04

11.4K 1.2K 72
                                    

Kejadian di kantin masih membekas, terutama itu menjadi perbincangan hangat seantero sekolahan. Semua orang menganggap kalau Haechan, si omega berisik itu berani sekali mendekati Mark Lee.

Si alpha dominan yang menakutkan.

Sebenarnya bukan menakutkan yang menyeramkan namun lebih kepada dingin, dan enggan bercengkrama dengan orang lain. Tapi tentu imagenya sudah bertambah banyak sekali.

Semua orang membicaraknnya. Saat Haechan melangkah di koridor dia menjadi pusat perhatian. Namun hanya Felix, teman sekamarnya yang merasa karena Haechan justru tidak merasakan demikian.

Dia malah asik sekali dengan buku bacaan yang tadi saat jam kosong dia pinjam dari perpustakaan.

Haechan sesekali terkikik geli, dan Felix harus menuntunnya dengan benar agar Haechan tidak menabrak sesuatu atau kelebihan jalan.

Posisinya mereka akan pulang ke asrama, ke kamar mereka yang terletak di blok paling ujung. Dan tentu itu harus melewati beberapa kamar yang lain. Jelas itu menjadikan mereka pusat perhatian terutama Haechan.

Felix menghela napas sesekali, dia meringis dan menunduk malu. Padahal nyatanya dia sama sekali tidak berbuat apapun.

"Felix, kau tau, katanya kalau alpha dominan itu hanya mencintai satu orang seumur hidupnya."

Felix menoleh, matanya bergulir menatap judul buku yang tengah Haechan pegang, lalu menatap Haechan malas.

"Kau mau menyimpulkan dari buku romansa yang kau baca?"

Haechan cengengesan, "ih, kan emang biasanya kalau cerita romansa benar adanya."

"Itu hanya khayalan si penulis, apanya yang benar. Dan lagi, sejak kapan alpha bisa tahan hanya dengan satu omega? Jika si omega mati maka dia akan mencari yang baru, berbeda dengan takdir omega."

Haechan diam, dia menatap Felix lalu menunduk lagi membaca buku.

"Karena mungkin omega harus percaya pada satu cinta, sedang alpha harus meneruskan keturunan."

"Alasan basi, alpha kakek-kakek saja bisa menikah lagi, apanya yang meneruskan keturunan."

Haechan tertawa, menepuk lengan Felix dengan buku. Tak sengaja matanya menatap Mark yang baru keluar dari kamarnya. Si alpha itu langsung menghentikan gerakannya dan menatap Haechan waspada.

Haechan sendiri sudah tersenyum lebar, dia melambaikan tangan dengan ceria.

Felix lagi-lagi mendengus, omega yang belum heat memang tidak peka terhadap situasi. Mark yang waspada dan ingin kabur justru membuat Haechan senang dan berlari menghampirinya.

"Mark-ssi, kau mau kemana?"

"Hm."

Tapi Haechan malah tertawa, "oh, iya. Tenggorokanmu tidak sakit lagi? Kau langsung ke ruang kesehatan kan?"

Mark mengangguk kaku, mata tajamnya menatap Felix mengisyaratkan sesuatu.

Namun Felix hanya mengangkat bahunya acuh.

"Mark-ssi, mau kemana?"

Suara tanya Haechan terdengar lagi. Mark beralih menatap Haechan.

"Ke kamar." Jawabnya singkat.

"Oh? Bukan mau keluar kamar?"

"Tidak, aku akan ke kamar."

Setelahnya lelaki itu kembali ke dalam kamar dan menutup pintu lumayan kencang.

Haechan berkerut heran, sedang Felix kembali mengangkat bahunya.

"Yuk, kita ke kemar."

Haechan mengangguk, memilih mengikuti Felix memasuki kamar sambil terus menatap pintu kamar Mark dengan heran.

Si Alpha DominanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang