Pemandangan dari kafe lobi cukup memberitahu Wonpil bahwa musim dingin sudah tiba. Orang-orang tampak berlalu-lalang menggunakan puffer jacket demi menjaga suhu tubuh.
Hari ini pula Wonpil mengenakan turtle neck hitam yang cukup tebal, ditambah dengan jas dokter sudah cukup membuat badannya tetap hangat.
Mata Wonpil bergerak mengikuti daftar menu pilihannya.
"Tolong satu hot chocolate dan teh earl grey."
Selagi menunggu pesanannya dibuat, Wonpil menjelajahkan matanya ke seisi kafe. Seperti biasa, keadaan kafe lobi selalu ramai. Banyak sekali pekerja medis maupun keluarga pasien yang duduk menempati jejeran kursi kafe. Di tengah hiruk pikuk kafe, matanya menangkap seseorang duduk kesepian di meja panjang yang menghadap ke luar. Dari punggungnya saja Wonpil sudah bisa menebak siapa dia.
Wonpil berjalan pelan ke arah pria yang ia kenali sebagai si dokter bedah umum. Ia duduk di kursi kosong persis sebelah Brian. Bunyi decitan kursi tampak tidak menganggu renungan pagi Brian. Pria itu masih menatap diam keluar jendela.
"Hyung."
Panggilan Wonpil berhasil menarik perhatiannya. Brian sempat menoleh padanya kemudian fokus lagi pada luar jendela.
Tingkah Brian membuat Wonpil mengerutkan alisnya bingung. Tidak pernah—dalam sejarah pertemanan mereka—pria itu berubah sediam sekarang.
"Aku mau ke ruangan Sungjin hyung, mau ikut tidak? Dia sedang flu."
Brian tidak bersuara, hanya menggelengkan kepalanya.
"Mau makan tidak? Aku traktir ayam."
Wonpil memancingnya. Brian—dan Sungjin—adalah pemakan segalanya. Tidak mungkin pemakan segalanya menolak dibelikan makanan.
Pertanyaannya lagi-lagi dijawab dengan gelengan kepala. Brian bahkan tidak bersusah payah untuk sekedar menatap ke arahnya. Mata pria itu seperti melekat pada pemandangan di luar jendela. Menatap entah ke mana.
Wonpil menduga sesuatu. Pasti ada hubungannya dengan Minyoung. Tatapan kosong yang mengarah ke jendela seperti memberitahu Wonpil secara tidak langsung bahwa hubungan Brian dengan sang kekasih sedang tidak berjalan baik. Tampaknya Minyoung sudah memberitahu apa yang terjadi.
Melihat Brian yang tak kunjung bergerak dari tempatnya membuat Wonpil memutuskan untuk pergi saja. Untuk sekarang, meninggalkan pria itu sendiri adalah pilihan yang terbaik. Kakinya melangkah ke ruangan pemilik teh earl grey berada.
Pemandangan pertama yang Wonpil lihat begitu memasuki ruangan Sungjin adalah keberadaan pria itu di depan komputernya. Manusia macam apa yang rela bekerja di saat kondisi tubuhnya jauh dari kata sehat?
"Hyung apa yang kau lakukan?"
Wonpil menutup pintu dan berjalan masuk.
"Kerja," katanya kemudian terdengar suara batuk.
Wonpil mendesah. Dari awal memang tak ada gunanya khawatir pada orang yang bahkan tidak peduli dengan kesehatannya sendiri.
Teh pesanan ditaruh tepat di samping komputer. Cup transparan memperlihatkan warna teh yang gelap berhasil menggugah selera Sungjin untuk segera membasahi tenggorokannya.
"Terlalu manis. Kau tidak bilang less sugar ya?"
Wonpil menggeleng. Dari awal pria itu titip teh pun tidak ada kata-kata tentang pengurangan gula.
"Lain kali less sugar."
Sungjin menyesapnya sambil mengerutkan kening, terlalu manis bagi lidahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Days Gone By (END)
Fanfiction[Medical - Romance] Hari-hari yang terus berlalu tidak akan memberitahu ke mana hidup dan hati ini berlabuh. Semua adalah rahasia, dan rahasia hanya akan terbuka jika hari sudah berlalu. Days Gone By; kelima dokter yang tidak tahu bagaimana kehidup...