakan pak Hasan.

"Rul, itukan ada pisang, kita bikin LEMPENG aja buat warga yang datang."

"Terserah aja mamanya Upik. Aku gak bisa berpikir lagi."

Acil Jannah memaklumi kondisi Acil Nurul saat ini. Dia pun meminta bantuan beberapa ibu-ibu yang ada di dapur.

Warga pun berdatangan. Lalu membacakan doa untuk keselamatan jiwa pak Hasan, agar makhluk gaib tidak melakukan hal buruk pada jiwa itu. Setelah selesai, lempeng pisang pun disuguhkan.

Saat akan menikmati suguhan itu, tiba-tiba sebuah bayangan hitam berkelebat di depan rumah. Arnof yang melihat langsung mengejar bayangan tersebut.

"Arnof, jangan kejar bayangan itu!" teriak ustaz Riza dan Yayan.

Terlambat, Arnof sudah berlari mengejarnya.

.

___________________________

MITOS (Awas, Nyawamu dalam bahaya!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang