08

19K 1.3K 100
                                    

Hari ke empat, Haechan masih dalam efek heat namun tidak segila kemarin-kemarin. Sudah bisa ia kontrol sendiri tanpa harus merasa kepanasan.

Semakin hari Mark juga tidak bisa meninggalkan Haechan sendiri, terkadang alpha itu akan datang walau masih dalam sesi belajar mengajar.

"Bear, aku bawakan kau buah."

Haechan menoleh, dia baru saja selesai mandi dan memakai pakaian. Jangan harap ada pakainnya sendiri, karena Haechan selalu memakai kemeja panjang milik Mark sebab lelaki itu suka sekali dengan gayanya yang seperti itu.

"Bukankah Mark bilang ada ulangan matematika? Kenapa malah kesini?"

"Aku sudah menyelesaikannya lebih dulu, lalu mengambil jatah makan siangku. Ini, kau harus makan ini."

Haechan tersenyum, mengambil kresek buah yang Mark bawa lalu mengangguk.

"Mark sendiri sudah makan?"

Mark mengangguk, menatap Haechan dengan tatapan memuja, setelah heat empat hari yang lalu Mark seolah kehilangan jati dirinya dari si alpha dominan yang dingin.

Lelaki itu lebih ekspresif dan selalu tersenyum ketika berdua dengan Haechan.

"Kau wangi."

Haechan terkekeh kecil, membiarkan Mark mengendus sisi lehernya dan memeluknya dari belakang.

"Kan sudah mandi Mark."

Mark mengangguk, "kau sedang ingin lagi tidak?"

Haechan tersenyum, meletakan pear yang baru ia gigit satu kali lalu berbalik.

"Mark ingin?"

Lelaki dominan itu mengangguk tanpa berpikir.

"Boleh, asal jangan kasar, ya."

Mark mengangguk lagi, dalam hari tidak janji. Karena selagi bermain Mark tentu saja merasa nikmat dengan tempo yang cepat dibanding yang lambat.

Kedua insan itu melumat satu sama lain, Haechan duduk dipangkuan Mark sambil mengangkang. Meremas kuat belakang surai Mark untuk melampiaskan rasa geli itu.

"Mmhh."

Mark mengabsen deretan giginya, menyesap bibir bawahnya hingga membuat ia memejam, lalu kembali berperang lidah.

"Angh."

Mark melepaskan lumatannya, lidahnya bergerak menjilati leher Haechan, hidung tajamnya mengendus aroma Haechan yang menguar kuat, sedikitnya bercampur dengan aromanya sendiri.

Mark melirik Haechan yang mendongak pasrah, lelaki itu tersenyum miring, terus menjilati leher menggoda itu hingga dimana dia mengeluarkan kedua taringnya dan mengigit kelenjar aroma milik Haechan.

"Arrghh."

Haechan berteriak kesakitan, matanya melotot penuh dengan napas yang tersendat. Kedua tangannya mencengkram bahu Mark dengan kuat.

Rasa panas dan sakit menjalar selama Mark mengigitnya. Seperti ditusuk oleh ratusan jarum namun berangsur hilang saat lidah Mark menjilati bekasnya.

"Kau milikku." Bisik Mark, lalu mencium dimana lambang mate mereka terikat.

Haechan tersenyum miring, dia mencengkram dengan kuat kepala belakang Mark hingga dominan itu mendongak kearahnya.

"Tidak Mark, bukan aku, tapi kau.." bisik Haechan.

Mark mengerjap heran, menatap Haechan dengan seksama. Aura omega ini berubah.

"Bear."

"Hm?"

Haechan membelai rahang Mark dengan perlahan, terus turun menggoda jakun yang naik turun hingga sampai ke tulang selangka.

Haechan membuka kancing seragam Mark satu persatu.

"Kau.."

Haechan beralih menatap menatap kedua mata Mark, lalu tersenyum miring sekali lagi.

"Kenapa Mark? Kau sepertinya kaget."

"Tunggu, ini—"

"Sst, jangan banyak tanya, aku selesaikan permainan kita, dan ahh, my lion, ini giliranku untuk memimpin."

Mark didorong hingga terbaring diatas kasur, Haechan menunduk, meletakkan kedua tangannya disisi telinga Mark untuk menopang tubuhnya.

"Sekarang, kau mau permainan apa?"

Mark mendengus geli, kedua tangannya menyangga kepala dengan gaya santai dan menatap Haechan dengan menantang.

"Sial, jadi maksudnya kau omega dominan?"

Haechan terkekeh, "Bukankah seharusnya kau tau sewaktu mencium aroma ku? Omega biasa tidak akan mengeluarkan aroma yang beragam, bukan begitu?"

Mark mengangguk setuju, lalu dia mendecih pelan.

"Jadi aku tertipu?"

Haechan tertawa renyah, kepalanya menggeleng.

"Jangan gunakan kosa kata itu seakan aku ini adalah pembohong, nyatanya aku memang mengincarmu dan kaupun sama-sama mengincarku. Bukankah tidak ada yang dirugikan?"

"Kau benar, aku hanya terkejut dengan perubahan sikapmu."

"Aku bisa menjadi Haechanie yang kau mau, tapi jika diatas ranjang, kau harus menjadi Mark yang aku inginkan."

Mark tidak menjawab, dia hanya memperhatikan bagimana Haechan menarik kedua tangannya agar diikat diatas kepala dengan dasi dan terhubung ke kepala ranjang.

"Nah, Mark-ssi. Jadilah dominan yang baik."

Haechan mengedip genit sambil mengigit bibir bawahnya. Dia beringsut mundur untuk mengerjai kepunyaan Mark.

Mark hanya terkekeh pelan tanpa suara, lalu memejam nikmat saat rasa hangat dari mulut Haechan terasa melingkupinya.

Omega dominan? Sial, dia pasti hanya akan jadi budak seks.

"Awas kau Lee Haechan. Ahh."

***

End

Si Alpha DominanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang