"Angh."
Haechan mencengkram selimut sebagai pelampiasan. Badannya terus terguncang keatas dimana Mark tidak memelankan temponya sejak satu jam yang lalu.
"Markhh pelanhh ahh."
"Tidak bisa, aku selalu melatih kekuatanku untuk ini."
Mark mendongak, memejam dengan ekspresi nikmat. Haechan mencengkramnya kuat.
Tempat tidur terus bergoyang, beberapa penopangnya berdecit memenuhi ruangan. Haechan mendesah tidak karuan saat Mark menumbuk titik dalamnya.
"Jangan cepathh ahh."
Mark menunduk, dia terkekeh pelan. Penampilan Haechan jauh dari kata baik, kulit tan itu memerah dan menampilkan beberapa kismark yang berubah keunguan. Dari rahang turun ke perut itu semua mahakarya Mark.
"Sial, kau seksi sekali." Geram Mark, dia menaikkan kaki kanan Haechan ke atas bahunya.
Menjadikan gerakannya lebih cepat dibanding yang tadi dan bisa menumbuk titik kenikmatan Haechan secara langsung.
"Ahh, nghh."
Mark membungkuk mencium kening Haechan yang dipenuhi peluh, turun ke hidung dan terakhir ke atas bibir mungil itu.
"Coba katakan rasanya." Bisik Mark.
"Pelanhh Mark."
"Harus kunaikkan temponya?"
Hembusan napas mereka beradu, hangat dan panas. Haechan menggeleng pelan, dia terisak saat Mark terus saja mengenai titik nikmatnya.
"Aku ingin kau pelan."
Mark mengangguk, dia menjauhkan wajahnya.
"Kalau begitu kita ganti gaya."
Dengan kekuatan alphanya, Mark membangunkan Haechan dan membalikkan tubuh itu dalam sekali hentak tanpa memutuskan penyatuan mereka.
"Terus menjerit dan teriakan namaku manis."
Haechan yang lelah tidak menjawab apapun, dia hanya bisa mendesah dan menjerit saat Mark memajukan temponya seperti kesetanan.
"Markhh ahhh."
***
Felix berkerut heran, Haechan seusai dari pesta tidak kelihatan lagi. Ini sudah dua hari. Tapi surat izinnya akan ada setiap hari bahkan lengkap dengan cap dokter.
Seluruh temannya sering bertanya tentang keadaan Haechan, dan Felix berkata kalau Haechan hanya sakit biasa dan tidur seharian di kamar sebab alergi cokelat saat makan kue di pesta.
Itu ia lakukan agar teman-temannya tidak ada yang mau menjenguk ke kamar karena Felix bilang alergi Haechan menular.
Tapi pada kenyatannya bahkan ia sama sekali tidak tahu dimana si cokelat itu berada.
"Apa di kamar Mark?"
Felix berdecak lantas menggeleng, tidak mungkin. Mark terlihat hadir mengikuti pelajaran seperti biasa. Walau terakhir kali Mark bersama Haechan dia tidak berani bertanya langsung.
"Oh, Jen."
Felix melambai saat Jeno tak sengaja melintas di depan kelasnya, siapa tahu sepupu Haechan ini mengetahui sesuatu.
"Kenapa?"
"Kau tau dimana Haechan?"
Jeno menggeleng, dia menoleh ke semua tempat duduk yang sedang kosong karena jam istirahat.
"Haechan tidak masuk?"
Felix meringis dan mengangguk, "iya, tapi.. aku seriusan tidak tau dimana dia. Serius, Jen, aku khawatir."
Jeno hanya tersenyum dan menepuk bahu Felix dua kali.
"Dengar, kau harus percaya padaku, dia baik-baik saja di tempat yang aman."
Felix mengernyit aneh, "darimana kau tau?"
Jeno menggedikkan bahunya satu kali, "insting alpha."
Akhirnya Felix hanya menghela napas panjang, tidak bisa ia berpikir positif namun kuat perasaannya Haechan berada di tempat Mark, entah di kamar yang berada disebelahnya atau kamar di lantai 3 yang tidak bisa dimasuki sembarang orang. Dia hanya bisa berdoa semoga Haechan baik-baik saja dalam artian sebenarnya.
***
Haechan terpejam nikmat, tangannya mencengkram kuat bahu Mark dan dia duduk mengangkang di atas pangkuan si alpha dominan itu.
Mulut mereka terus beradu mencicipi satu sama lain seakan tidak ada waktu lagi. Tergesa dan menimbulkan bunyi kecipak yang nyaring.
"Mmhh."
Haechan meremas rambut belakang Mark, efek heatnya belum usai. Ketika Mark tidak ada Haechan terus diikat diatas ranjang tanpa bisa bergerak, dan ketika Mark pulang baru ia bisa bergerak bebas.
Sekuat apapun ia menjerit, berteriak maupun mendesah semua orang tidak bisa mendengarnya. Mark memasang alat kedap suara bersamaan dengan barier yang terus menghalangi aromanya agar tidak keluar.
Dua hari bersama Mark, pagi, siang malam dia selalu ingin disentuh. Mark enggan menyediakan obat supperessant, yang ada alpha itu malah mencekokinya dengan obat anti hamil.
Katanya walau Mark keluar sebanyak apapun didalam tubuh Haechan tidak akan ada yang tumbuh menjadi janin. Mark juga kasihan kalau Haechan harus menjadi ibu di usia muda.
"Ayo mandi."
Haechan menggeleng, dia terus mengejar kepala Mark yang menghindari kebelakang.
"Mandi dulu bear, setelah itu kita bermain lagi, kau juga belum makan."
Haechan menggeleng keras, keningnya berkerut tidak suka.
"Tidak mau! Aku maunya Mark."
Mark terkekeh pelan, dia berdiri sambil memangku Haechan ala koala.
"Mandi dulu, kau juga harus bersih, semalaman kita bermain dan kau bau sperma."
Haechan tidak peduli, dia terus mengincar bibir Mark yang seksi sekali ketika berbicara dengan nada berat.
"Aku tidak mau mandi dan aku tidak lapar, aku maunya kau."
Mark tidak menjawab, hanya tersenyum saja sambil terus melangkah ke kamar mandi, dia membiarkan Haechan menyesap bibir bawanya sedangkan ia mengatur air hangat untuk mengisi bathup.
Kebetulan dia memindahkan Haechan ke kamar lantai 3 tadi malam. Jadi fasilitasnya tidak sampai membuat Mark kerepotan kalau Haechan menginginkan makan.
"Sudah dulu bear."
Mark menahan kepala Haechan, membuat orangnya merengut tidak suka.
"Mandi dulu, habis itu aku siapkan kue yang banyak. Bagaimana?"
Haechan mendadak sumringah, dia menganggun ribut lalu tertawa riang.
"Apa nanti tubuhku akan diolesi krim?"
Mark berhenti saat memasukan Haechan kedalam air, keningnya berkerut heran.
"Kenapa harus mengolesi tubuhmu dengan krim?"
"Uh? Bukankah Mark sering melakukannya saat bermain? Kau mengolesiku dengan spermamu."
Mark tidak bisa menahan tawanya, dia terkekeh berat sambil mengusak rambut Haechan gemas.
"Iya, nanti kita bermain itu. Sekarang mandi. Aku akan siapkan makan untukmu."
Haechan mengangguk, menuruti Mark dengan tatapan tak pernah lepas dari punggung lelaki itu hingga keluar kamar mandi.
Bibirnya tersenyum lebar, Haechan menyender santai di pinggiran bathup sambil memainkan busa. Lalu terkekeh pelan.
"Malam ini dia harus menandaiku." Ucapnya pelan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Alpha Dominan
FanfictionHaechan hanya penasaran kenapa seorang Alpha dominan itu selalu sendirian dan terlalu menjauhi orang-orang. *** Markhyuck Omegaverse Bxb Boyxboy Nama pemain hanya untuk kebutuhan cerita, aslinya mereka milik diri sendiri, keluarga, dan Tuhan.