|くコ:彡|
Laki-laki muda sekitar umur belasan dengan kacamata bertengger di hidungnya menunduk melihat sepatunya sendiri.
"Renjun, sudah berapa kali ku bilang untuk lebih belajar agar nilaimu tidak jelek. Jika terus begini bisa-bisa kau tidak akan naik kelas." ucap seorang wanita yang masih sangat cantik memijat dahinya yang mungkin terasa pusing.
Anak-anak lain yang berada di dalam kelas memicing tidak suka. "Bodoh tetap saja bodoh. Soal mudah seperti itu saja tidak bisa mengerjakan." ejek perempuan yang duduk paling depan.
"Karina!" tegur wanita yang berprofesi guru tersebut.
Karina mendengus kesal sebab yang dia ucapkan memang fakta, laki-laki cupu itu membuatnya muak. Kebodohannya membuat orang lain kesal.
Yoona selaku wali kelas guru menghela nafas panjang. "Kembali duduk, akan ku pikirkan nanti dirimu." ucapnya.
Kegiatan belajar dan mengajar berlanjut. renjun duduk kembali pada tempatnya, otaknya berusaha keras untuk menyerap apa yang di ajarkan Yoona namun rasanya malah otaknya saat ini ingin meledak karena tidak juga bisa memahami.
Renjun tidak mengerti mengapa ia terlahir bodoh? Apa karena gen dari ayahnya yang seorang pemabuk atau ibunya yang berprofesi sebagai pelacur? Sudah bodoh miskin pula.
Double sial, itu yang ia ucapkan setiap waktu.
Belum lagi penglihatannya yang tidak normal akibat insiden pembullyan minggu lalu, untungnya tidak terlalu fatal yang bisa mengakibatkan matanya buta.
Miris, itulah kehidupan seorang Huang Renjun.
Hingga jam pelajaran berakhir dan waktunya anak-anak sekolah untuk pulang kerumah dan beristirahat, renjun tetap diam di kursinya.
Tidak ada yang menyapanya hanya berbasa-basi 'kenapa diam, tidak pulang?' atau 'ayo pulang bersama'.
Hahaha, jangan berharap renjun di sekolah ini satupun tidak ada teman apalagi yang peduli padanya.
Siapa juga yang ingin dekat-dekat berteman dengannya sedangkan dirinya saja terlihat seperti gembel dan jelek juga bau mungkin?
"Seperti biasa, pulang ketika sekolah sudah mulai sepi." gumamnya dengan telaten membenahi peralatan belajarnya yang berserakan di atas meja.
Membuka pintu kelas pelan mengintip sebentar keluar apa ada banyak orang?
Hasil yang ia dapat sesuai keinginan. Disekitarnya sangat sepi mungkin hanya ada dirinya saja yang berada di lantai 3 saat ini.
Senyum kecil mampir pada bilah bibirnya, langkah kakinya ia buat lambat. Tidak ada rasa takut sedikitpun ketika melewati setiap lorong yang terasa horor karena jam hampir mendekati malam.
"Ugh, apa ayah ada di rumah hari ini?" tanyanya pada diri sendiri.
"Aku tidak ingin menjadi samsak tinju," lirihnya.
"Dan, apa ibu membawa seorang laki-laki lagi di dalam rumah? aku muak mendengar suara laknat itu."
"Setiap hari aku mengeluh padanya untuk berhenti bekerja yang menjijikkan seperti itu, tapi ibu selalu berkata kasar dan berakhir kena tampar."
"Aku ingin berhenti sekolah –"
Langkah renjun terhenti saat telinganya mendengar umpatan-umpatan kotor tak jauh dari dirinya berada.
"Masih ada orang disini?"
Rasa penasarannya tinggi langkah kakinya membawa dirinya pada ruangan laboratorium yang tak terpakai.
Pintunya terbuka sedikit.
Mengintip sedikit dan, fuck!
Didalam sana terdapat dua orang saling meninju satu sama lain hingga di dalam ruangan tersebut sangat berantakan.
Renjun hanya berdiam diri menyaksikan semuanya hingga jantungnya terasa berhenti berdetak saat bola matanya melihat dengan jelas bagaimana satu orang disana duduk di atasnya menusuk benda tajam itu pada mata orang yang di bawah berkali-kali.
Darah muncrat berserakan kelantai serta teriakan kesakitan menggema di dalam ruangan.
"Mati mati mati!"
くコ:彡
Tes ombak? Ada peminatnya gak?
TBC
21062023
KAMU SEDANG MEMBACA
Jaemren; Drop Inside
FanfictionDisini renjun hanyalah saksi kekejaman seorang psikopat yang menghabisi korbannya secara sadis di dalam ruangan tak terpakai. Tapi mengapa renjun yang di salahkan? start- 21062023 ©alle