15. Comeback Home

3.1K 453 78
                                    

Aninditha menghela napas sesak saat mendengar serentetan kata yang baru saja Shani ucapkan. Semua penjelasan yang istrinya beri tanpa jeda membuat dirinya bertanya-tanya. Bagaimana bisa ia berada dalam masalah ini? Selama ia hidup, Anin yakin bahwa dirinya tak pernah menyakiti seseorang. Lalu ... mengapa dirinya harus menanggung semua balasan yang begitu menyakitkan?

Derai air mata yang membasahi kedua pipinya masih setia berjatuhan, semakin banyak dan tak bisa untuk ditahan. Mengetahui fakta bahwa di sini, ia bukanlah satu-satunya perempuan yang Shani miliki cukup membuat hatinya hancur.

Sehancur-hancurnya.

Dan apa yang lebih menyakitkan selain mengetahui bahwa ia bukanlah perempuan yang pertama? Melainkan ... yang kedua.

Aninditha pernah meminta harapan-harapan kecil pada semesta. Salah satunya, ia berharap bahwa kelak dirinya bisa mendapatkan pasangan hidup yang baik, bertanggung jawab, penyabar, dan pengertian. Anin tak mengira bahwa dirinya akan mendapatkan semua itu dari Shani, perempuan yang dijodohkan oleh ayahnya sendiri. Ya, Anin bersyukur untuk hal tersebut. Tapi, kenapa harus perempuan yang juga merupakan istri dari sahabatnya sendiri?

Aninditha tak pernah berniat untuk merebut Shani dari Gracia, sebelumnya. Ia bahkan tak tahu bahwa selama ini, dirinya hidup sebagai bayang-bayang orang ketiga di antara keduanya. Di sini, ia adalah korban. Tak seharusnya dirinya merasa bersalah, bukan?

Dan setelah semua hal yang terjadi, siapa yang harus disalahkan di sini?

Apakah Shani yang tak berdaya?

Atau Bimo yang telah menipu dan memaksanya?

Seseorang, tolong segera beri tahu Aninditha.

Sedang Shani, perempuan itu masih berdiri di tempat sebelumnya. Memandang Aninditha dengan sesal, juga perasaan bersalah yang semakin membesar.

Shani tahu bahwa hari ini pasti akan terjadi. Namun, ia tak pernah mengira bahwa rasa sakitnya akan seperti ini. Mendengar tangisan perih Aninditha membuat dirinya semakin yakin bahwa ia adalah manusia paling jahat di hidup Anin. Ketidakmampuan dirinya untuk menolak membuat dirinya tak diberi pilihan lain. Dan ia menyesal karena telah membiarkan perempuan tersebut harus terlibat dalam masalahnya. Meskipun sebenarnya, bukan keinginan dirinya.

"Aku minta maaf, Nin..." Shani tahu bahwa kata maafnya tak akan berarti apa-apa untuk semua luka yang telah ia beri. Akan tetapi, ia akan terus mencoba sampai Anin mau mengampuni.

Walaupun pada akhirnya, bukan penerimaan dan penolakan yang ia dapat. Melainkan tangis Aninditha yang kembali terisak dengan hebat.

Bolehkah Shani memberi tahu, bahwa tangisan Anin adalah sesuatu yang tak ia sukai? Selain tangisan Gracia, istri pertamanya tentunya. Alasannya sederhana; mendengar tangisan Shania Gracia dan Aninditha benar-benar bisa menyakiti hatinya.

Aninditha mengangkat wajahnya yang masih basah, memberanikan diri untuk menatap Shani yang masih setia berdiri di hadapannya. Pandang keduanya kemudian bertemu, dengan tatap yang berbeda. Anin dengan tatap resahnya, dan Shani dengan tatap bersalahnya. Jelas bersinggungan dengan alasan yang tak bisa diungkapkan.

"Shani?"

"Ya?"

"Kalo aku suruh kamu pilih antara aku sama Gracia, siapa yang ... bakal kamu pilih?" tanya Aninditha. Sebentar, ia masih ingin mencoba. Meskipun apa pun jawaban Shani nanti, ia harus bisa untuk menerima rasa sakitnya.

Perempuan berlesung pipi itu menghela napas berat. Bagaimana bisa ia memberi tahu Anin tentang jawabannya? Apa yang akan ia katakan, jelas akan menyakiti Aninditha, lagi. Shani tak ingin menjawabnya, tapi ... "Kamu tau siapa yang bakal aku pilih, Nin.." lirihnya.

Triangolo [GreShaNin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang