06

16.2K 1.2K 28
                                    

Mereka terus menyusuri lorong asrama yang terkesan sepi dan hening. Gelap menyelimuti diantara langkah mereka. Tidak ada suara apapun selain langkah kaki Haechan yang tergesa karena menyeimbangkan langkah besar Mark.

Haechan sudah terengah tidak karuan, kepalanya berdenyut tiada henti dan sekarang rasa mual tengah naik ke atas ulu hatinya.

"M-Mark.."

Sepanjang jalan itu Haechan harus pusing dengan aroma Mark yang sungguhan memenuhi mereka berdua. Tajam dan menyengat, Haechan heran kenapa Mark tiba-tiba mengeluarkan pheromonenya.

"Mark.." Panggil Haechan sekali lagi, dia ingin berhenti dan memuntahkan yang tadi ia makan, tapi sepertinya Mark tidak peduli dan terus berjalan lurus, menysuri setiap kamar yang tertutup agar bisa sampai ke kamar mereka.

"Mark!" Seru Haechan mulai kesal.

Mark tidak berhenti namun ia berkata, "diamlah." Dengan nada yang berat.

Cekalan di pergelangan tangannya membuat Haechan meringis kesakitan. Dan dia hanya pasrah.

Sekitar beberapa menit kemudian akhirnya mereka sampai di lorong paling ujung, tapi Mark bukan membuka pintu kamar Haechan melainkan kamarnya sendiri.

"Masuk."

Haechan mengerjap sebelum mengangguk, dia berjalan ke dalam dengan pelan disusul oleh Mark.

"Aku ingin ke toilet Mark." Ucap Haechan. Mark hanya mengangguk, membiarkan Haechan berjalan ke toilet sendiri dengan sempoyongan. Lalu terdengar suara orang muntah-muntah sampai beberapa kali.

Mark masih berdiri disamping pintu sambil bersidekap dada. Menunggu Haechan menyelesaikan urusannya. Tak lama anak itu muncul sambil memegang perut dan kepala dengan ringisan.

"Apa karena aku makan kue terlalu banyak tapi belum sempat makan nasi, ya. Sakit sekali kepala dan perutku." Ucapnya pelan. Haechan duduk di kursi belajar Mark tanpa menatap si pemilik kamar yang diam saja.

"Padahal kuenya enak-enak, sayang sekali kalau tidak bungkus tadi." Katanya lagi, sekarang dengan cebikan sedih.

Sedetik kemudian Haechan menegakkan tubuhnya, dia terengah dan tubuhnya terasa panas. Haechan menatap Mark yang masih anteng dalam diamnya.

"Mark, kok aku panas? Maksudnya argh."

Haechan jatuh terduduk, dia memegang tengkuk sebelah kanan agak belakang dengan ditekan kuat.

"P-panas.."

Mark hanya diam, dia terus memperhatikan Haechan yang terengah kepayahan sambil terus memegang tengkuknya.

"Argh." Haechan berteriak kecil, kepalanya bukan lagi berdenyut tapi berputar secara menyakitkan, keringat dingin mulai bermunculan, sebuah rasa sakit hadir dari kepunyaannya.

Haechan menunduk, dia menekan benda diantara kedua pahanya yang menegak dan mengeras tanpa peringatan.

"Ahh." Haechan meringkuk, panas tubuhnya sudah tidak karuan, dia merasa ada disebuah oven yang sudah dinyalakan dengan sempurna.

Seisi ruangan mendadak dipenuhi dengan aroma Haechan. Aroma bunga magnolia musk, blueberry, nuansa wangi bunga dan buah aprikot tercium kuat. Dibalut aroma lada, dicampur dengan balsamic dan kayu.

Haechan sendiri sudah pusing dengan aroma yang memenuhi ruangan.

Sebuah rasa timbul dalam pikirannya, rasa geli datang dari ujung kakinya menggelenyar hingga ke pusat kepunyaanya.

"Sshh."

Haechan terus meringkuk, menekan diantara pahanya yang sekarang jika tergesek malah timbul rasa menyenangkan.

Si Alpha DominanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang